Embarkasi Pulau Rubiah, Situs Perhajian yang Terlupakan

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

WISATAWAN menerobos ilalang seusai melihat Gedung Embarkasi Haji peninggalan kolonial Belanda yang berada di Pulau Rubiah, Sabang. Gedung ini dibangun tahun 1920 dan kini tidak mendapat perhatian pemerintah. Foto direkam April 2019.

Di depan bangunan itu, terdapat bukti sejarah lain yang masih bisa dilihat yaitu bak air dalam ukuran besar untuk calon jamaah haji mandi dan bersuci.

Selain itu juga terdapat bekas-bekas pondasi bangunan.

Namun semua itu sudah ditutupi semak belukar.

Sekilas, bangunan zaman kolonial Belanda tersebut tampak tersembunyi karena ditutupi pepohonan besar. Di sekelilingnya juga dipenuhi semak dan ilalang.

Jika pepohonan itu tidak ada, maka akan terlihat dengan jelas bentangan Samudera Hindia dan Pantai Iboih.

Teuku Yahya (68) yang merupakan keturunan dari pemilik sebagian besar tanah di Pulau Rubiah, menceritakan tentang pengurusan jamaah haji masa Belanda.

Menurutnya, gedung embarkasi haji di Pulau Rubiah hanya bertahan hingga perang dunia kedua.

Saat Jepang berhasil menguasai Indonesia, gedung-gedung tersebut dihancurkan oleh serdadu dari Negeri Matahari Terbit itu.

Kendati demikian, proses pemberangkatan jamaah haji saat itu masih dilakukan dari Sabang sampai dengan tahun 70-an.

Yahya yang sudah menetap di Pulau Rubiah sejak tahun 60-an tersebut menjadi saksi mata bagaimana pemberangkatan jamaah haji dilakukan kala itu.

Menurut Yahya, hampir separuh pulau yang luasnya sekitar 26 hektare itu berdiri pemondokan jamaah haji, selain dua bangunan yang tersisa saat ini.

Di embarkasi ini semua jamaah dicek kesehatan oleh petugas kesehatan yang disediakan pemerintahan Belanda.

Hal itu dilakukan agar jamaah tidak terserang penyakit mengingat lamanya perjalanan ke Tanah Suci.

Untuk pergi saja menghabiskan waktu 15 hari dan pulang 15 hari.

Embarkasi itu juga dilengkapi berbagai fasilitas penunjang, seperti rumah sakit dan laundry.

Halaman
1234

Berita Terkini