Opini

Mengapa Roblox Dilarang?

Dia tidak dapat serta-merta mengunduh fitur baru yang diinginkan, karena ada fitur parental

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
DIAN RUBIANTY MPA, Fulbright Scholar, Kepala Ombudsman RI Perwakilan Aceh. 

Oleh: Dian Rubianty

LARANGAN Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Abdul Mu’ti bagi anak-anak di bawah umur untuk tidak memainkan Game Roblox menuai berbagai tanggapan. 

Psikolog anak Roslina Verauli, misalnya menyatakan bahwa kemungkinan dampak buruk Game Roblox pada anak, tidak sepenuhnya dapat dibendung (BBC News Indonesia, 2025). 

Pandangan beliau masuk akal, mengingat pada era dimana dunia digital sudah terbuka luas, pelarangan akses mungkin tidak serta merta menutup kemungkinan anak tetap bisa memainkan gim ini. 

Sementara itu, tanggapan orang tua terkait permainan Roblox juga beragam. Ada yang pro, namun ada juga yang kontra. Tentu masing-masing pemikiran didasarkan pada berbagai pertimbangan.

Orang tua digital 

Sebelum Mendikdasmen menyampaikan larangan bermain gim ini bagi anak-anak di Indonesia, putri bungsu kami sempat meminta izin untuk mengunduh Game Roblox

Dia tidak dapat serta-merta mengunduh fitur baru yang diinginkan, karena ada fitur parental block (blokir orang tua) di ponsel pintarnya. Fitur ini mengharuskan si bungsu meminta izin, agar dapat mengunduh fitur baru.

Baca juga: Game Roblox Batasi Konten Tanpa Rating, Anak Hanya Bisa Akses Konten Resmi

Sejak si bungsu kami izinkan menggunakan ponsel pintar, kami berupaya membangun budaya berteknologi yang positif melalui edukasi digital. Untuk  perlindungan akses terhadap fitur yang mungkin belum sesuai dengan usianya, kami menggunakan fitur “blokir orang tua.” 

Bagi kami, orang tua digital immigrant (tidak lahir di zaman serba digital dan baru mempelajarinya ketika dewasa), fitur “blokir orang tua” cukup bermanfaat. Tentu, anak-anak digital native bisa saja menemukan cara untuk mensiasati fitur blokir ini. Oleh karena itu, kami sampaikan kepada mereka, bahwa fitur ini gunanya sebagai alat kontrol. 

Fungsinya bukan sebagai alat paksa. Fitur ini hanya alat yang akan mendorong kita agar terus saling belajar semakin melek literasi digital. 

Selain itu, kami juga dibantu kakak-abangnya untuk mengawasi aktifitas si bungsu terhadap dunia digital. Maklum, sebagai orang tua “digital imigrant” tentu punya banyak keterbatasan. 

Tidak selalu paham dan mengikuti perkembangan terkini, apalagi di dunia permainan gim yang berkembang demikian pesat.
Saat putri kami meminta izin akses untuk mengunduh Roblox, kakaknya yang sudah mengikuti perdebatan dampak Game roblox ini menyatakan keberatan. Sesuai dugaan, keberatan sang kakak tidak bisa diterima oleh adiknya. 

Alasannya, semua teman-teman sudah mengunduh dan main gim ini. Ada satu gim yang disukainya, dan menurut si bungsu sesuai dengan kemampuan seni dan desain yang menjadi minatnya. Akhir percakapan, kakaknya kesal, adiknya merajuk.
 
“Susah sekali orang-orang dewasa ini. Semua dilarang.” Demikian ia menutup percakapan dengan sang kakak. Semoga di bulan perayaan kemerdekaan Indonesia, anak-anak ini tidak serta-merta merasa “tidak merdeka.”

Mengapa Roblox Dilarang?

Roblox yang diciptakan oleh Roblox Corporation, bukan sekedar sebuah game online biasa. Selain diciptakan sebagai sebuah platform permainan online, gim yang pertama kali dirilis pada tahun 2006 ini juga dikembangkan sebagai sistem pembuatan game (game creation system). 

Keistimewaan Roblox memungkinkan ia dapat digunakan tidak saja untuk bermain game online. Penggunanya juga dapat membuat permainan sendiri dengan menggunakan Roblox Studio dan bermain dengan gim yang diciptakannya. Selain itu, ia bisa membagi permainan ciptaannya pada siapa saja di seluruh dunia. 

Selanjutnya, gim ini juga dapat membangun  komunitas sosial imajiner. Anak dapat bermain bersama dan berinteraksi dengan pemain lain. Mereka dapat membangun strategi permainan, bernegosiasi, berbagi, sebagaimana layaknya interaksi di dunia nyata. 

Ada pula aktivitas ekonomi virtual, dimana penggunaan mata uang bernama Robux dapat digunakan para pemain untuk membeli berbagai perlengkapan bagi pemain. Robux dapat juga digunakan untuk membeli gim berbayar. 

Kemudian pada permainan Roblox ini ada avatar,  yang dapat memakai berbagai aksesoris sesuai selera pengguna (sumber: roblox website, 2023).

Saat ini terdapat beberapa game Roblox yang digemari para pemain. Misalnya, Brookhaven, sebuah game online tentang roleplay (bermain peran) tentang kehidupan sehari-hari. Anak-anak juga suka bermain Adopt Me! dimana mereka bisa mengadopsi hewan peliharaan dan membangun rumah. Ada permainan Blox Fruits. 

