Konflik Libya

Milisi Salafi dalam Pusaran Konflik di Libya yang Mengarah pada Perang Saudara

Editor: Taufik Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tentara Nasional Libya (LNA) ketika berjaga kota selatan Sebha Maret lalu. (AFP via BBC)

Adalah fakta nyata banyak tokoh agama Madkhali, Rabi 'al-Madkhali sendiri --pendiri gerakan Madkhalisme-- termasuk yang terhubung dengan baik ke lingkaran politik, ekonomi, dan intelektual di Arab Saudi.

Joffe (2018) menggambarkan Madkhalisme sebagai "kuda Troya" untuk pengaruh Saudi di Libya.

Orang Madkhalis adalah pengikut teolog garis keras Saudi Rabi 'al-Madkhali yang mengajarkan Salafisme versi ultra-konservatif yang sepenuhnya dikooptasi Saudi.

Ulama ini telah dikaitkan erat dengan Saudi sepanjang karirnya. Dia menjadi dekan Fakultas Hadis di salah satu lembaga pemikiran keagamaan utama yang didanai pemerintah Saudi yakni Universitas Islam Madinah.

Dia kemudian menjadi bagian dari gerakan ulama Salafi yang dikenal sebagai "al-Jami" (dipimpin oleh ulama Muhammad Amān al-Jāmī), hanya untuk melampaui mentornya dan menjadi pendukung setia monarki Al Saud.

Jika dilihat dari sisi ini, tidak mengherankan kelompok-kelompok Madkhali telah dilindungi dan dimanfaatkan oleh Saudi.

Inilah sebabnya mengapa banyak pengamat di Libya waspada terhadap kelompok-kelompok Madkhali, yang memprioritaskan kepentingan politik dan keamanan Arab Saudi.

Dukungan nyata Riyadh atas serangan yang dipimpin Haftar terhadap Tripoli pada awal April 2019 telah memperkuat ketakutan semacam itu. Bahkan, beberapa laporan telah mengungkap peran Saudi dalam konflik yang sedang berlangsung di Libya.

Brigade Tareq ben Ziyad, misalnya, adalah unit yang didominasi Madkhali yang terus memainkan peran penting dalam pasukan Haftar saat bergerak menuju Tripoli.

Tentara Nasional Libya (LNA) yang berada di bawah Haftar juga merekrut Mahmoud al-Werfalli ini, komandan Brigade Al-Saiqa dan tokoh terkemuka di kalangan Salafi Madkhali.

Mahkamah Pidana Internasional (ICC) sebelumnya telah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Al-Werfalli pada Agustus 2017 atas tuduhan pembunuhan di luar pengadilan yang dapat dianggap sebagai kejahatan perang.

Hal ini sehubungan dengan kematian 33 orang dari 3 Juni 2016 hingga 17 Juli 2017. Namun demikian, panglima perang Khalifa Haftar baru-baru ini mempromosikannya menjadi letnan kolonel dan terus memimpin pasukan elit di pasukannya.

Ini adalah contoh nyata pertama terkait posisi Madkhalis yang dimanfaatkan dalam konflik militer, dilengkapi dengan persenjataan paling canggih, dan memiliki unit militer di bawah kendali mereka.

Karenanya, ini adalah situasi yang memprihatinkan tidak hanya untuk Libya tetapi juga untuk negara-negara tetangga.

Misalnya, selama wawancara untuk laporan tentang Madkhalis oleh Crisis Group, menunjukkan beberapa pejabat Mesir prihatin dengan meningkatnya kekuatan dan pengaruh Madkhalis yang melintasi perbatasan di Libya timur dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi Madkhalis di Mesir.

Halaman
123

Berita Terkini