SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pembangunan jalan tol Aceh, kembali menyedot perhatian publik setelah dikunjungi Presiden Joko Widodo, Jumat (21/2/2020) sore.
Presiden Jokowi mengapresiasi progres pembangunan salah satu ruas jalan Trans Sumatera, itu.
Menurutnya, hasil yang dicapai sangat menggembirakan.
Jokowi juga menilai pembangunan jalan tol Aceh yang baru 14 bulan sejak groundbreaking (peletakan batu pertama), berjalan dengan baik.
Ruas jalan tol yang sedang dibangun ini menghubungkan Banda Aceh Sigli dengan panjang 74 kilometer ini, merupakan bagian dari Tol Trans Sumatera yang menghubungan dari Lampung hingga Aceh.
Ruas jalan tol Sigli – Banda Aceh ditargetkan dapat beroperasi pada tahun 2024.
• Tiba di Aceh, Jokowi Langsung Tinjau Tol
• Jokowi Kaget, Pembebasan Lahan Tol Aceh di Luar Dugaan
• Ini Lokasi di Pidie Bakal Dilintasi Jalan Tol, dari Padang Tiji Hingga Glumpang Tiga
Belum ada nama pasti untuk ruas jalan ini.
Banyak orang menyebutnya dengan nama Sibanceh, akronim dari Sigli-Banda Aceh.
Nama Sibanceh ini mendapat kritik dari Fadhli Espece.
Sekjend Komite Mahasiswa & Pemuda Aceh Nusantara (KMPAN) ini menilai, nama Sibanceh ini sama sekali tidak memiliki makna filosofis yang mencerminkan nilai-nilai ke-Aceh-an, melainkan hanya singkatan dari gabungan nama Sigli-Banda Aceh saja.
“Bahkan jika dibaca dalam bahasa Aceh justru terkesan mengkerdilkan, Sibanceh dalam bahasa Aceh dapat kita artikan ‘yang baru menetas;, kesannya seperti unggas, seperti anak ayam,” kata Fadhli dalam siaran pers kepada Serambinews.com.
Oleh karena itu, sebelum nama ini melekat dalam benak khalayak masyarakat, KMPAN menyarankan ada baiknya Pemerintah Aceh memikirkan nama-nama yang bernuansa lokal dan memiliki nilai dan makna yang filosofis bahkan simbolis.
“Apalagi Aceh memiliki kekhususan dan kewenangan dalam menjaga kebudayaan dan sejarahnya,” kata dia.
Fadhli pun mengusulkan nama Teungku Hasan Tiro pantas untuk disematkan kepada jalan tol yang menghubungkan Banda Aceh-Sigli tersebut.
“Hasan Tiro merupakan tokoh penting dalam sejarah Aceh kontemporer. Beliau juga berasal dari Pidie yang ibukotanya adalah Sigli,” kata Fadhli.
Alasan lainnya, lanjut Fahdli, belum ada satu jalan pun di Aceh ini yang malabeli nama Hasan Tiro sebagai nama jalan.
“Ini merupakan sebagai bentuk penghormatan kepada orang-orang yang telah berjuang untuk mengembalikan harga diri Aceh,” pungkas Fadhli Espece.
• Tol Blangbintang Segera Beroperasi, Tinggal Satu Jembatan Lagi
Tanggapan mantan jubir PA
Usulan Sekjen KMPAN untuk menyematkan nama Tgk Hasan Tiro pada jalan tol Sigli-Banda Aceh ini mendapat tanggapan dari mantan Jubir Partai Aceh, Suadi Sulaiman.
Dalam postingan di Facebook yang diberi judul “Lon Hana Setuju”, pria yang akrab disapa Adi Laweung memaparkan alasannya kenapa dirinya menolak penyematan nama Tgk Hasan Tiro sebagai nama jalan tol tersebut.
“Terlepas dari apapun komentar, secara pribadi saya tidak setuju jika nama Proklamator Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Tgk. Tjhik Di Tiro Hasan ben Muhammad dijadikan sebagai nama jalan tol itu,” kata Adi Laweung.
“Alasannya, karena jalan tol tersebut telah ‘merenggut’ hamparan hutan dan areal persawahan di Aceh (hutan dan sawah) merupakan ‘lapak’ mata pencaharian rakyat Aceh,” lanjut dia.
Menurutnya, semasa hidupnya, almarhum Tgk Hasan Di Tiro selalu mengamanahkan untuk tetap menjaga kelestarian alam (hutan), karena hutan tersebut bagian dari menjaga kelangsungan hidup kita semua.
“Jika ingin ‘mengkeramatkan’ Tgk. Hasan Di Tiro pasti ada cara dalam bentuk lainnya, salah satunya adalah Pemerintah menjalankan berbagai amanah dari almarhum,” pungkas Adi Laweung.
Postingan Adi Laweung ini pun mendapat beragam komentar dari para Facebooker.