Syari’at Islam belum Optimal, Gusmawi Soroti Lemahnya Kontrol dan Minimnya Anggaran

Penegakan Syari’at Islam di Aceh masih menghadapi banyak kendala. Padahal regulasi telah tersedia lengkap melalui UUPA.

Penulis: Ilhami Syahputra | Editor: Yocerizal
FOR SERAMBINEWS.COM
ANGGARAN SYARIAT ISLAM - Pemerhati Syariat Islam, Gusmawi Mustafa, Rabu (20/8/2025), menyoroti lemahnya kontrol dan minimnya anggaran dalam penegakan Syariat Islam di Aceh. 

“Jika pemerintah provinsi dan kabupaten/kota berani mengarahkan DOKA secara maksimal untuk Dinas Syariat Islam, Dinas Pendidikan Dayah, Baitul Mal, MPU, Majelis Pendidikan Daerah, Wilayatul Hisbah, serta Majelis Adat Aceh, itu adalah bukti nyata bahwa keistimewaan Aceh di bidang Syari’at benar-benar mendapat perhatian khusus,” tegasnya.

Lebih lanjut, Gusmawi juga menegaskan bahwa ulama dan dayah (pondok pesantren) memiliki peran yang sangat penting. 

Baca juga: Profil Letjen Muhammad Saleh Mustafa, Jabat Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Kekayaan 11,9 Miliar

Baca juga: Kisah Cut Zahara dan Bayi Ajaib Gemparkan Indonesia Tahun 1970-an: Hoaks yang Menyerang Istana

Ulama, katanya, adalah rujukan moral dan legitimasi, sementara dayah adalah pusat kaderisasi generasi muda.

“Apabila ulama dan dayah dilibatkan lebih kuat, tidak hanya sebagai simbol, tetapi juga sebagai motor edukasi, advokasi, hingga pengawasan sosial, maka penegakan Syari’at akan lebih menyentuh hati masyarakat,” ujarnya.

Perlu Keberanian Politik

Lebih lanjut, Gusmawi menekankan perlunya keberanian politik dan kolaborasi lintas sektor. Penegakan Syari’at, menurutnya, tidak bisa berjalan efektif bila hanya mengandalkan satu lembaga.

“Perlu ada duduk bersama antara pemerintah, ulama, akademisi, pelaku usaha, tokoh adat, LSM, hingga masyarakat sipil untuk menggali persoalan, memetakan potensi, dan merumuskan solusi,” jelas Gusmawi.

Ia mengatakan, pendekatan ini menuntut perencanaan menyeluruh dan komprehensif. Syari’at harus dipahami sebagai tanggung jawab kolektif. 

“Dengan melibatkan semua pemangku kepentingan sejak awal, Syari’at Islam di Aceh bisa ditegakkan secara konsisten, adil, dan sesuai semangat kebersamaan,” ujarnya.

Gusmawi Mustafa menyebut bahwa Syari’at Islam adalah identitas sekaligus amanah sejarah bagi Aceh. 

“Penegakannya harus adil, konsisten, dan transparan. Jika semua pihak bergandengan tangan, maka Syari’at Islam di Aceh tidak hanya menjadi simbol, tetapi juga solusi bagi kehidupan masyarakat yang lebih bermartabat,” pungkasnya.(*)

Baca juga: Tradisi Tolak Bala di Aceh Singkil, Ini Pendapat UAS

Baca juga: Halte & Kios di Kembang Tanjong, Pidie Terbakar Saat Warga Masih Terlelap

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved