Gempa Palu

Gempa Palu 7,4 SR pada 28 September 2018 Dinyatakan Fenomena Supershear Langka, Ini Penjelasannya!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kerusakan akibat gempa bumi yang melanda, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018). Gempa bermagnitudo 7,4 mengakibatkan ribuan bangunan rusak dan sedikitnya 420 orang meninggal dunia.

Namun, gempa bumi supershear mendobrak teori itu dan bergerak dengan kecepatan super hingga dianalogikan menyebabkan efek ledakan sonik.

Ini adalah jenis gempa bumi langka dan baru diamati kurang dari 15 kali dalam seabad terakhir.

Gempa bumi supershear dianggap sebagai penyebab bencana yang melanda San Francisco pada 1906.

Baca: Deby Fatimah Jadi Korban Gempa Palu, Penghafal Quran yang Wafat Seusai Ambil Wudlu Sholat Magrib

Baca: Gempa Palu: Berdasarkan Geologinya, Sulawesi Memang Rawan Gempa dan Tsunami

Baca: Gempa Besar Berpotensi Terulang di Mentawai Sumatera Barat, Ini Kata Peneliti Gempa dan BNPB

Science Alert pada Selasa (6/2/2019) menyebut, Pulau Sulawesi berada di tengah-tengah teka-teki lempeng tektonik.

Persimpangan yang paling aktif di sana adalah sesar Palu-Koro, yang terdiri dari lempeng saling bergeser secara lateral terhadap arah yang berlawanan dalam mode strike-slip.

Bila lempeng strike-slip bergerak dengan kecepatan supershear, secara teoritis gempa dimulai di zona yang sedikit lebih kasar sebelum akhirnya mengeluarkan kecepatan penuh.

Para ahli berpendapat, pola zig-zag yang kompleks di patahan Palu-Koro menyulitkan gempa dengan peningkatan kecepatan.

Salah satu data yang membuktikan bahwa gempa Palu tergolong supershear adalah adanya data gempa susulan dari citra satelit yang menunjukkan gempa bergerak sejauh 150 kilometer hanya dalam 35 detik.

Hal ini dibuktikan oleh ahli dari Universitas California, Los Angeles (UCLA).

Mereka menggunakan data teleseismik dan penginderaan jarak jauh gempa untuk menghasilkan pencitraan terperinci dari proses patahan.

Data itu menunjukkan kecepatan gempa palu 4,1 kilometer per detik.

Sementara itu, studi lain yang dilakukan ilmuwan Université Savoie Mont Blanc di Perancis menambahkan detail tambahan pada struktur patahan.

Mereka menggunakan citra satelit untuk memetakan patahan utama dan struktur sekunder yang terkait gempa.

Dari sini mereka menemukan gambar yang memperlihatkan bagian masalah dan sebelumnya tidak dijelaskan dengan kompleks.

Gambar itu menunjukkan guncangan meluas ke selatan dengan total jarak 180 kilometer, didorong oleh dua ketegangan utama dan langsung turun ke 30 kilometer tepat di Palu.

Baca: Oarfish, Ikan yang Dianggap Sebagai Tanda akan Datangnya Gempa Bumi dan Tsunami

Baca: Gempa Lombok, Ring Of Fire, dan Status Indonesia sebagai Kawasan Rawan Gempa

Baca: Jumlah Gempa Selama 2018 Lebih Banyak 4.648 Kejadian Dibanding 2017

Halaman
123

Berita Terkini