Santri Dayah Mini Aceh Belajar Ubah Sampah Jadi Kompos
Pelatihan yang didampingi Tim Pengabdian bersama mahasiswa KKN USK dilaksanakan agar limbah sampah menjadi lebih bermanfaat.
SERAMBINEWS.COM - Sejumlah satriwan dan santriwati Dayah Mini Aceh Tibang antusias mengikuti bimbingan praktik pengelolaan sampah organik menjadi kompos.
Pelatihan yang didampingi Tim Pengabdian bersama mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Syiah Kuala (USK) dilaksanakan agar limbah sampah menjadi lebih bermanfaat.
"Kami diajarkan langsung bagaimana limbah dapur dan dedaunan bisa diolah menjadi pupuk alami yang dapat menyuburkan tanah," ujar Santriwati Dayah Mini, Fitrah, Jumat (22/8/2025).
Ia menjelaskan, selama ini sampah-sampah yang dihasilkan dapur dibuang begitu saja. Dengan adanya pelatihan tersebut, Fitrah dan teman-temannya kini lebih kreatif dapat mendaur ulang sampah-sampah tersebut.
Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari skema pengabdian yang berjudul model pengelolaan sampah berbasis 5-R (reduce, reuse, recycle, replace, dan replant) untuk mewujudkan lingkungan dayah yang bersih dan berkelanjutan.
Selain itu juga bagian dari program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Produk Teknologi Tepat Guna (PKMBP-TTG) USK yang selaras dengan kebijakan Dikti Saintek Berdampak.
"Tujuannya bukan hanya memberikan edukasi praktis tentang pengelolaan limbah,”
“Tetapi juga menumbuhkan budaya ramah lingkungan di pesantren sebagai basis pendidikan generasi muda," ungkap pendamping, Zainuddin.
Baca juga: Cerita Mahasiswi dari Papua, Nekat Kuliah ke Aceh Meski Banyak yang Bilang Daerah Rasis
Baca juga: Satria Kumbara Terluka Parah, Dikepung Drone dan Dihujani Mortir Ukraina
Tim Pengabdian USK dan mahasiswa KKN turut aktif mendampingi dan memotivasi santri agar kebiasaan ramah lingkungan ini dapat terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari para santri.
Dalam sesi praktik, para santri belajar bahwa pengomposan bisa dilakukan dengan cara sederhana. Bahan organik ditumpuk secara berlapis, dimulai dari yang kasar di bagian bawah hingga yang halus di bagian atas.
"Setiap lapisan kemudian disiram larutan dekomposer dan ditaburi kapur dolomit untuk menjaga kualitas proses fermentasi,”
“Tumpukan tersebut ditutup rapat agar kelembapan terjaga, lalu nantinya setiap dua minggu akan dibalik untuk memberi pasokan oksigen,”
“Setelah beberapa minggu, kompos akan matang ditandai dengan warna coklat tua, tekstur yang gembur, serta aroma tanah segar yang menandakan bahan organik sudah terurai sempurna," tambah Zainuddin.
Agen Perubahan
Anggota Pengabdian, Dra. Erlidawati, M.Si, menyatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya berhenti pada proses membuat kompos.
Lebih jauh, para santri juga akan diperkenalkan dengan penerapan prinsip 5R dalam kehidupan sehari-hari.
The Fed Siap Tekan Suku Bunga, Wall Street Bergairah, Trump Ngamuk Lagi? |
![]() |
---|
VIDEO Yaman Targetkan Israel dengan Rudal dan Drone, klaim Bandara Lod Jadi Sasaran |
![]() |
---|
MSAKA21: Jejak Panjang yang Sunyi, Aceh Sebelum Hindu–Buddha- Bagian VI |
![]() |
---|
Korea Selatan Hujani Peluru Peringatan, Tentara Korut Kabur dari Perbatasan! |
![]() |
---|
Singapura Larang Vape, Bagaimana dengan Indonesia? Ini Kata Pakar Kesehatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.