Laporan Jafaruddin I Aceh Utara
SERAMBINEWS.COM, LHOKSUKON – Jembatan gantung sepanjang 60 meter dengan lebar 2 meter di Desa Pulo Blang Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara yang dibangun tahun 1980-an kini kondisinya sudah lapuk.
Bahkan, lantainya yang terbuat dari kayu sudah banyak yang bolong-bolong serta tak ada pengamannya lagi.
Padahal jembatan tersebut selama ini menjadi jalur utama bagi masyarakat dari Desa Leubok Kliet, Bare Blang, Tualang, Paya Sutra Kecamatan Meurah Mulia dan warga Desa Jawa Rayeuk, Darussalam Kecamatan Geureudong Pase termasuk satu desa di Kecamatan Nibong yaitu Alue Panah.
Tapi selama sering terjadi kecelakaan, sebagian besar warga Geureudong Pase sudah enggan melintasi jembatan tersebut.
• Soal Cadar, Sebaiknya DPR Panggil Menag
• Kritik Yusuf Mansur Soal Larangan Cadar-Celana Cingkrang: Indonesia Tak Bhineka Tunggal Ika Lagi
• Video - Dua Terdakwa Kasus 67,4 kilogram Sabu di Aceh Tamiang Dihukum 20 Tahun Penjara
Sedangkan sebagian masyarakat di Kecamatan Geureudong Pase tak ada pilihan lain, termasuk guru SDN 10 Meurah Mulia dan sebagian murid dari sekolah tersebut.
Mereka saban hari melintasi jembatan tersebut kendati kondisinya sangat rawan terjadi kecelakaan.
“Sekitar tiga pekan yang lalu Kepala SDN 10 Meurah Mulia Ibu Nani menjadi korban. Ia terjatuh saat hendak ke sekolah karena ban sepeda motornya terperosok di lantai jembatan tersebut,” ujar Mukim Teungoh Kecamatan Meurah Mulia Nurdian Abdullah kepada Serambinews.com, Sabtu (2/11/2019).
Kepala sekolah tersebut terjatuh dan kaki kirinya terjepit dengan sepmor. Beruntung saat itu ada guru lain yang melintasi di belakangnya sehingga langsung bisa menolongnya.
Akibat kejadian tersebut kepala sekolah mengalami luka, sehingga harus dibawa ke Puskesmas terdekat untuk mendapat perawatan medis.
“Informasi saya dengar, setelah mengalami kecelakan tersebut Ibu Nani tak bisa jalan sekitar dua pekan lebih,” kata Nurdin.
Kejadian kecelakaan kepala sekolah di jembatan tersebut, bukan kejadian pertama kali. Sebelumnya juga ada beberapa warga lain yang mengalami hal serupa.
Karena itu warga berharap kepada Pemkab Aceh Utara agar jembatan tersebut dapat segera direhab, sehingga kecelakaan yang pernah terjadi terhadap warga guru tidak terjadi lagi terhadap warga lainnya.
“Seingat saya jembatan tersebut terakhir direhab enam tahun lalu,” pungkas Nurdin.(*)