Ramadhan 1440 H

Mau Masuk Surga Melalui Pintu Khusus? Berpuasalah

Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tgk. Bustamam Usman, SHI, MA, Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh/Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Alumni Dayah (DPP-ISAD) Aceh

Ramadhan merupakan tamu Allah yang sangat istimewa disediakan untuk ummat Rasulullah Muhammad SAW.

Semoga Ramadhan tahun ini kita semua benar-benar dapat mentazkiyah (penyucian) diri dan mentarbiyahkan (pendidikan) diri.

Tazkiyah dan tarbiyah terdiri dari dua kosakata yang saling berintegrasi dan saling menglengkapi.

Dalam arti yang luas, tazkiyah meliputi tiga elemen yakni, tazkiyah qalbiyah (hati), tazkiyah qauliyah (perkataan), dan tazkiyah fi’liyah (perbuatan).

Ketika seseorang telah mampu bertazkiyah dalam arti yang luas itu, maka dia sudah memperoleh satu keberhasilan dari ruh puasa.

Karena ibadah puasa itu sangat ditekankan dalam hal tazkiyah, sehingga akan mendapati manis di dalamnya.

Tetapi ketika tazkiyah itu gagal, mulai dari qalbi (hati), berimbas ke qauli (ucapan), dan berefek ke fi’li (perbuatan), maka ini merupakan sebuah awal dari kegagalan faham terhadap ibadah selanjutnya.

Apalagi kita koneksikan dengan ibadah puasa, yang sarat dengan nilai ilahiyah di dalamnya.

Ketika hati itu sudah beres dan mampu menempatkan puasa sebagai panggilan iman dan Ilahi, maka akan terbentuk karakter-karakter hamba-hamba Allah yang mukhlisinalahuddiin.

Baca: Tiga Film Asghar Farhadi Untuk Ditonton dalam Bulan Ramadhan

Menjalani ibadah puasa tidak akan terasa terbebani, karena sudah terkoneksinya pada niat awal menunaikannya semata-mata mengharap ridha Ilahi.

Akan tetapi sebaliknya, ketika faktor qalbiyahnya  bermasalah, artinya menunaikan ibadah puasa itu bukan panggilan iman dan ikhlas semata karena allah, maka akan gagal faham yang fatal, sehingga berdampak pada banyak hal selanjutnya.

Baca: Anak-anak, Puasa, dan Kebahagiaan

Baca: Kapan Lailatul Qadar? Begini Hadis Rasulullah, Ciri-ciri, dan Cara Mengetahuinya Menurut Ulama

Perbanyak Bersyukur

Kehidupan manusia selalu menginginkan kebahagian yang hakiki yakni (dunia dan akhirat).

Akan tetapi kebanyakan kita tidak mampu menjelmakan bahagia hakiki itu secara baik dan sempurna.

Alasannya karena faktor qalbi (hati) yang terkoneksi pada niat dan qasad, tidak mampu diarahkan semata-mata meraih karunia Ilahi.

Halaman
1234

Berita Terkini