Sosok
Kisah Hidup 5 Jurnalis Al Jazeera yang Dibunuh Israel, Ungkap Kejahatan Zionis hingga Titik Akhir
Mereka dipersatukan tidak hanya oleh slogan Al Jazeera, namun juga oleh ikatan yang lebih dalam, yaitu keyakinan bahwa jurnalisme di Gaza
SERAMBINEWS.COM - Sebelum tengah malam pada hari Minggu-Senin, lima ksatria Al Jazeera syahid setelah drone penjajah Israel menargetkan mereka dalam pemboman, menghentikan denyut nadi dan mematikan lensa mereka, namun hal itu tidak menghapus jejak atau suara mereka dari ingatan Gaza.
Anas Al-Sharif, Muhammad Qureiqa, Ibrahim Zahir, Moamen Aliwa, dan Muhammad Nofal adalah 5 wajah yang bekerja untuk menyampaikan suara Gaza kepada dunia dan mengekspos kejahatan pendudukan, sehingga hari ini mereka telah menjadi berita utama kehilangan dan rasa sakit, dan ikon pengorbanan demi kebebasan berbicara.
Mereka dipersatukan tidak hanya oleh slogan Al Jazeera, namun juga oleh ikatan yang lebih dalam, yaitu keyakinan bahwa jurnalisme di Gaza bukanlah profesi biasa, melainkan tugas kemanusiaan dan nasional, dan membayar dengan darah mereka.
Anas Al-Sharif....Suara dari Utara

Ketika mesin perang Israel menutup pintu Gaza utara ke sebagian besar media, nama Anas Al-Sharif bersinar, mematahkan kebijakan Israel yang kebingungan.
Dia berangkat tanpa kenal lelah, menyampaikan apa yang terjadi, tidak peduli dengan ancaman pendudukan kepadanya, dan menunjukkan keberanian ekstrem yang memenangkan kekaguman jutaan orang di seluruh dunia.
Syarif lahir di Kamp Jabalia Pada bulan Desember 1996, ia menikah dan ayah dari dua anak. Ia lulus dari Universitas Al-Aqsa di Gaza.
Ia memperoleh gelar BA dalam seni radio dan televisi, dan memulai kariernya di dunia jurnalisme pada tahun 2014 sebagai koresponden lepas, berpindah-pindah tempat acara di Gaza dan utara.

Orang-orang pertama kali mengenalnya saat meliput pengepungan pada tahun 2018, kemudian menjadi lebih menonjol dalam Pertempuran Saif al-Quds pada Mei 2021, di mana ia menjadi salah satu reporter yang menyampaikan gambaran perang momen demi momen.
Dalam perang yang sedang berlangsung sejak Oktober 2023, Al Jazeera memilih Al Sharif menjadi korespondennya di Jalur Gaza utara, yang menanggung beban mengungkap pembantaian dan pelanggaran di tengah risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sejak awal perang, pendudukan tidak puas dengan desakan mereka untuk melanjutkan liputan, sehingga mereka mengancamnya melalui panggilan telepon, menuntut agar mereka meninggalkan wilayah tersebut ke selatan, namun mereka menolak.
Pada 11 Desember 2023, pendudukan mengebom rumah jurnalis Al-Sharif di Jabalia, yang menyebabkan ayahnya mati syahid, namun keesokan harinya ia kembali ke alun-alun, seolah-olah kehilangan tersebut semakin meningkatkan tekadnya untuk melanjutkan pesan tersebut.
Setelah kemartirannya, kerabat Al-Sharif menerbitkan surat wasiat kepadanya, yang pendahuluannya berbunyi: "Jika kata-kataku ini sampai kepadamu, ketahuilah itu Israel berhasil membunuhku dan membungkam suaraku."
Dia menekankan bahwa dia mengerahkan seluruh upaya dan kekuatannya untuk menjadi dukungan dan suara bagi rakyat Palestina-nya, dan bahwa dia tidak pernah ragu untuk menyampaikan kebenaran apa adanya.
Mohammed Qureiqa...Luka pribadi dan tugas profesional

Jurnalis Al Jazeera
Kejahatan Zionis
Israel bunuh Jurnalis Al Jazeera
Perang Gaza
kisah hidup
Serambinews
Gaza
Putra Aceh Jadi Inspektur Upacara di Perbatasan Indonesia-Malaysia, Sampaikan Pesan Ini |
![]() |
---|
Penyerang Liverpool Mohamed Salah Kritik Penghormatan UEFA kepada 'Pele Palestina' |
![]() |
---|
Sosok Samiullah, Kalkulator Hidup dari Afghanistan dengan Kemampuan Matematika Menakjubkan |
![]() |
---|
Profil Abu Paya Pasi, Ulama Kharismatik Pemimpin Dayah Bustanul Huda, Eks Penasihat Partai Aceh |
![]() |
---|
Ini Profil dan Jejak Karier Edy Widodo, Hari Ini Dilantik Jadi Pj Sekda Aceh Singkil |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.