Ramadhan 1440 H

Mau Masuk Surga Melalui Pintu Khusus? Berpuasalah

Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tgk. Bustamam Usman, SHI, MA, Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh/Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Alumni Dayah (DPP-ISAD) Aceh

Coba lihat kehidupan orang lain, katakanlah penyandang disabilitas, kehidupan mereka yang serba kekurangan dan keterbatasan.

Mereka menjalani kehidupan dengan penuh semangat, bahkan mereka mampu menciptakan bingkai rumah tangganya yang sakinah mawwaddah warahmah.

Padahal kebanyakan manusia berasumsi sakinah mawaddah warahmah sebuah rumah tangga itu bisa diraih disebabkan faktor kecukupan, baik di segi fisiknya, ekonominya, serta pekerjaan dan jabatannya.

Ironisnya, banyak orang yang serba berkucupan itu tidak mampu membentuk bingkai rumah tangganya, menggapai sakinah mawaddah waramah.

Hal ini disebabkan oleh faktor awal tadi, yaitu gagal faham dalam substansinya berkeluarga.

Baca: Benarkah Tidur Siang di Bulan Ramadhan Jadi Ibadah? Berikut Penjelasannya

Tarbiyah

Nah, ketika faktor tazkiyah sudah beres, maka ibadah puasa itu akan nampak hasilnya dalam langkah berikutnya yakni tarbiyah.

Ibadah puasa yang sarat dengan amalan dan pendidikan di dalamnya akan membentuk karakter hamba-hamba Allah yang muttaqien.

Sebagaimana firman Allah dalam Quran Surat Albaqarah ayat 185.

“Wahai orang-orang yang beriman, kuwajibkan berpuasa untukmu sebagaimana yang telah kuwajibkan kepada ummat-ummat sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang-orang taqwa.”

Berbicara taqwa para jumhur ulama, mengarisbawahi bahwa taqwa itu terdiri dari 4 huruf hijaiyah (ta, qaf, wau, dan ya).

Ta simbol dari sifat tawadhu’ (merendahkan diri). Dalam arti yang luas kita merasa hakir dan fakir dalam sifat kehambaan diri kepada Sang Pencipta, sehingga hamba itu akan terhindar sifat sombong dan angkuh.

Selanjutnya qaf simbol dari qanaah. Dalam arti yang luas merasa berkucupan dalam setiap kebutuhan dan keperluan, menikmati yang sudah ada dan bersabar ketika tiada, sehingga hamba itu akan merasa kedamaian bathin yang sebenarnya kepada Sang Pencipta.

Selanjutnya wau artinya wara’ (terpelihara dan terhindar) dari segala yang dapat menimbulkan murka Allah.

Baca: Diundang Erdogan Ke Turki, Takdir Feriza Haflah Alquran di Perbatasan Bulgaria dan Yunani

Baca: Bolehkah Salat Idul Fitri Sendirian? Berikut Pendapat Ahli Fikih

Sehingga hamba itu berupaya mengintegrasikan semua yang  dia   pakai, mulai makanan, pakaian, perkataan, dan perbuatannya dalam mendatangkan kasih sayangnya.

Halaman
1234

Berita Terkini