Aceh Barat
Ini Penyebab Petugas Belum Pasang GPS Collar terhadap Gajah Liar di Pante Ceureumen
Untuk mengantisipasi potensi konflik berulang, tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Badan Penanggulangan Bencana...
Penulis: Sadul Bahri | Editor: Eddy Fitriadi
Laporan Sa’dul Bahri | Aceh Barat
SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Upaya pemasangan alat pelacak GPS Collar terhadap kawanan gajah liar di kawasan Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat, untuk sementara ditunda.
Penyebabnya, kawanan satwa dilindungi itu telah menjauh dari permukiman dan kembali masuk ke dalam hutan setelah sempat menunjukkan perlawanan saat petugas mencoba mendekat.
Kawanan gajah liar tersebut sebelumnya sempat berkeliaran di sekitar Gampong Lango, Lawet, dan Canggai, bahkan menimbulkan keresahan warga karena merusak kebun dan memakan batang sawit milik masyarakat.
Untuk mengantisipasi potensi konflik berulang, tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat berencana memasang GPS collar untuk memantau pergerakan mereka secara real-time atau setiap waktu, namun belum bisa terlaksana.
Plt Kepala BPBD Aceh Barat, T Ronal Nehdiansyah, kepada Serambinews.com, Minggu (24/8/205) mengatakan, bahwa pemasangan GPS belum memungkinkan karena gajah menunjukkan respons agresif dan saat ini telah menjauh dari kawasan permukiman.
“Upaya pemasangan GPS collar sempat dilakukan, tapi tidak berhasil karena adanya perlawanan dari gajah. Tim tidak ingin memaksakan karena berisiko terhadap keselamatan petugas,” kata Teuku Ronal.
Ia menambahkan, saat ini kawanan gajah sudah berada cukup jauh di dalam hutan. Dengan kondisi tersebut, pihaknya tidak akan melakukan pendekatan lebih lanjut hingga satwa-satwa tersebut kembali mendekati kawasan penduduk.
“Kami hanya bisa menunggu. Jika nantinya gajah kembali turun ke pemukiman atau perkebunan warga, baru tim akan melakukan pendekatan kembali untuk pemasangan GPS collar,” ujarnya.
Menurut Ronal, pemasangan GPS collar menjadi bagian dari strategi mitigasi konflik satwa-manusia yang semakin sering terjadi di Aceh Barat. Dengan alat pelacak ini, pergerakan gajah dapat dipantau secara akurat, sehingga petugas bisa bertindak lebih cepat untuk menghalau atau mengarahkan kawanan menjauh dari kawasan permukiman.
Sebelumnya, selama beberapa bulan terakhir, kawanan gajah liar dilaporkan sering muncul di kawasan Desa Lango, Canggai, dan Lawet. Warga mengaku khawatir, apalagi saat kawanan hewan besar itu berkeliaran di malam hari, menghancurkan kebun sawit dan tanaman produktif lainnya.
“Gajah seolah tahu ada petugas. Saat kami dekati, mereka langsung menjauh. Ini menandakan satwa ini sangat sensitif terhadap kehadiran manusia,” sebutnya.
Meski pemasangan GPS collar masih tertunda, BPBD dan BKSDA tetap berkomitmen untuk melakukan pemantauan berkala terhadap pergerakan gajah liar tersebut. Masyarakat pun diimbau untuk tidak mengambil tindakan sendiri dan segera melapor jika melihat kawanan gajah kembali muncul di sekitar pemukiman.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.