Melalui TMMD Melepas Belenggu Keterisoliran 

Penulis: Mahyadi
Editor: Yusmadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Personel TNI sedang membangun rumah milik Hamdan yang berprofesi sebagai Imam Kampung Tembolon, Kecamatan Syiah Utama, Kabupaten Bener Meriah.

Jarak tempuh dari Kampung Tembolon menuju Desa Wihni Durin, sekitar 15 kilometer dengan kondisi jalan memprihatinkan.

Apalagi di musim hujan. Jalan yang panjangnya hanya 15 kilometer, tetapi membutuhkan waktu tempuh hingga berjam-jam.

Tak jarang, warga harus bermalam di tengah jalan karena sulitnya akses menuju Kampung Wihni Durin ketika itu.

Baca: Tim Mabes TNI AD Tinjau Pembukaan Jalan TMMD di Jabal Antara

Dampak lain, biaya pengangkutan hasil bumi menjadi lebih mahal.     

Namun dengan hadirnya program TMMD ke-103 yang dilaksanakan oleh Kodim 0106/Aceh Tengah-Bener Meriah, seakan melepas belenggu keterisoliran masyarakat di Kampung Wihni Durin.

Alasanya, prajurit TNI telah membuka jalan baru dari Kampung Tembolon dengan jarak yang lebih singkat sekitar 5,5 kilometer.

Sebelumnya, warga disana melewati jalan berlumpur serta berkubang sejauh 15 kilometer dari Kampung Tembolon ke Desa Wihni Durin.

Kini hanya sekitar 5,5 kilometer.

“Sejak jalan baru ini dibuka, akses kami mulai gampang karena jarak tempuhnya mulai dekat. Hampir  10 kilometer terpotong dari jalan lama,” kata Imam Kampung Wihni Durin, Samin.

Dia menambahkan, ruas jalan yang dibuka prajurit TNI melalui program TMMD, sangat bermanfaat bagi warga di desa itu. Apalagi, untuk kebutuhan sehari-hari, warga di Kampung Wihni Durin, berbelanja ke Pondok Baru, Kecamatan Bandar.

“Kalaupun belum diaspal, tapi alhamdullilah, aksesnya sudah mulai lancar,” kata Samin.

Membangun rumah layak huni

Siang itu, waktu sudah menunjukan pukul 12.30 WIB. Beberapa personel TNI yang tadinya sibuk, memasang dinding pada rumah semi permanen di Desa Tembolon, menghentikan aktivitasnya seiring dengan menggemanya suara azan dzuhur.

Mereka bergegas menuju belakang Masjid Sabillul Mustaqim untuk berwudhu.

Sembari mengantre mengambil wudhu, sebagian anggota TNI, terlihat mengibas-ngibas seragam lorengnya dari debu yang melekat.

Mereka memastikan, pakaian yang membalut tubuhnya harus bersih, ketika menjalankan ibadah shalat. Meski terlihat ada rasa lelah, namun mereka tetap khusyuk ketika menjalankan ibadah bersama warga di Kampung Tembolon.

Usai menjalankan ibadah shalat dzuhur, para personel TNI ini, sejenak melepaskan lelah sembari menikmati makan siang bersama warga.

Tak banyak waktu untuk istirahat, setengah jam berselang mereka kembali memegang martil, gergaji, dan meteran untuk menyelesaikan satu unit rumah warga kurang mampu di Kampung Tembolon.

Rumah yang dibangun oleh prajurit TNI ini, merupakan milik Hamdan yang berprofesi sebagai Imam Kampung Tembolon.

Hamdan merupakan salah satu warga kurang mampu di desa itu. Selama lima tahun terakhir, ayah dua anak ini, menetap di rumah yang tidak layak huni.   

Sebelah dinding rumahnya, menempel di dinding beton milik tetangga. Sedangkan dinding belakang, terbuat dari tepas yang terlihat mulai jarang dan bolong-bolong.

Di dalam rumah berukuran 5 x 6 meter itu, tidak terlihat adanya sekat. Antara ruang tamu, kamar tidur, serta dapur menjadi satu.

“Beginilah kondisi rumah kami. Sudah lima tahun kami tinggal disini,” kata Hamdan.

Keseharian Hamdan bekerja sebagai petani, dan menjadi Imam Kampung Tembolon. Pria berkulit gelap ini, selain kurang beruntung secara ekonomi, juga memiliki keterbatasan fisik.

Tangan sebelah kirinya putus hampir sampai ke bagian siku.

“Ini bukan cacat bawaan lahir, tetapi akibat konflik di tahun 2001,” tutur Hamdan.

Alumni Pesantren Darul Sa’adah, Bener Kelipah, Kabupaten Bener Meriah ini, harus merelakan tangan kirinya hilang. Ketika itu, ia menemukan bom rakitan dalam sebuah botol saat dalam perjalan mengambil air.

Ketika itu jarak dari pesantren menuju sumber air sejauh 150 meter.

“Botol tersebut, kondisinya setengah tertanam di dalam tanah. Saya nggak tahu kalau benda itu bom. Ketika saya ambil langsung meledak. Tangan kiri saya putus. Bahkan jari-jarinya tidak jumpa sampai sekarang,” kenangnya. 

Cacat yang diderita oleh Hamdan, membuat geraknya mulai terbatas. Aktivitasnya lebih banyak menggunakan tangan sebelah kanan yang masih utuh.

Meski begitu, Hamdan tak pernah putus asa. Ia tetap berusaha sebagai seorang petani.

Menggarap sawah, membersihkan ladang menjadi keseharian Hamdan. Hanya saja, keberuntungan dari sisi ekonomi belum memihak.   

Cerita itu, merupakan bagian dari pengalaman pahit yang dialami oleh Hamdan. Namun kini, ia dan keluarganya mulai bisa tersenyum.

Baca: Tim Wasev Tinjau TMMD Kodim Aceh Barat

Sebentar lagi, mereka akan meninggalkan “istana gubuknya” untuk mendiami rumah baru yang dibangun oleh TNI AD.

“Alhamdulillah pak, kami bersyukur dan banyak berterima kasih kepada TNI yang sudah membangun rumah kami,” sebut Hamdan.

Pembangunan rumah untuk warga miskin itu, dilakukan secara gotong royong oleh belasan anggota TNI. Beberapa masyarakat setempat, juga ikut bahu membahu, berbaur dengan para tentara untuk mempercepat penyelesain rumah milik Hamdan.

Begitulah, gambaran perjuangan sejumlah personel TNI AD dari Jajaran Kodim 0106/Aceh Tengah-Bener Meriah, dalam membantu meringankan beban rakyat.  

Apa telah yang dilakukan para tentara ini, merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk kemanunggalan TNI dengan rakyat.

Bersama rakyat, TNI kuat.

Begitulah, sebaris slogan dari institusi penjaga negeri ini.

Tugas TNI, bukan hanya untuk berperang, tetapi juga ikut berperan dalam mensejahterakan kehidupan masyarakat. (Mahyadi)

Berita Terkini