Terkait Peluru Nyasar ke Gedung DPR, Dugaan Adanya Unsur Kesengajaan Semakin Menguat

Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Barang bukti senjata api ditunjukan kepada wartawan saat rilis pengungkapan kasus peluru nyasar di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (16/10/2018). Polda Metro Jaya berhasil mengungkap pelaku penembak peluru nyasar ke Gedung DPR pada hari Senin (15/10) lalu dan mengamankan Dua orang tersangka berinisial (I) dan (R) serta menyita Dua pucuk senjata berserta peluru. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Humas Pengurus Pusat Perbakin, Rocky Roring menjelaskan, kecenderungan adanya kesengajaan dari dua tersangka yang sudah ditetapkan polisi semakin menguat.

Pasalnya, lima peluru terlepas dari pistol tangan jenis Glock 17 dan mengarah ke gedung DPR.

"Dua saja sebenarnya sudah tidak mungkin kalau tidak sengaja. Ini lima lagi," katanya saat dihubungi Tribun, Jakarta, Rabu (17/10).

Dia menguraikan, senjata jenis Glock meski dimodifikasi menjadi full automatic, tetap harus menarik pelatuk satu persatu agar peluru terlontar. Tidak bisa, satu kali tarikan lima peluru terlontar sekaligus.

"Ini kan pistol. Bukan AK, bukan senapan juga. Harus satu-satu nembaknya. Bukan satu tarikan pelatuk, langsung lima gitu. Enggak bisa begitu mau dimodif sedemikian rupa, enggak bisa," urainya.

Baca: Tanggapi Banjir Geumpang dan Mane, Politisi Ini Ajak Semua Pihak Lebih Peduli Lingkungan

Dia berandai, jikalau saat itu penembak melakukan reload (penggantian magasin) hanya satu peluru yang memungkinkan terlontar secara tidak sengaja, yakni, peluru sisa yang masih tertinggal di dalam selongsong.

Selebihnya, harus dikokang terlebih dahulu dan menembak ke arah sasaran. "Kalau dia merasa sudah kosong, kemungkinan kan hanya satu yang sisa. Bukan lima. Kalau sekali tembak bisa lima peluru keluar, seharusnya semua isi magasin itu keluar. Satu magasin itu bisa isi 15 peluru," lanjutnya.

Lagipula lanjutnya, tersangka yang latihan tembak di lokasi itu, bukanlah orang yang baru memegang senjata. Sudah mendapatkan sertifikasi dari Perbakin daerah dan sudah diperbolehkan untuk berlatih di Senayan, setidaknya sudah memiliki pengalaman selama satu tahun belajar memegang senjata.

Belum lagi, pasti ada instruktur dan kru dari Lapangan Tembak yang harus menemani saat latihan terjadi. "Atlet saja masih harus didampingi kok. Saya curiga ini oknum sih," tukasnya.

"Saya harus tegaskan, prinsip dasar memegang senjata, pertama safety, kedua safety, ketiga safety. Harusnya dia (pelaku) tahu soal ini," tegasnya.

Baca: 5 Fakta Kasus Peluru Nyasar di Gedung DPR RI, Pelaku PNS Kemenhub

Belum sampai disitu, Rocky masih melihat kejanggalan lain dari penembak. Dalam lapangan yang terbuka untuk tembak reaksi, sasaran hanya terbagi dua arah, mendatar dan ke bawah.

Tidak ada sasaran yang mengarah ke atas dari semua level penembakan yang harus dilalui. Jarak tembak paling jauh 25 meter dan paling dekat satu meter baik diam maupun target bergerak.

"Tidak ada yang sampai ratusan meter dan tidak ada yang ke atas. Kalaupun posisi tiarap, ada seng yang menghalang peluru. Tidak akan sampai ke gedung DPR yang ada di seberang," kata dia.

Dengan kejadian ini, dia berharap jangan sampai ada pihak-pihak yang memanfaatkan momen. Lapangan Tembak yang berada di Senayan sudah memenuhi kualifikasi standar internasional dan tidak mudah untuk memindahkan tempat latihan yang saat ini juga menjadi kantor Perbakin tersebut.

Baca: Polisi Ambil Keterangan dari Penembak Peluru Nyasar ke Gedung DPR

Pelaku yang Sama

Halaman
12

Berita Terkini