Semua memorinya bersama rina sang anak seolah kembali diputar, langkah kakinya berat, matanya mulai sembab.
Ia mulai ragu, kuatkah ia mengikuti acara sampai tuntas..?
Lalu beliau melangkah masuk, terlihatlah teman-teman anaknya begitu suka cita dengan pakaian terbaik mereka, wajah-wajahnya memancarkan kebahagian dengan senyum sumringah dari bibir mereka.
Di disudut ruang yang lain, ia melihat para ayah dan ibu memancarkan aura bahagia menyambut kesuksesan anaknya.
Sementara ia datang membawa kehampaan akibat kehilangan.
Disatu sisi ia bahagia, sementara disisi lain ia cemburu kepada ayah yang lain.
Ayah rina makin ragu & berubah pikiran, ia tak sanggup berada disini, biar adiknya yang menggantikan. Datanglah komandan muhazar ini yang menguatkan hati sang ayah;
"Ayah, untuk yang terakhir kali demi almarhum, ayah harus kuat. Ayah harus menerima langsung hasil jerih payah rina."
Dengan langkah gontai akhirnya ayah rina berjalan kedepan bersama muhazar ini, sampai akhirnya beliau maju ke atas panggung.
Lirih komandan muhazar; Mungkin bagi kita itu tidak seberapa mana, tapi bagi sang ayah, setidaknya ijazah itu adalah persembahan terakhir yang bisa menjadi kado terindah untuk ayah dan ibunya...
(Subur Dani)