"Saya bahkan tidak mengenalinya sebagai ayah saya."
Majelis pembebasan bersyarat menyerukan kepada Jackson untuk membacakan pernyataan dengan lantang. Jackson pun menghela napas, berhenti sejenak.
"Saat itu saya bertanya-tanya apakah saya melakukan hal yang benar, tapi ibu saya selalu mengajarkan saya agar menjadi berani," ungkap dia.
"Saya mencoba untuk mengingatkan diri sendiri bahwa Tuhan menyertai saya. Apapun hasil sidang ini, Tuhan lebih besar dari saya, lebih besar dari ayah saya, lebih besar dari ruangan atau bahkan Departemen Kehakiman."
Ia mengambil napas dalam-dalam, menatap majelis pembebasan bersyarat dengan mantap dan mulai menceritakan kisahnya.
Baca: Bus Rombongan Tamu Pernikahan Jatuh dari Jembatan, 21 Orang Tewas dan 20 Lainnya Terluka
Baca: Anggota Polres Aceh Barat Ditemukan Tewas Tertembak
Petugas medis
Kisah ini dimulai saat ibu dan ayahnya bertemu di sebuah fasilitas pelatihan militer di Missouri, di mana mereka berdua mengikuti pelatihan sebagai petugas medis.
Lalu, mereka pindah dan lima bulan kemudian, pada pertengahan tahun 1991, ibunya mengandung.
"Ayah sangat bahagia saat menyambut kelahiran saya, tapi semuanya berubah ketika ia pergi ke operasi militer Desert Storm di Arab Saudi. Sekembalinya dari sana, sikapnya berbeda sama sekali terhadap saya," kata Jackson.
Stewart ayahnya mulai menyangkal bahwa Jackson adalah putranya.
Dia menuntut tes DNA sebagai bukti bahwa dirinya adalah ayah Jackson, dan ia pun menyerang sang ibu secara fisik dan verbal.
Ketika ibu Jackson akhirnya meninggalkan suaminya, pasangan ini bertengkar sengit soal biaya tunjangan anak, Stewart menolak untuk menafkahi. Selama perselisihan itu, ayah Jackson melontarkan ancaman yang menyeramkan.
Baca: Lama Tak Terdengar, Fatin Shidqia Lubis Ketahuan Video Call dengan Cowok, Siapakah Dia?