Turunan dari orang-orang Tionghoa itu masih tetap berada di kota dingin itu. Berasimilasi dengan budaya setempat juga melangsungkan perkawinan. Mereka telah menjadi bagian dari "urang Gayo."
Selain orang Cina, Reje Peparik.juga mendatangkan orang Minang ke Takengon. Tujuannya juga untuk berdagang, membuat kasur, bantal, kuali dan alat-alat rumah tangga lainnya.
Baca: Penjelasan MetroTV terkait Viralnya Grafis Data Quick Count Pilpres Sempat Menangkan Prabowo-Sandi
Generasi Minang pertama didatangkan pada 1921. Mereka dari Padang Panjang. Yang pertama datang adalah bapak dari Angku Saifuddin. Reje Peparik lalu memberi tanah di daerah yang sekarang bernama Tetunjung. "Bahasa Minang, Tunjung artinya berkunjung," jelas Hamid Hakim.
"Tokoh Minang, Pak Kamaruddin (ayahanda dari Abang Djawahir) diangkat jadi saudara satu ibu satu bapak dengan Abang Husin Yuski. Pak Kamaruddin diberikan tanah di Tetunjung. Beliau adalah guru," tambah Hamid Hakim lagi. Sampai sekarang keluarga Minang mendiami daerah Tetunjung tadi.
Baca: Sehari Pascapemilu 2019, Situs Resmi KPU dan Penghitungan Real Count Sempat tak Dapat Diakses
Terakhir, lanjut Hamid Hakim, tahun 1927 kembali didatangkan orang Minang dari Padang Panjang. Komunitas Minang ini diberi nama Pengulu Padang, dan membangun Mersah Padang. Termasuk di dalamnya Toko Tanjung Raya.
Setelah pembangunan kota Takengon selesai, dan mengisi dengan para pedagang orang-orang Cina dan Minang, serta sebahagian pedagang orang Gayo sendiri. Begitlah sekelumit cerita tentang Kampung Cine. (*)