Konflik Palestina vs Israel

Berdalih Ingin Kalahkan Hamas, Netanyahu Setujui Pendudukan Israel di Gaza dan Gusur Warga Palestina

Rencana pendudukan Kota Gaza bertujuan untuk mengalahkan kelompok perlawanan Palestina, Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).

Editor: Amirullah
X @netanyahu
NETANYAHU - Foto ini diambil dari publikasi X Netanyahu pada Jumat (21/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Netanyahu berpidato terkait perpanjangan gencatan senjata. Netanyahu Setujui Pendudukan Israel di Kota Gaza dan Gusur Warga Palestina 

Israel mengatakan sudah menyiapkan tenda dan peralatan darurat di selatan Gaza melalui koordinasi dengan PBB dan Mesir (via Kerem Shalom).

Dalam evakuasi sebelumnya pada 2023 hingga tahun ini, warga Gaza biasanya bergerak sendiri dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan pribadi/keledai, bukan difasilitasi kendaraan oleh Israel.

Kementerian Kesehatan Gaza menolak permintaan tersebut, menegaskan layanan kesehatan adalah hak warga negara yang dijamin oleh hukum internasional, dan menekankan pentingnya mempertahankan fasilitas medis di utara, lapor El Pais.

Beberapa organisasi kemanusiaan seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Palang Merah Internasional (ICRC), United Nations Relief and Works Agency (UNRWA), dan Doctors Without Borders (MSF) menekankan pentingnya jalur aman dan bantuan medis yang memadai.

Kekurangan pangan, listrik, dan bahan bakar semakin memperburuk situasi. Beberapa wilayah, seperti Zeitoun, telah mengalami perpindahan massal akibat kekerasan, dan protes sipil di Gaza menyerukan penghentian perang.

Israel menuding Hamas sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kehancuran dan krisis kelaparan di Jalur Gaza.

Menurut Israel, perang genosida yang kini terjadi dipicu oleh Operasi Banjir Al-Aqsa yang dilancarkan Hamas pada 7 Oktober 2023 di perbatasan selatan Israel.

Dalam serangan tersebut, kelompok perlawanan Palestina berhasil menangkap sekitar 250 orang, dan hingga kini pemerintah Israel mencatat masih ada 50 tawanan yang ditahan di Jalur Gaza, setelah sebelumnya kedua pihak melakukan beberapa kali pertukaran tahanan.

Segera setelah 7 Oktober 2023, Israel menutup total jalur masuk bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Beberapa minggu kemudian jalur bantuan dibuka kembali, namun jumlah yang diizinkan masuk sangat terbatas.

Kondisi memburuk pada 2 Maret 2025, ketika Israel kembali memblokir jalur bantuan.

Akibatnya, terjadi kelaparan parah di Gaza yang menelan lebih dari 101 korban jiwa akibat kelaparan hingga Juli 2025.

Setelah tekanan internasional meningkat, Israel pada akhir Juli 2025 akhirnya membuka kembali jalur masuk bantuan.

Namun, jumlah bantuan yang masuk tetap jauh dari kebutuhan penduduk Gaza.

Bantuan ini disalurkan melalui Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah badan bentukan AS, Israel, dan negara-negara pendukungnya, yang mulai beroperasi sejak Mei 2025.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved