Haul Tu Sop
Haul Pertama Tu Sop Jeunieb, Inilah Biografi dan Perjalanan Hidup Sang Ulama Kharismatik
Satu tahun sudah ulama kharismatik Aceh, Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau akrab disapa Tu Sop Jeunieb, berpulang ke rahmatullah.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Haul Pertama Tu Sop Jeunieb, Inilah Biografi dan Perjalanan Hidup Sang Ulama Kharismatik
SERAMBINEWS.COM - Satu tahun sudah ulama kharismatik Aceh, Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau akrab disapa Tu Sop Jeunieb, berpulang ke rahmatullah.
Pada haul pertamanya yang diperingati tahun ini, masyarakat Aceh kembali mengenang sosoknya yang sederhana, berwibawa, dan penuh pengabdian untuk agama serta umat.
Tu Sop menghembuskan nafas terakhirnya pada Sabtu, 7 September 2024 bertepatan pada 3 Rabiul Awal 1446 H, sekitar pukul 07.00 WIB di RS Brawijaya, Tebet, Jakarta, dalam usia 60 tahun.
Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Aceh, khususnya kalangan dayah dan para santri.
Pada hari ini, Selasa (26/8/2025) bertepatan dengan 3 Rabiul Awal 1447 H, merupakan haul pertama Tu Sop.
Inilah Sosok Tu Sop dan Perjalanan Hidupnya
Tu Sop Jeunieb adalah panggilan seorang ulama yang memiliki nama asli Tgk.H.Muhammad Yusuf A. Wahab.
Oleh para santri dan kalangan dayah umumnya, beliau juga dipanggil dengan panggilan “ayah sop”.
Tu Sop merupakan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Kecamatan Jeunieb, Kabupaten Bireuen.
Selain memimpin dayah, saat ini beliau juga menjabat sebagai Ketua terpilih Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) periode 2018-2023, sebuah organisasi yang menaungi ulama-ulama pimpinan dayah Salafiyah di Aceh.
Baca juga: Haul Pertama Tu Sop Jeunieb - Doa, Zikir, dan Kisah Perjuangan Sang Ulama Karismatik
Tu Sop dilahirkan di Desa Blang Me Barat, Kecamatan Jeunieb, Bireuen pada tahun 1964 dari pasangan Tgk H. Abdul Wahab bin Hasballah dan Hj. Zainab binti Muhammad Shaleh.
Menurut dokumen resmi, Tgk H. Abdul Wahab bin Hasballah sendiri juga merupakan salah satu ulama Aceh yang dikenal sebagai tokoh dayah yang banyak memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan Bireuen.
Tu Sop memiliki empat bersaudara, yaitu Hj. Hasanah (Istri pimpinan dayah Asasul Islamiah, Perlak), Tgk H. M. Hasan A Wahab (pimpinan dayah Babussalam Al-Aziziyah Putri, Jeunieb) dan Hj. Halimah (Istri pimpinan dayah Darussalamah Al-Aziziyah, Jeunieb).
Masih dalam dokumen yang sama, disebutkan bahwa Tu Sop mulai belajar pada Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Jeunieb pada tahun 1970.
Setelah menamatkannya pada tahun 1976, ia melanjutkan pendidikan menengah pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Jeunieb.
Riwayat pendidikan beliau cukup menarik, dari santri dayah belajar hingga ke para Syaikh di Mekkah Al-Mukarramah, Saudi Arabia.
Ceritanya berawal, bersamaan dengan belajar di SMP Jeunieb, Tu Sop juga aktif belajar pengetahuan dasar Islam di Dayah Darul Atiq Putra Jeunieb.
Setelah menyelesaikan sekolah menengahnya pada tahun 1980, beliau kemudian masuk ke Dayah MUDI Mesra, Mideun Jok, Kec. Samalanga, Kab. Bireuen.
Di Dayah MUDI Mesra, belajar pada banyak guru dan pada 1985, sambil belajar beliau sudah mulai mengajar di dayah tersebut.
Setelah beberapa lama belajar dan mengajar di dayah pimpinan Ulama Kharismatik, Abon Samalanga tersebut, pada tahun 1993 Tu Sop berangkat ke Mekkah Al-Mukarramah untuk memperdalam ilmu agama selama 4 (empat) tahun kepada ulama terkenal yang mengajar di Masjidil Haram.
Di sana, Tu Sop belajar pada Syeikh Sayed Muhammad Ali, seorang ulama sufi Mekkah bermazhab Maliki, selama empat tahun.
Pada tahun 1997 pulang dari Mekkah dan kembali mengabdi di Dayah MUDI Mesra.
Pada pertengahan tahun 2001 ia secara resmi memimpin Dayah Babussalam Al-Aziziyah, Kecamatan Jeunieb, Bireuen.
Kepemimpinan beliau di dayah ini adalah melanjutkan kepemimpinan ayahanda beliau yang saat itu ingin memfokuskan diri pada dayah Babussalam Putri yang kompleknya juga tidak berjauhan dari komplek dayah Babussalam Al- Aziziyah (Putra).
Saat ini, selain menjabat sebagai Ketua HUDA dan memimpin secara aktif Dayah Babussalam AlAziziyah di Jeuneib, Tu Sop juga tercatat sebagai Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) yang fokus pada gerakan sosial,
antara lain membangun rumah dhuafa yang saat ini telah dibangun mencapai 55 unit rumah layak huni bagi kaum dhuafa di seluruh Aceh.
Meskipun jumlahnya belum terlalu banyak, tapi gerakan ini terus membesar dan menjadi solusi atas segudang persoalan kemiskinan yang dihadapi bangsa Aceh dewasa ini.
Gerakan ini akan menemani gerakan sosial lainnya yang lebih duluan muncul dalam kerangka “berlomba-lomba dalam kebaikan”, sesuai visi Tu Sop sendiri.
Proses pembangunan rumah dhuafa ini dilakukan dengan cara mengumpulkan donasi dari para jama’ah pengajiannya.
Selain itu, donasinya juga dikumpulkan oleh para relawan BMU yang tergabung dalam Gerakan Peduli Ummat (GPU) dari para dermawan lainnya.
GPU sendiri diketuai oleh Murthala sedangkan BMU diketuai oleh ulama muda yang akrab disapa Abiya Rauhul.
Sebagai Imam Besar di BMU, Tu Sop menjadi tokoh sentral yang berperan sebagai penggerak roda organisasi sosial ini.
Beliau mendorong dan memotivasi para relawan untuk terus menerus melakukan gerakan sosial mengumpulkan donasi untuk membangun rumah dhuafa.
Dalam bidang keagamaan, Tu Sop aktif mengisi pengajian di berbagai tempat.
Lintas kabupaten dan provinsi. Bahkan beliau tidak jarang juga diundang oleh masyarakat Aceh di Pulau Jawa dan Malaysia untuk mengisi pengajian dan memberikan tausyiahtausyiah agama Islam.
Baik pengajian dengan afiliasi Majelis Tastafi, Sirul Mubtadin, atau dengan namanama yang lain.
Bahkan Tu Sop juga diundang mengisi pengajian majelis Jama’ah Tabligh dan pengajian organisasi Hidayatullah, sebuah organisasi keagaman berbasis nasional.
Tu Sop dengan sangat meyakinkan berhasil membangun jaringan jama’ah pengajian Sirul Mubtadin yang loyal di Bireuen yang saat ini memiliki puluhan ribu anggota.
Dalam kesehariannya, Tu Sop aktif memberikan narasi-narasi pemikirannya dalam banyak forum umum dan pengajian.
Untuk memperluas jangkauan dakwahnya, Tu Sop juga mendirikan Radio Yadara yang konsisten dalam nafas dakwah bil lisan.
Kalau kita pergi ke rumah-rumah warga di Bireuen dan sekitarnya, atau tempat-tempat lain yang menghidupkan radio, maka kita akan menyimak siaran dari Radio Yadara yang studionya berlokasi di Dayah Babussalam Al-Aziziyah.
Di luar itu, Dakwah via Radio Yadara yang dirintisnya nampaknya terus mendapat hati di tengah-tengah masyarakat.
Sebab, dari radio ini Tu Sop dan timnya terus menyeru mereka kepada jalan Islam yang menyelamatkan kehidupan dunia, sekaligus akhirat.
Tu Sop juga memiliki website di alamat situs tusop.com.
Dan di media sosial, fanspage Facebook atas nama Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab sangat aktif melakukan siaran langsung pengajian-pengajian beliau yang ditonton oleh ratusan ribu pengguna media sosial dari dalam dan luar negeri.
Di Channel Youtube, isi ceramah Tu Sop juga bertebaran sangat banyak yang disebarkan oleh tim Tastafi, Dayah Multimedia dan akun-akun lainnya yang merekam secara independen dan menyebarkannya secara sukarela.
Muatan dakwahnya disukai banyak kalangan karena dianggap membuka wawasan dan cakrawala berfikir.
Paradigma Aqidah Ahlusunnah wal Jama’ah disampaikan dengan teduh dan mendamaikan.
Begitu juga dalam bidang akhlak dan ibadah.
Di bidang politik, dengan tujuan melakukan revolusi akhlak dalam sistem pemerintahan beliau pernah maju sebagai calon Bupati Bireuen.
Saat maju sebagai Cabub Bireuen, ide-ide, gagasan dan keteladanan beliau dalam berpolitik banyak di apresiasi berbagai kalangan.
Visi beliau saat itu adalah memperkuat arus kebaikan dan perbaikan.
Maka salah satu keteladanan yang berhasil beliau tanamkan dalam fondasi politik di Bireuen dan juga Aceh, atau bahkan juga Indonesia, adalah tidak pernah membalas fitnah dengan fitnah.
Tidak pernah membalas cacian dengan cacian. Dan itu berhasil beliau tanamkan kepada para murid dan pengikut beliau lainnya.
Penulis menyimak dan menyimpulkan beberapa gagasan beliau yang terkiristalisasi dalam dua inti utama.
Pertama, memperbaiki pola pemikiran ummat dalam semua ranah kehidupan. Kedua, memperkuat dakwah sosial.
Maka tidak berlebihan jika saya menyimpulkan, bahwa jika muslim Kelantan pernah memiliki alm. Nik Azis, maka kita di Aceh saat ini memiliki sosok Tu Sop Jeunieb.
Gerakan dakwah dan sosial Tu Sop faktanya kini semakin meluas.
Tidak hanya di Bireuen, tapi juga Beliau betul telah “kalah” dalam Pilkada Bireuen, tapi arus kebaikan yang digerakkannya tidak berhenti.
Bahkan semakin melaju dan semakin luas. Tema gerakannya adalah “Memperkuat arus kebaikan dan perbaikan”.
Semboyan gerakannya adalah “Jangan tunggu sampai bisa melakukan semuanya, tapi lakukanlah segera semua yang bisa”.
Jama’ah yang hadir dalam setiap kali pengajian Tu Sop pun kini terlihat semakin membludak.
Mereka tak peduli beliau memiliki narasi politik karena pernah terjun dalam Pilbub Bireuen, bahkan nampaknya mereka semakin paham jalan juang Tu Sop.
Sebab, Tu Sop berhasil menunjukkan keteladanan, bahwa meski ada yang dicaci, ia tidak pernah membalas.
Saat debat kandidat Pilbub Bireuen misalnya, ia tidak pernah menyerang kandidat manapun lainnya.
Tu Sop fokus dan konsisten menjelaskan narasi besarnya, bahwa “kita tidak perlu bertarung di kandang macan, kerena yang menang dan kalah (di kandang macan) sama-sama akan dimakan macan”.
Begitu jalan fikir beliau dalam memandang problem kebangsaan kita di tengah dominasi kekuatan luar yang hegemonik.
Bagi Tu Sop, musuh kita adalah keterbelakangan, kemiskinan, penjajahan model baru oleh sistem kapitalisme.
Maka memperhatikan semangat dan militansinya dalam gerakan perbaikan dan sosial, sepertinya hari hari ke depan sosok ini akan terus menjadi solusi bagi Aceh atas problem kelangkaan sosok Aceh yang berintegritas.
Jika di jalan politik beliau bertekad meletakkan fondasi dasar politik Islam yang santun dan ber-akhlakul karimah,
maka pada saat yang sama, dengan gerakan sosial yang digerakkannya bersama relawan BMU, Tu Sop terus menyapu air mata ummat.
Peran ini tentu tidak sekedar lips service semata, tapi lahir karena narasi besar yang sering disampaikan Tu Sop dalam berbagai forum.
Dan kini gerakannya memperbaiki ummat dan memberi solusi atas persoalan mereka semakin sistematis.
Sebagamana tuntunan Islam, dakwahnya menyatu dengan gerakan sosial, dakwah bil lisan (ucapan) menyatukan dengan dakwah bil hal (perbuatan).
Bersamaan dengan itu, untuk memperluas jangkauan dakwahnya, sejumlah karya tulis juga telah dilahirkannya bersama para muridnya.
Sepintas mungkin gerakannya ini kecil, tapi seluruh gerakan besar dimulai dari hal-hal paling kecil.
Sepertinya, dengan izin Allah Swt gerakan Tu Sop ini tidak akan berhenti, sampai peradaban Islam kembali tegak di Bumi Aceh.
Selamat jalan, Tu Sop. Kepergianmu meninggalkan duka mendalam di hati kami masyarakat Aceh.
Kami percaya bahwa Allah SWT akan menempatkanmu di sisi yang terbaik dan mulia.
Terima kasih untuk semua kenangan indah yang telah kita bagi bersama.
Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik di surga untukmu dan menguatkan hati kami yang ditinggalkan.
Selamat jalan Tu Sop, kamu akan selalu hidup dalam doa dan ingatan kami. (*)
*) Sumber dikutip dari buku ‘Paradigma Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb’, karangan Dr Teuku Zulkhairi
(Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca dan Ikuti Berita Serambinews.com di GOOGLE NEWS
Bergabunglah Bersama Kami di Saluran WhatsApp SERAMBINEWS.COM
Haul Tu Sop
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb
Tu Sop
biografi Tu Sop
perjalanan hidup Tu Sop
ulama kharismatik
Aceh
Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab
Dugaan Korupsi Rp 1 Triliun, Eks Dirut Taspen Kosasih Hadiahi Pacar Tas Branded hingga Mobil HR-V |
![]() |
---|
NEKAT, Seorang Penumpang KMP Aceh Hebat 2 Tujuan Banda Aceh Sabang Lompat ke Laut |
![]() |
---|
Kedapatan Ngopi saat Jam Kerja, Belasan ASN di Banda Aceh Terjaring Razia |
![]() |
---|
Wow, Bank Makin Kaya, Kemiskinan Tetap Juara |
![]() |
---|
Ini Bacaan Shalawat di Bulan Maulid, Jangan Dilewatkan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.