Pada Jumat dan Sabtu (12-13 Januari 2018) saya mengadakan dan membuka Pengajian Tastafi Cabang Denmark di kota Hojiring bersama warga Aceh.
Pengajian Tastafi adalah sebuah pengajian yang berada di bawah binaan Waled Hasanoel Bashry AG atau Abu Mudi Samalanga dan para ulama Aceh.
Pengajian Sastafi sudah berjalan lebih kurang enam tahun dan sudah memiliki sayap di seluruh Aceh, serta beberapa cabang luar negeri, seperti Malaysia, dan kali ini di Eropa.
Tgk Siti Aminah, alumni Dayah Mudi Mesra Samalanga dan salah satu pengajar agama di Denmark, berharap dengan terbentuknya Tastafi di Denmark bisa memperkuat ukhawah silaturrahmi antara warga Aceh di Eropa dan ulama-ulama, di Aceh maupun seluruh dunia.
Pengajian perdana
Untuk pengajian Tastafi perdana di Denmark ini, dimulai setelah shalat Isya sampai selesai. Pengajian dilanjutkan lagi pada hari Sabtu setelah shalat Zuhur, yang juga diikuti oleh anak-anak Aceh.
Pengajian diawali dengan latihan shalawat dan zikir bersama, kemudian dilanjutkan dengan pengajian dan tanya jawab seputar masalah agama.
Pengajian Tastafi bagi warga Aceh yang berdomisili di Kota Hojiring diadakan di salah satu masjid di kota Hojiring.
Masyarakat Aceh, termasuk pegiat di masjid yang disewa oleh umat Islam di kota tersebut.
Masjid yang berada di tengah kota Hojiring ini berbentuk gedung kecil dengan daya tampung 200 jamaah.
Masyarakat Aceh menjadikan masjid tersebut sebagai tempat pengajian setiap hari Sabtu dan minggu.
Walaupun di tengah kesibukan dan hidup di negara Eropa, tapi semangat warga Aceh untuk jak beut atau mencari Ilmu Allah, tetap menyala.
Semoga semangat untuk berjihad dalam mencari Ilmu di tanah Eropa tidak pernah pudar meskipun dalam kesibukan mencari nafkah.
Setelah acara pengajian, pada hari malam Sabtu dan harinya, saya kembali meninggalkan Denmark, untuk melanjutkan Safari Dakwah ke Norwegia.
Warga Aceh di Denmark, juga Norwegia dan Swedia, berharap agar setiap tahun datang para ulama dan teungku dari Aceh untuk menyiarkan dakwah, terutama ilmu Tauhid, Tasawuf, dan Fiqah, agar generasi Aceh di Eropa tetap berpegang teguh kepada tuntunan agama. (*)