Tanggul Rusak

Tanggul Batu Gajah Pengaman Tebing di Lembah Sabil Mulai Rusak, Ini Penjelasan Kepala BPBK Abdya

Penulis: Rahmat Saputra
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi tanggul batu gajah pengaman tebing sungai Krueng Baru, Jumat (14/4/2020) di Desa Geulanggang Batee, Kecamatan Lebah Sabil, Abdya, mulai jatuh dan rusak.

Laporan Rahmat Saputra I Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Tanggul pengaman tebing dari batu gajah di bibir sungai Krueng Baru, kawasan Gampong Geulanggang Batee, hingga perbatasan Desa Kuta Paya, Kecamatan Lembah Sabil, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) mulai rusak.

Akibatnya, ratusan permukiman penduduk dalam tiga desa di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Baru, Kecamatan Lembah Sabil itu, terancam amblas ke sungai.

Amatan Serambinews.com di lokasi Jumat(14/2/2020), sekitar kurang lebih 300 meter tanggul pengaman tebing, yang melintang di bibir sungai Krueng Baru, kawasan Desa Geulanggang Batee, hingga perbatasan Desa Kuta Paya, Kecamatan Lembah Sabil itu, kondisinya saat ini sangat mengkhawatirkan.

Karena, susunan batu gajah material tanggul yang dibangun untuk menahan laju arus sungai yang dikenal ganas itu, saat ini mulai rusak dan berserakan terlepas dari ikatannya.

Dana BOS belum Cair, Ini Persoalan yang Dihadapi 94 Sekolah di Kota Lhokseumawe

Wamen PUPR, HRD, dan Bupati Sarkawi Tinjau Lokasi Jembatan Wihni Enang-Enang, Pembangunan Mulai 2021

Bupati Sarkawi, Jembatan Enang-Enang akan Menjadi Ikon di Aceh

Bahkan, di beberapa titik batu gajah yang terlepas dari ikatan itu, langsung terseret arus hingga jauh.

Keuchik Ujung Tanah, Kecamatab Lembah Sabil, Fauzan Adami mengatakan kondisi oengaman tebing itu sangat memprihatikan. Bahkan, aaat arus sungai menerjang, langsung membuat tanggul itu goyang dan runtuh sedikit demi sedikit.

"Dikhawatirkan, jika tanggul itu ambruk, maka musibah banjir bandang seperti tahun 2000 lalu, akan kembali terulang," kata Keuchik Ujung Tanah, Fauzan Adami.

Padahal, pembangunan tanggul pengaman tebing dari batu gajah itu, bertujuan untuk mengantisipasi masuknya arus sungai Krueng Baru ke permukiman penduduk, melalui anak sungai yang tercipta karena alam.

Pasalnya, pada 2000 lalu, atau saat Abdya masih tergabung dalam Kabupaten Induk Aceh Selatan, tiga desa di kawasan itu (Desa Geulanggang Batee, Kuta Paya dan Desa Ujung Tanah), pernah dihantam banjir bandang dari aliran sungai Krueng Baru.

Arus ganas sungai Krueng Baru membelah Desa Ujung Tanah dan Desa Kuta Paya, menjadi 2 bagian, dengan terciptanya anak sungai, melalui hamparan persawahan dan perkampungan penduduk.

Bahkan, sekitar beberapa bulan lamanya, masyarakat di tiga desa itu sempat terisolir.

Akibat lainnya pada waktu itu, meskipun tidak ada korban jiwa, namun puluhan rumah penduduk dalam tiga desa itu, hanyut diterjang arus.

Selain menghanyutkan rumah penduduk, arus juga memporak porandakan, serta merendam puluhan hektar sawah penduduk, dan menghanyutkan 2 mesjid dan 1 lokasi tempat pemakaman umum (TPU). Sehingga, tulang kerangka manusia dari makam yang dibongkar, berserakan dimana-mana.

"Kita tidak mau musibah itu terulang lagi. Untuk itu, mohon kiranya pemerintah segera menanggulangi masalah tanggul ini," kata salah seorang tokoh masyarakat Desa Geulanggang Batee, Rusmali kepada wartawan.

Halaman
12

Berita Terkini