Ethiopian Airlines Jatuh

Dunia Bersatu dalam Duka atas Jatuhnya Pesawat Ethiopian Airlines yang Tewaskan 157 Orang

Editor: Faisal Zamzami
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

B737 MAX 8 Ethiopian Airlines. (Boeing Mediaroom)

SERAMBINEWS.COM - Pesawat milik Ethiopian Airlines jatuh pada Minggu (10/3/2019) menewaskan seluruh penumpang dan kru berjumlah 157 orang.

Ini merupakan kali kedua bagi pesawat jenis Boeing 737 Max 8 yang jatuh dalam kurun waktu kurang dari dua tahun, setelah tragedi jatuhnya pesawat Lion Air di perairan Karawang.

Penumpang dan kru yang tewas dipastikan berasal dari sedikitnya 35 negara.

Kini, seluruh dunia bersatu dalam duka atas petaka pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh, selang 6 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Bole di Addis Ababa menuju Nairobi.

Dalam unggahan di Twitter, Kantor Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed menyatakan belangsungkawa terdalam kepada keluarga korban.

Sebanyak 9 orang warga negara Etiopia tewas dalam kecelakaan pesawat dengan nomor penerbangan ET 302 itu.

Pemerintah menyatakan Senin (11/3/2019) sebagai hari berkabung internasional.

"PM Abiy Ahmed mengunjungi lokasi kecelakaan ET 302 siang ini. Dia mengungkapkan kesedihan mendalam atas korban dan berharap pemulihan bagi teman dan keluarga mereka yang berduka," kicau kantor PM Ahmed.

"Dia memberikan arahan untuk memastikan investigasi secara penuh dan sesuai dengan waktunya, dan komunikasi penyebab kecelakaan," imbuhnya.

Presiden Kenya Uhuru Kenyatta juga menyampaikan doa untuk para korban dan keluarga yang ditinggalkan.

Korban tewas paling banyak berasal dari Kenya, dengan 32 orang yang berada di dalam pesawat itu.

"Kami sedih dengan berita tentang pesawat Ethiopian Airlines yang dilaporkan jatuh enam menit setelah lepas landas dalam perjalanan ke Kenya," kicaunya di Twitter.

Laporan Al Jazeera menyebutkan, Nairobi akan menjadi tuan rumah konferensi lingkungan PBB pada Senin (11/3/2019) sehingga sejumlah pejabat badan dunia itu ikut dalam penerbangan.

Sekjen PBB Antonio Gutteres mengonfirmasi sejumlah stafnya menjadi korban tragedi jatuhnya pesawat.

"Belasungkawa tulus saya kepada keluarga dan orang terkasih dari semua korban, termasuk staf PBB kami yang tewas dalam tragedi ini," kicaunya.

Setelah Kenya, Kanada menempati posisi kedua sebagai negara yang paling banyak kehilangan warga negaranya dalam insiden ini.

Sebanyak 18 warga negara Kanada tewas dan Perdana Menteri Justin Trudeau tak ketinggalan menyampaikan dukacita.

"Pikiran kami tercurah kepada semua korban dalam penerbangan ET 302, termasuk warga Kanada dan semua orang yang kehilangan teman, keluarga, dan orang yang dicintai," ucapnya.

Pemerintah Perancis menyatakan 8 warganya termasuk di antara korban tewas.

Kantor kejaksaan negara itu telah meluncurkan penyelidikan kecelakaan, sebuah prosedur standar ketika warga Perancis terbunuh di luar negeri.

Presiden Perancis Emmanuel Macron pun mengirimkan belasungkawa.

"Perancis bersama rakyat Etiopia dan Kenya, dan mengungkapkan solidaritas secara penuh," kicaunya di Twitter.

Selain itu, Perdana Menteri Inggris Theresia May menyampaikan dukacita atas tragedi tersebut.

Sebanyak 7 warga negaranya tewas.

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas merilis pernyataan yang memberikan penghormatan kepada para korban kecelakaan, termasuk lima korban yang berasal dari negaranya.

Presiden Nigeria Muhammad Buhari juga menyampaikan belasungkawa tulusnya kepada Etiopia, dan untuk semua negara yang kehilangan warganya.

Baca: Prediksi Peringkat Dunia Ahsan/Hendra Usai Juara All England 2019, Melejit & Tempel Dua Ganda Jepang

Baca: WNI Korban Jatuhnya Ethiopian Airlines Bernama Harina Hafitz, Korban Bekerja Sebagai Staf PBB

Baca: Jatuhnya Ethiopian Airlines ET302 Tewaskan 157 Orang, Ini 4 Kesamaan Kecelakaan Lion Air JT610

Pesawat Ethiopian Airlines yang membawa 149 penumpang dan 8 kru jatuh selang enam menit lepas landas dari Bandara Internasional Bole pada Minggu (10/3/2019) pagi.

CEO Ethiopian Airlines Tewolde Gebremariam yang langsung mengunjungi lokasi kecelakaan menyatakan seluruh penumpang dan kru tewas.

Dia mengaku asap masih muncul ketika dia tiba di lokasi kecelakaan di kota Bishoftu.

Dalam konferensi pers pada sore harinya, Gebremariam menyatakan investigasi penyebab jatuhnya pesawat akan segera digelar.

"Pemeriksaan rutin dan perawatan tidak pernah menemukan kerusakan," katanya, seperti dikutip dari Africa News.

CEO Ethiopian Airlines Tewolde Gebremariam mendatangi lokasi salah satu pesawatnya jatuh pada Minggu (10/3/2019), di sekitar kota Bishoftu. Sebanyak 149 penumpang dan 8 kru tewas dalam kecelakaan itu. (Twitter/Ethiopian Airlines)

"Itu pesawat baru yang dikirim kepada kami pada November 2018," imbuhnya.

Dia mengungkapkan bahwa kapten pilot sempat meminta untuk kembali ke bandara karena mengalami kesulitan.

Selanjutnya, pilot telah mendapat izin untuk kembali ke bandara di Addis.

Sebelum diterbangkan menuju Nairobi, Kenya, dan jatuh, pesawat diketahui baru saja menempih penerbangan dari Johannesburg, Afrika Selatan, tanpa mengalami insiden.

"Pesawat sudah punya lebih dari tiga jam waktu di darat setelah datang dari Afrika. Tidak ada keluhan," ujarnya.

Sementara itu, 149 penumpang dan 8 kru diketahui beradal dari 33 negara, dengan 33 orang berasal dari Kenya, 18 orang dari Kanada, dan 9 orang dari Etiopia.

Ada juga 8 warga negara China, 7 orang berasal dari Perancis, 3 orang dari Rusia, 2 orang dari Israel, dan seorang lainnya berasal dari Uganda.

Laporan BBC menyebutkan, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat akan mengirim tim untuk membantu penyelidikan kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines.

Sebagai informasi, pesawat yang jatuh merupakan jenis Boeing 737-8 MAX, sama dengan milik Lion Air yang jatuh di perairan Karawang pada tahun lalu yang menewaskan 189 orang.

Baca: Ulang Tahun ke-76 Hari Ini, Ma’ruf Amin : Saya Masih 40 Tahun

Baca: Reza dan Farah, Agam-Inong Banda Aceh

Baca: TPA Langgien Tebar Bau Busuk

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dunia Bersatu dalam Duka atas Tragedi Jatuhnya Pesawat Ethiopian Airlines"

Berita Terkini