Baca: Rumah Janda yang Tinggal Bersama Anak Gadis di Aceh Utara Terbakar, Api Diduga Berasal Dari Ini
Jackson mengatakan, "Ia sering mengatakan hal-hal seperti, 'anakmu tidak akan hidup melampaui usia lima tahun,' dan 'ketika saya meninggalkanmu, saya tidak akan meninggalkan ikatan apa pun.'"
Belakangan para penyelidik menemukan bahwa Stewart yang bekerja sebagai seorang penguji darah di laboratorium, diam-diam mulai mengambil sampel darah yang terinfeksi untuk disimpan di rumah.
"Ia sering bercanda dengan rekan-rekannya dengan mengatakan, 'saya ingin menginfeksi seseorang dengan salah satu virus ini. Mereka bahkan tidak akan pernah tahu apa yang menimpa mereka'," kata Jackson.
Baca: 10 Anggota DPRD Sumut Kembalikan Uang Suap yang Diterima dari Gatot Pujo Nugroho ke KPK
Baca: Foto Tunggakan Listrik Rumah Tersebar, Fadli Zon: Saya Lagi Bokek Hahaha
Menyuntikkan darah yang tercemar HIV
Ketika Jackson berusia 11 bulan, ayah dan ibunya sudah tidak berhubungan lagi. Namun, ketika Jackson dirawat di rumah sakit karena terserang asma, ibunya menelpon ayahnya.
"Ibu saya menelepon ayah untuk memberitahu, ia menganggap bahwa suaminya ingin tahu bahwa anaknya sakit."
"Ketika ibunya menelepon, rekan-rekan ayahnya mengatakan, "Bryan Stewart tidak punya seorang anak."
Di hari Jackson tak diakui sebagai anak, tak diduga Stewart mengunjungi Jackson ke rumah sakit.
"Ia bukanlah seorang ayah yang sangat aktif, jadi semua orang pikir itu aneh ketika dia muncul," kata Jackson.
"Ia menyuruh ibu saya untuk minum di kantin rumah sakit sehingga ia bisa berdua dengan saya."
Saat istrinya pergi, Stewart mengambil botol darah yang tercemar HIV dan menyuntikkan ke anaknya.
"Ia berharap saya mati jadi ia tidak harus membayar tunjangan anak," kata Jackson.