SERAMBINEWS.COM - Kematian pria asal Amerika Serikat John Allen Chau yang dipanah oleh suku terasing penghuni Pulau Sentinel Utara di Kepulauan Andaman, India, kembali menyoroti keberadaan kelompok masyarakat yang menutup diri dari dunia luar itu.
Laporan dari India Today menyebutkan, suku Sentinel di Andaman bagian barat tidak berjabat tangan.
Hidup berburu dan meramu, mereka menggunakan salam dengan duduk di pangkuan satu sama lain dan mendaratkan tamparan hangat di punggung mereka sendiri.
Keramahan itu biasanya tidak akan dipakai ketika berhadapan dengan orang asing dari luar pulau. Panah yang dilesatkan justru sebagai gantinya.
Namun pernah suatu ketika, orang asing menginjakkan kaki di pulau tersebut pada akhir abad 19, ketika India berada di bawah kekuasaan Inggris.
Melansir New York Times, seorang perwira angkatan laut Inggris menggambarkan sebuah pulau terpencil yang dikelilingi karang di Laut Andaman.
Dia bertemu dengan salah satu suku paling misterius di dunia. Penduduk yang sangat terisolasi dan pemalu.
Mereka makan akar, kura-kura, dan menyimpan tengkorak babi hutan. Perwira itu bernama Maurice Vidal Portman.
Terpesona akan keunikan pulau, dia menculik beberapa anggota suku terdiri pasangan orang dewasa dan empat anak, membawa mereka ke rumahnya di sebuah pulau yang lebih besar.
Pulau besar itu merupakan lokasi Inggris menjalankan penjara. Orang dewasa yang dibawa Portman jatuh sakit dan meninggal dunia.
Kemudian, anak-anak yang diculik dikembalikan ke pulau tersebut. Portman pun mengakhiri eksperimennya yang disebutnya sebagai kegagalan.
Saat itu diyakini populasi suku Sentinel mencapai 8.000 orang, dan sekarang jumlah mereka sekitar 150 orang.
Selama abad-abad berikutnya, beberapa orang luar pernah kembali mengunjungi pulau yang disebut Sentinel Utara.
(Uniland.co.uk)
Hampir setiap orang yang berkunjung disambut dengan terjangan panah. Pada 1970-an, sutradara film dokumenter National Geographic terkena satu panah pada bagian kakinya.
"Ditinggal sendirian"
Kemungkinan penduduk pulau trauma dengan peristiwa penculikan, atau mungkin mereka takut pada penyakit asing.
Tidak ada yang pernah tahu persis mengapa mereka begitu bermusuhan dengan orang luar, dan bahasa mereka hingga kini tetap menjadi misteri.
Suku Sentinel diyakini bermigrasi dari Afrika pada 50.000 tahun lalu. Mereka menggunakan tombak, busur, dan anak panah untuk berburu binatang.
Mereka juga mengumpulkan tanaman untuk dimakan dan dijadikan rumah.
"Sentinel ingin dibiarkan sendirian," kata antropolog, Anup Kapur. Anvita Abbi, yang telah menghabiskan puluhan tahun mempelajari bahasa suku di Kepulauan Andaman dan Nikobar, India, turut menyampaikan pendapatnya.
"Hanya untuk rasa penasaran, mengapa kami harus mengganggu suku yang telah bertahan selama puluhan ribu tahun," katanya.
(Daily Mail)
Interaksi dengan orang luar dapat menjadi bencana besar bagi kesehatan suku Sentinel, sebab mereka tidak memiliki ketahanan terhadap penyakit asing.
Selama bertahun-tahun, suku Sentinel memudar dari pemberitaan hingga akhirnya pada Rabu lalu, pemerintah India mengatakan Chau terbunuh oleh busur dan anak panah mereka.
Kini, kepolisian India khawatir tentang ke mana penyelidikan kematian Chau akan mengarah. Sebab, jika mereka pergi ke pulau untuk mengambil jenazah Chau, mereka mungkin juga bakal terbunuh.
Lalu, apa yang diketahui dari suku Sentinel?
Diwartakan ABC pada Kamis (22/11/2018), hanya sedikit fakta yang diketahui soal suku terasing ini.
Mereka didefinisikan sebagai "uncontacted people", sebuah kelompok yang hidup tanpa hubungan yang signifikan dengan dunia luar.
Suku Sentinel tinggal di Pulau Sentinel Utara yang terletak di Samudra Hindia.
Pulau tersebut hanya seluas 60 km persegi, sekitar 1.200 km dari daratan India.
Pulau itu menjadi milik india sejak 1947, tapi diakui sebagai negara bagian yang berdaulat.
Populasi suku Sentinel diperkirakan sekitar 50 hingga 150 orang.
Mereka memiliki bagasa sendiri yang tidak diucapkan oleh orang luar, bahkan mereka tidak berhubungan dengan orang yang menghuni di pulau-pulau sekitar.
Suku Sentinel menjalani kehidupan dengan memburu dan meramu.
Mereka tak segan untuk menyerang orang asing yang mengunjungi pulau tersebut.
Perlindungan pemerintah
Pemerintah India melindungi dan menghargai keinginan mereka untuk dibiarkan tanpa interaksi dengan dunia luar.
Pada 2017, pemerintah mengeluarkan undang-undang yang melarang pengambilan foto atau video terhadap suku-suku di Kepulauan Andaman.
Gambar ini menunjukkan keberadaan penyintas suku Amazon yang selamat dari serangan pada 1995, di Rondonia, Brasil.
Pada 2010, pasukan penjaga pantai India bahkan menangkap lebih dari 100 nelayan Myanmar karena selama sekitar satu bulan membahayakan kehidupan suku tersebut.
Anggota suku Sentinel berhasil selamat dari tsunami pada 2004 dan menembakkan panah ke helikopter militer India yang memeriksa kondisi mereka.
Alasan lain mereka tetap dibiarkan terisolasi karena kekebalan tubuh yang lemah terhadap penyakit seperti flu dan campak.
Suku terasing lainnya
Lembaga Survival International pada 2013 memperkirakan ada sekitar 100 kelompok suku terasing di dunia.
Selama 22 Tahun kebanyakan berada di area Amazon, termasuk Brazil dan Peru, serta Papua Niugini.
Lembaga tersebut bahkan berhasil memotret foto detail suku Mascho-Piro di Peru pada 2013, yang sebelumnya pernah memiliki sedikit interaksi dengan dunia luar.
Sementara itu, kelompok lain di Kepulauan Andaman adalah suku Jarawa.
Mereka menyambut kedatangan orang asing.
Baca: Polisi Ringkus Komplotan Penganiaya Anak Wakapolsek
Baca: Polisi Ringkus Komplotan Penganiaya Anak Wakapolsek
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penculikan di Abad 19 Penyebab Suku Sentinel Trauma Orang Asing?"