Setahun berselang, Goebbels menulis novel semi-otobiografi berjudul Michael: ein Deutsches Schicksal in Tagebuchblattern yang terdiri dari tiga bagian.
Buku tersebut merupakan gabungan dari pemikiran Goebbels serta kisah hidup sahabatnya, Richard Flisges, dan menjadi buku populer selama masa Partai Nazi berkuasa.
Baca: Pesawat Telepon Bekas Adolf Hitler Terjual Rp 3,3 Miliar
Pada 1922, Goebbels lulus dari Universitas Heidelberg dengan gelar Doktor Filosofi Jerman. Dia lalu pulang dan menjajal beberapa pekerjaan.
Dia pernah menjadi pengajar privat, dan wartawan di sebuah koran lokal.
Selama bekerja sebagai jurnalis, sejarawan menjelaskan kalau tulisan Goebbels mulai menunjukkan ketidaksukaannya akan kultur modern, dan sikap anti-Semit.
Di musim panas 1922, dia bertemu dengan Else Janke, seorang guru sekolah. Ketika Janke mengaku kalau dia setengah Yahudi, Gobbels begitu kecewa.
"Pesonanya langsung memudar," tulis Goebbels saat itu.
Baca: Dulu Dilarang, Kini Buku Adolf Hitler Mein Kampf Diburu di Jerman
Meski begitu, Goebbels diketahui bertemu dengannya beberapa kali hingga 1927.
2. Bergabung dengan Nazi Jerman
Ketertarikan Goebbels dengan Partai Buruh Nasional Sosialis Jerman (Nazi) dan Adolf Hitler mulai terjadi pada 1924.
Ketika itu, Hitler diadili atas tuduhan pengkhianatan setelah dia gagal melakukan kudeta dalam peristiwa Beer Hall Putsch pada 8-9 November 1923.
Persidangan itu diliput oleh banyak media massa, dan memberikan keuntungan bagi Hitler untuk menyebarkan propaganda.
Hitler kemudian divonis lima tahun penjara. Namun, dia kemudian dibebaskan pada 20 Desember 1924.