Update Corona di Aceh

Jam Malam tak Efektif Cegah Corona, Tapi Berimbas ke Ekonomi, Tutup Lorong Bisa Bahaya Saat Bencana

Penulis: Muhammad Hadi
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Ikatan Alumni Magister Ilmu Kebencanaan (IKAMIK) Unsyiah, Muhammad Daud SKM M.Si

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Ketua Ikatan Alumni Magister Ilmu Kebencanaan (IKAMIK) Unsyiah, Muhammad Daud SKM M.Si menyoroti pemberlakuan jam malam dan tutup lorong di Aceh untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus corona atau coronavirus (Covid-19).

Pasalnya terkesan tingginya penyebaran Covid-19 terjadi pada malam hari.

Padahal pemberlakuan jam malam justru sangat berisiko penyebaran Covid-19 pada siang hari.

Karena masyarakat akan keluar secara serentak pada siang hari. 

“Pemberlakuan jam malam justru sangat berisiko penyebaran virus Corona pada siang hari karena masyarakat akan keluar secara serentak pada siang hari dan saling berinteraksi," kata Muhammad Daud, Jumat (3/4/2020).

Mulai Malam Ini, di Aceh Diberlakukan Jam Malam hingga Dua Bulan

Menurut Muhammad Daud, jika pemerintah tidak mampu melakukan lockdown, maka langkah yang paling strategis dilakukan adalah memperketat masyarakat menggunakan alat pelindung diri setiap keluar dari rumah.

Supaya terhindar dari penularan atau sebaliknya mencegah menularkan kepada orang lain.

Karena Covid-19 menular dari manusia ke manusia bukan melalui jalan raya ataupun cuaca.

Sehingga tidak perlu memberlakukan jam malam yang justru akan sia-sia 

Muhammad Daud justru menilai pemberlakuan jam malam justru memberi dampak baru dikemudian hari. 

Karena melumpuhkan perekonomian masyarakat dengan sangat cepat. 

Ia menerima keluhan dari berbagai pihak bahwa pemberlakukan jam malam membuat pelaku usaha kelimpungan.

Banyak warga Aceh yang terpaksa pulang kampung akibat tak bisa membuka usaha karena imbas pemberlakukan jam malam.

"Padahal bulan depan kita sudah memasuki Ramadhan dan selanjutnya Hari Raya Idul Fitri, dimana masyarakat perlu banyak biaya untuk kebutuhan menghadapi bulan puasa dan hari raya," ujar Daud.

Viral, Universitas BBT Jepang Wisuda Online Pakai Robot Newme, Antisipasi Covid-19

Kalau kondisi begini, kata Daud, bagaimana sebagian warga bisa memenuhi kebutuhannya menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri. 

Seharusnya bulan-bulan ini masyarakat bisa mengumpulkan bekal untuk menghadapi Ramadhan dan mudik Idul Fitri. 

"Tapi karena pemberlakuan jam malam ini membuat warga mudik lebih cepat dan bisa dibayangkan imbas secara perekonomian," ujarnya.

Menurut Daud, seharusnya yang dilakukan bukan pemberlakuan jam malam hingga 2 bulan atau sampai setelah Idul Fitri.

Tapi mencegah warga berada di tempat keramaian. Caranya seperti tempat usaha warung kopi dan lainnya tak mengizinkan pemilik usaha menyediakan tempat duduk.

Secara otomatis hanya melayani pembelian dengan cara dibungkus sehingga warga hanya bisa minum atau makan di rumah masing-masing.

"Itu saja yang perlu diawasi dan bila melanggar diberi teguran pertama hingga teguran keras tutup total bila tetap melanggar. Sehingga tidak mengganggu perekonomian karena pemberlakukan jam malam," ujarnya.

Tunda Peluncuran Roket, Badan Antariksa India Beralih Produksi Membuat Hand Sanitizer dan Ventilator

Daud juga khawatir dampak pemberlakukan jam malam dikemudian hari. 

Karena bila perekonomian lumpuh bisa berimbas kepada meningkatkannya angka kriminal.

"Jangan sampai kita gagal mencegah virus corona, tapi sukses melumpuhkan perekonomian warga.