Gim ini merupakan sebuah permainan pertarungan dan petualangan, yang mungkin terinspirasi dari anime One Piece. 

Lantas, jika berbagai permainan dalam platform Roblox terlihat demikian asik, kenapa Mandikdasmen sampai melarang anak-anak bermain gim ini? Berdasarkan pemberitaan media, ada beberapa pertimbangan yang mendasari munculnya larangan tersebut. 

Pertama, berawal dari kekhawatiran karena beberapa konten Roblox tidak sesuai untuk anak-anak di bawah umur. Pada beberapa permainannya ada yang mengandung kekerasan, unsur seksual terselubung, atau interaksi sosial terbuka yang tidak sesuai untuk anak-anak.

Pakar pengasuhan dan psikolog anak banyak yang mendukung pembatasan atau pengawasan konten yang belum terjamin aman atau sesuai untuk tahapan perkembangan anak.

Pertimbangan berikutnya adalah kemungkinan anak berinteraksi secara daring, tanpa mekanisme keamanan diri yang cukup.

Roblox membuka peluang anak-anak berinteraksi dengan orang asing, karena memiliki fitur chat online. Jadi bisa saja informasi pribadi akan tersebar, bahkan grooming atau cyberbullying pun dapat dialami anak. 

Selain itu, kita tentu kerap mendengar bahkan mengalami sendiri, bagaimana anak bisa saja mengalami kecanduan, yang akhirnya beresiko pada terjadinya gangguan perilaku.

Gejala awal dapat dilihat dari kesulitan anak berkonsentrasi saat belajar, emosi yang mudah berubah, atau anak kurang istirahat sehingga terlihat lesu dan tidak bersemangat bangun pagi. 

Tidak jarang saat acara keluarga atau kegiatan bersama, anak-anak terlihat tidak bahagia karena ingin cepat-cepat pulang, “Ayo Yah. Ditunggu teman untuk lanjut main niy.”

Demikian, beberapa hal yang selama ini terjadi pada anak-anak kita atau anak di sekitar kita. Tentu kita tidak menutup mata, bahwa ada juga anak-anak yang mendapat manfaat dari gim ini. 

Kreativitas mereka meningkat, karena berlatih membuat gim dengan aplikasi yang ada, atau belajar dasar-dasar pemrograman. Saat bermain, anak juga menemukan cara menyelesaikan masalah, mengatur strategi bersama teman sepermainan dan membangun tim. 

Menimbang berbagai hal, peran kita sebagai orang dewasa di sekitar anak tentu menjadi semakin penting dalam mendampingi agar anak-anak kita tumbuh merdeka, Sejahtera lahir dan batin. 

Tidak Cukup Hanya Melarang?

Ada pepatah dalam budaya Afrika yang menyatakan, “It takes a village to raise a child.” Secara harfiah, dapat kita artikan, “membutuhkan satu kampung untuk membesarkan seorang anak.” 

Artinya, ada tanggung jawab moral dan sosial dari setiap kita untuk membesarkan setiap bijeh Aceh mulia. Orang tua, guru, orang dewasa di lingkungan tempat tinggal, ulama, dan pemerintah, semuanya memiliki peran dan tugas masing-masing.
 
Melarang saja agar anak tidak main Roblox mungkin akan menimbulkan penolakan, jika tidak dibarengi dengan penjelasan dan dialog yang cukup terkait pelarangan tersebut. Selain alasan, menggunakan bahasa yang berpihak pada kepentingan mereka mungkin juga akan membantu. 

Misalnya, “Ayah dan Ibu khawatir, kamu terlalu sering main Roblox sampai kurang istirahat, jadinya tidak fokus."

Orang tua tentu pihak yang paling mengerti, bagaimana menyampaikan hal ini kepada buah hati. Kita juga apresiasi adanya upaya Pemerintah untuk mengatur tentang perlindungan anak dari game online melalui peraturan presiden. 

Menurut Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak (KPPA) Nahar, “Progress-nya sudah harmonisasi antara kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah. Sehingga tugas dan fungsi serta kewenanganannya tidak timpang tindih. Insyaallah tahun ini ditargetkan rampung," (detiknews, April 2025).

Di samping dua hal di atas, perlu juga dipikirkan upaya alternatif agar anak-anak generasi digital ini tetap mendapat media untuk menyalurkan bakat dan minatnya.

Upaya Pemerintah tidak cukup hanya dengan penetapan regulasi dan pengawasan platform digital. Perlu upaya berkelanjutan dalam edukasi digital untuk orang tua, anak dan masyarakat. 

Melalui semangat perayaan kemerdekaan ke 80, kita tentu berharap anak-anak Indonesia akan tumbuh cerdas, merdeka berkreativitas dalam ruang tumbuh yang aman dan dilindungi. Tantangan kita menciptakan ruang aman ini semakin tidak mudah. 

Sebagaimana dulu perjuangan menuju kemerdekaan ini tidak diperjuangkan sendirian, demikian pula hal ini. Mari peduli bersama.


*) PENULIS Fulbright Scholar, Kepala Ombudsman RI Perwakilan Aceh
email:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved