Kupi Beungoh

Fenomena Tanah Bergerak Saat Gempa di Palu dan Donggala, Begini Kisah Likuifaksi dalam Alquran

Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Oleh Mulyadi Nurdin, Lc, MH*)

GEMPA dengan kekuatan magnitudo 7,7 melanda Sulawesi Tengah Jumat (28/9/2018).

Gempa tersebut disusul tsunami yang menerjang wilayah pesisir pantai.

Gempa dan tsunami di Palu dan Donggala ini memang tidak sedahsyat bencana serupa yang terjadi di Aceh, 26 Desember 2004.

Kala itu, gempa berkekuatan 9,1 pada Skala Richter yang menimbulkan gelombang tsunami setinggi 30 meter, menyapu hampir sebagian Kota Banda Aceh dan beberapa kawasan pesisir pantai di Sumatera dan 14 negara lainnya.

Gempa dan tsunami di Aceh mencatatkan lebih dari 230 ribu korban yang tersebar di 14 negara.

Sementara di Indonesia, terdapat 160 ribu jiwa korban meninggal dunia.

Dari sisi kekuatan gempa, ketinggian tsunami, dan jumlah korban jiwa, serta dampak ke beberapa negara, bencana yang terjadi di Palu dan Donggala memang tidak separah yang dialami oleh Aceh, 14 tahun lalu.

(Gempa dan Tsunami di Aceh Tahun 2004 dan Palu Tahun 2018, Kekuatan hingga Dana Bantuan)

(Tsunami Bervariasi, Tertinggi di Palu Capai 11,3 Meter, Terendah di Donggala Tercatat 2,2 Meter)

Namun, ada sebuah peristiwa mengangetkan dalam bencana alam di Palu dan Donggala, yang tidak dialami saat gempa dan tsunami di Aceh.

Peristiwa dimaksud adalah tanah bergerak atau likuifaksi yang terjadi di Petobo, Kota Palu saat gempa, Jumat (28/9/2018) lalu.

Sejumlah pohon, rumah, dan bangunan lenyap “ditelan” bumi hanya dalam hitungan menit.

Fenomena likuifaksi (soil liquefaction) dapat dilihat melalui video yang beredar luas melalui media sosial, dimana terlihat bangunan dan pohon “berjalan”.

Fenomena ini sepertinya memang baru bagi kita di Indonesia.

Sehingga saya pun sempat ragu saat pertama kali menerima kiriman video rumah dan pohon yang bergerak terseret tanah itu.

Apakah benar kejadiannya setelah gempa di Palu dan Donggala?

Halaman
1234

Berita Terkini