Memang tiap bencana besar pasti punya imbas terhadap perekonomian. Tapi jangan sampai itu datangnya dari kebijakan yang salah dan tergesa-gesa," ujarnya. 

Tiap tempat usaha juga diminta menyediakan tempat cuci tangan atau wastafel portabel. 

Sehingga tiap pelanggan bisa mencuci tangan dan ini salah satu acara efektif mencegah corona.

Pemerintah, kata Muhammad Daud, seharusnya mencari solusi bagaimana penyebaran covid-19 bisa dicegah, dan perekonomian bisa jalan.

Karena pemerintah punya segalanya untuk mencegah penyebaran corona dan memastikan perekonomian tidak terganggu.

"Panggil dinas terkait untuk membuat sebuah aplikasi online dimana warga bisa tetap di rumah, tapi bisa memesan berbagai keperluan," harapnya.

Hampir Semua PDP Negatif Corona  

Daud mencontohkan Gojek yang bisa digunakan untuk layanan transportasi, memesan makanan dan melayani keperluan lainnya.

Nantinya melalui aplikasi itu menggandeng pelaku usaha warung kopi, rumah makan dan lainnya untuk bergabung.

"Misalnya warga kawasan ini ingin membeli kopi, mie goreng, nasi, sate dan lainnya bisa memesan di tempat usaha langganannya. Nanti orang itu yang mengantar ke tempat pemesan," ujar Daud.

Hal ini punya efek ganda, bisa mencegah penyebaran virus corona dan perekonomian tetap jalan.

Karena pemilik usaha tak perlu tutup dan pekerjanya tidak kehilangan pekerjaan. 

"Nantinya ke depan kalau ada bencana besar lagi, kita sudah lebih siap mengatasinya," ujar Daud.

VIDEO - Ronaldo Akan Menghadiri Pesta Pernikahan Martunis di Aceh, Asalkan Siap Dengan Syarat ini

Tutup lorong 

Selain pemberlakuan jam malam, Muhammad Daud juga menyoroti aksi penutupan jalan dan lorong.

Karena aksi memasang portal hampir menyeluruh terjadi sebagai upaya kontrol terhadap pendatang dari luar ke desa mereka yang dianggap membawa wabah Covid-19,

Bahkan ada yang melakukan pemalangan jalan dengan menggunakan paku atau menutup mati akses.

Karena banyak warga juga yang tak setuju dengan cara tutup lorong, tapi tak bisa memprotes.

Kejadian protes warga di Gue Gajah, Darul Imarah, Aceh Besar merupakan buktinya nyata bahwa penutupan lorong tak bisa diterima semua masyarakat.

Padahal tindakan pemalangan jalan justru berisiko terhadap terjadinya bencana lainnya, seperti saat kebakaran dan evakuasi gempa bumi yang berpotensi Tsunami.

Pada saat kebakaran misalnya, pemadam kebakaran akan menghabiskan waktu beberapa saat untuk membuka portal yang ditutup mati.

Bayangkan kalau harus membuka banyak lorong yang ditutup untuk sampai ke lokasi kebakaran.

Seharusnya pihak pemadam sudah lebih cepat sampai ke lokasi untuk menanggulangi kebakaran.

Perampok Toko Emas di Tamansari Diduga Terinfeksi Virus Corona, Pelaku Meninggal Dunia

“Resiko lainnya yang paling parah adalah terjadinya penyebaran Covid-19 terhadap penjaga portal akibat berkumpul ramai-ramai.

Sementara yang lain dipaksakan menghindari keramaian,” Jelas Muhammad Daud yang selama ini fokus dalam isu bencana dan kesehatan di Aceh

Daud menambahkan untuk memantau pendatang dari luar yang dianggap pembawa wabah virus Corona tidak perlu menutup akses jalan.

"Cukup melakukan kontrol yang baik melalui kepala lorong masing-masing desa.

Kalau warga setempat yang baru pulang dari luar negeri atau luar daerah, nantinya mereka diarahkan untuk melewati pemeriksaan di Puskesmas terdekat dan isolasi diri selama 14 hari di rumah," harapnya.(*)

Anggota DPRA dari PNA Nilai Pemberlakuan Jam Malam Hanya Menyusahkan Rakyat

Berita Terkini