“Jadi dulu itu strateginya adalah aku beli nasi banyak, sepiring gede terus pakai sayur, pakai ikan atau daging apa gitu bayarnya kan cuman itu doang,” jelasnya.
Untuk mengatasi rasa lapar yang biasa melanda di tengah malam, Obin menyimpan biskuit kelapa di kamarnya.
“Aku ambil 1-3 biji, makan, sambil nangis,” kenangnya.
Baca: Penyimpan Senpi Dituntut 30 Bulan Penjara
Agar bisa meneruskan kuliah, Obin lalu dianjurkan oleh dosen pembimbing dan dekan untuk mendaftar beasiswa dari PPA (Peningkatan Prestasi Akdemik) dan BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa).
Nilainya yang selalu bagus sejak SMA serta doa orangtua membuahkan beasiswa di semester dua hingga lulus.
Untuk bertahan hidup, ia pun mencari peruntungan kerja dengan mengajar fisika di sekolah bimbingan belajar di pusat kota Palembang yang berjarak sekitar satu jam dari kampusnya.
Terjun ke bidang sosial di Palembang
Minat Obin di bidang sosial tumbuh saat tinggal di Palembang. Obin yang supel dikenal sangat aktif berorganisasi.
Ia tergabung di Youth Interfaith Community, American Association of Petroleum Geologist, menjadi ketua perkumpulan warga Batak, dan mendirikan organisasi kampus, Himpunan Mahasiswa Geofisika.
Setelah lulus, ia pindah ke Jakarta untuk menerima tawaran kerja sebagai koordinator program di bidang kepemudaan di Global Peace Foundation.
Baca: Pemkab Bireuen Terima Bantuan Sapi Presiden
Setelah itu di Jakarta ia juga pernah bekerja di kementerian PU (Pekerjaan Umum) sebagai seorang konsultan.
Kerap kali ia mengikuti konferensi-konferensi baik di tingkat nasional maupun internasional yang pernah membawanya hingga ke Malaysia.
Mengejar impian hingga ke Negeri Paman Sam
Obin lalu memiliki cita-cita yang baru, yaitu pergi ke Amerika untuk menempuh pendidikan.
Setelah empat kali mencoba mendaftar beasiswa untuk program Young Southeast Asian Leaders Initiative dari pemerintah Amerika Serikat, ia lalu berhasil memperolehnya.