Berita Aceh Jaya

Kisah Getir Fatmawati, Penyandang Tunanetra yang Hidup dengan Anak Tunarungu Wicara

Penulis: Riski Bintang
Editor: Yusmadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kak Fatmawati dan Muhammad Hasbi saat ditemui Serambinews.com, di rumahnya, Selasa (25/2/2020) | SERAMBI/RISKI BINTANG

Laporan Riski Bintang | Aceh Jaya

SERAMBINEWS.COM, CALANG - Kak Fatmawati, itulah panggilan akrab para tetangga untuk wanita tunanetra asal Desa Batee Ro, Kecamatan Teunom, Aceh Jaya.

Wanita yang mengalami gangguan penglihatan sejak masih kecil ini tinggal di sebuah rumah di desa setempat bersama Muhammad Hasbi (8) yang merupakan buah cintanya bersama mantan suaminya.

Fatmawati yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat tersebut tampak tersenyum saat Serambinews.com, menyambangi kediamannya.

“Tameng dek, (masuk dek),” ucapnya saat menerima Serambinews.com.

Di ruang tamu yang beralaskan tikar yang tampak sudah sangat tua, didampingi sang anak ia menceritakan pahitnya kehidupan yang ia jalani.

Betapa tidak, hidup dengan bergantung pada penghasilan sebagai tukang pijat panggilan yang tentunya pendapatan tidak menentu tersebut tidak cukup memenuhi kebutuhan makan dirinya bersama sang anak.

“Menyo kerja cuma meurot, selaennyan hana juet loen kerja, (kalau kerja cuma mijat, selain itu saya tidak dapat bekerja),” terangnya.

Tidak hanya itu saja, penderitaan wanita tersebut juga ditambah dengan kondisi anak dan ibunya, dimana tidak dapat berbicara serta mengalami gangguan pendengaran sejak masih berusia 8 bulan.

Sementara ibu Fatmawati menderita gangguan jiwa yang kini sedang dirawat di RSJ Banda Aceh.

Sesekali, ia tampak menyapu pipinya yang dibasahi kucuran air bening yang keluar dari dua matanya.

“Sudah seperti ini keadaannya, saya tidak mau mengeluh atau mengemis, kalau saya ingat memang sangat sedih, saya buta anak saya bisu dan tuli, bagaimana saya ungkapkan,” ungkapnya.

Menurutnya, dahulu anaknya juga sempat didaftarkan ke Sekolah Luar Biasa (SDLB) kecamatan Teunom, hanya saja harus terpupus lantaran anaknya tidak bisa pergi ke sekolah dan tidak dijemput oleh pihak sekolah.

“Dulu dia saya daftarkan di SDLB Teunom, hanya saja sekarang sudah tidak ada dijemput lagi, kalau diantar siapa yang bisa mengantarkan dia, apalagi kondisi saya seperti ini, ke rumah sakit saja harus minta tolong sama orang, kalau untu mengantar dia kan tidak mungkin minta tolong selalu,” ungkapnya.

Ibu Ini Tewas Tertimbun Longsor saat Hendak Hadiri Persidangan Suami, Bupati Kunjungi Korban

Wahyu, Mahasiswa yang Meninggal Kecelakaan Ternyata Adik Ipar Anggota DPRA Iskandar Usman Alfarlaky

KJPP Tuntas Taksir Rumah Warga di Suak Puntong Nagan Raya, Begini Prosesnya

Sejak beberapa tahun terakhir ia juga makin menderita setelah pemerintah kabupaten Aceh Jaya mencabut haknya mendapatkan bantuan beras sejahtera (Rastra) tampa mendapatkan alasan yang jelas.

Halaman
12

Berita Terkini