Tgk Abdul Razaq Ridhwan.
Pembina MAZKA Langsa, alumnus Mudi Mesra Samalanga, melaporkan dari Kota Hojiring Denmark
JAK beut atau pergi untuk mencari ilmu adalah kewajiban setiap individu hamba Allah.
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW, "Menuntut Ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim".
Jadi di mana pun kita berada maka kewajiban menuntut ilmu tidak akan pernah lekang dari setiap muslim.
Prinsip jak beut yang sangat kuat di masyarakat Aceh ternyata masih dipegang erat-erat oleh warga Aceh yang bermukim di Eropa.
Fakta ini saya lihat sendiri semenjak hari pertama saya berada di tanah Eropa, dalam rangka Safari Dakwah, Shalawat Maulid Rasulullah, dan pengajian keliling di rumah-rumah warga Aceh di Denmark, Norwegia, dan Swedia, sejak Desember 2017 lalu.
Gambaran tentang antusiasme warga Aceh di Eropa dalam menjaga aqidah dan tradisi serta adat budaya Aceh, telah saya tulis dalam tiga tulisan sebelumnya yang dimuat di rubrik citizen reporter Serambi Indonesia edisi cetak maupun edisi online.
(Baca: Bu Kulah dan Gulee Pliek pada Acara Maulid di Eropa)
(Baca: Semaraknya Walimatul ‘Urusy Warga Aceh di Eropa, Darabaro Warga Norwegia Linto dari Swedia)
(Baca: Mengunjungi Masjid Fittja, Satu-satunya Masjid di Swedia yang Boleh Azan Pakai Pengeras Suara)
Kali ini saya menulis tentang antusiasnya warga Aceh di Denmark dalam mengikuti pengajian Tauhid, Tasawuf, dan Fiqah (Tastafi).
Warga Aceh di Denmark berdomisili di dua tempat yang berbeda, yaitu di kota Hojiring dan di kota Ars.
Kedua kota ini berjarak sekitar 1 jam perjalanan dengan kendaraan roda 4.
Dalam perjalanan Safari Dakwah di kota Hojiring, saya bersilaturahmi ke rumah-rumah warga Aceh di Hojiring, hampir 20 rumah kami bersilaturahmi.