Sehingga sinar matahari hanya terlihat di pinggiran piringan matahari yang berbentuk cincin.
Untuk jalur gerhana cincin yang terjadi pada 26 Desember 2019 ini, hanya melintasi sebagian kecil dari pulau Sumatera dan Kalimantan.
Meliputi Padang Sidempuan, Duri, Batam, Siak, Tanjung Batu, Singkawang, dan Sambas.
Sedangkan untuk wilayah lain di seluruh Indonesia, termasuk Aceh, hanya akan melihat gerhana dalam bentuk parsial saja.
• VIRAL VIDEO Kuburan Gemparkan Warga, Nisan Tiba-tiba Berasap lalu Keluarkan Api
"Jadi, untuk masyarakat Aceh nantinya hanya bisa menyaksikan gerhana matahari ini dalam bentuk parsial saja, dikarenakan Aceh bukan jalur lintas dari gerhana cincin tersebut," jelasnya.
Lanjutnya, secara perhitungan ilmu falak, untuk wilayah Aceh, gerhana matahari cincin yang bisa terlihat dalam bentuk parsial itu akan terjadi mulai pukul 10.34.24 WIB.
Ditandai dengan menyentuhnya piringan bulan dengan piringan matahari.
Sedangkan puncak gerhana akan terjadi pada pukul 12.17.36 WIB.
Di mana 85 % piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan.
"Saat ini permukaan matahari akan terlihat di Aceh seperti bulan sabit. Akhir gerhana pada pukul 14.00.53 WIB yang ditandai piringan bulan sudah terlepas dari piringan matahari," paparnya.
Kisah gerhana matahari masa Rasulullah
Tgk Ismail juga mengungkapkan, bila dilihat dari segi sejarah Islam, peristiwa gerhana matahari cincin 26 Desember 2019 menarik untuk didalami.
Dari analisis astronomis, ternyata pada masa Rasulullah menjelang Wafat sempat melihat gerhana matahari di Madinah dan shalat gerhana bersama dengan masyarakat Madinah.
Di mana saat itu, gerhana yang terjadi adalah gerhana matahari cincin.
Gerhana ini terjadi pada tanggal 30 Januari 632 M menjelang Zulqaidah 10 H.
Gerhana terjadi diperkirakan sekitar pukul 9 waktu Madinah dan terlihat di Madinah dalam bentuk Parsial.