Uptade Corona di Subulussalam

PDP di Subulussalam Positif Versi Rapid Test, Anak Pasien: Kami Keluarga Juga Mengarantina Diri

Penulis: Khalidin
Editor: Mursal Ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Subulussalam, Baginda Nasution memberikan keterangan terkait hasil rapid test seorang pasien dalam pengawasan (PDP) di kota tersebut, Jumat (3/4/2020).

Seorang anak PDP pun memberikan keterangan via media sosial facebook yang diunggah, Jumat (3/4/2020) sekitar pukul 14.50 WIB tadi.

Laporan Khalidin I Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Seorang Pasien Dalam Pengawasan  (PDP) corona di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Subulussalam dinyatakan positif berdasarkan hasil rapid test.

Seorang anak PDP pun memberikan keterangan via media sosial facebook yang diunggah, Jumat (3/4/2020) sekitar pukul 14.50 WIB tadi.

Dalam postingan penjelasan sang anak PDP berinisia DY itu turut melampirkan screenshot hasil rapid test di RSUD Subulussalam yang beredar luas di medsos baik facebook maupun grup whatsapp.

Dalam gambar Rapid Test PDP nomor 3 ini juga tertulis jelas nama pasien dan percakapan grup whatsapp.

DY selaku anak pasien PDP nomor 3 ini membenarkan informasi yang beredar soal ayahnya positif melalui rapid test.

Tidak Perlu Takut, Jenazah Pasien Positif Corona Ditutup Berlapis-lapis dan Aman Dikubur

Relawan Partai Aceh Minta Eksekutif Fokuskan Anggaran untuk Penanganan Virus Corona

Illiza Usulkan PON Papua Ditunda, Persiapan Atlet Tak Bisa Maksimal

Selain membenarkan informasi hasil tes rapid, DY juga mengaku mereka anggota keluarga yang pernah kontak dengan sang ayah atau pasien sudah mengkarantina diri.

Mereka masih menunggu tindakan dari Dinas Kesehatan Kota Subulussalam.

Dikatakan pula atas arahan tim medis sayahnya selaku PDP akan dirujuk ke RSUDZA Banda Aceh guna menjalani pemeriksaan melalui swab laboratorium untuk mendapatkan hasil pasti.

Dia pun meminta doa agar hasil swab lab sang ayah negatif dan bisa sehat seperti semula.

Berikut klarifikasi sang anak pasien PDP nomor 3 Subulussalam berinisial DY.

“Ass semua..berita ini benar dari rumah sakit kota subulussalam dan orang yang positif adalah orang tua saya hasil tes manual dan hari ini pihak kesehatan menyampaikan kepada kami pihak keluarga akan di rujuk ke banda aceh,untuk itu saya mohon doa dari teman2,saudara2 semuanya semoga orang tua saya secepatnya sehat dan hasil lab dan swab nantinya negatif dan semoga Allah SWT melindungi kita semua ..Aamiin YRA. Kami dari keluarga yang pernah kontak mengarantina diri dan masih menunggu tindakan dinas kesehatan,”

Soal hasil tes rapid PDP nomor 3 yang merupakan salah satu pensiunan Pegawai Negeri Sipil di Subulussalam ini beredar luas di tengah masyarakat.

Hasil ini beredar via media sosial baik facebook maupun grup whatsapp hingga memicu keresahan luar biasa di tengah masyarakat.

Keresahan karena ada sejumlah warga dikhawatirkan pernah kontak dengan pasien.

Selain itu masyarakat juga heboh karena jika benar positif, maka Subulussalam akan masuk zona merah covid-19.

Aneka pembahasan netizen di media sosial terus beredar dan isinya mayoritas menggambarkan keresahan dan kepanikan luar biasa.

VIDEO - Puluhan Narapidana di LP Meulaboh Aceh Barat Dapat Pembebasan Bersyarat

dr Risdianty Saragih M.Sc Sp PD, dokter spesialis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Subulussalam    (SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN)

Seperti diberitakan sebelumnya, dokter spesialis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Subulussalam, dr Risdianty Saragih MSc Sp PD, memberikan penjelasan. 

Ya, penjelasan soal akurasi pemeriksaan virus Corona atau Covid-19 pakai Rapid Test.

Penjelasan tersebut disampaikan kepada Serambinews.com, Jumat (3/4/2020) terkait adanya seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) daerah ini yang dinyatakan positif.

Hal ini berdasarkan pemeriksaan rapid test.

Diakui memang rapid test ini belum hasil final.

Namun, kata Risdianty ini menjadi dasar awal untuk mendeteksi seseorang terkait dengan virus corona atau covid-19.

Dikatakan, rapid test sensitifitifasnya tinggi bisa sampai 90 %.

Diterangkan, sensitifitasnya untuk mengenal virus lebih tinggi.

Tetapi spesifitasnya agak rendah, yakni hanya 70-80 persen.

Spesifitas ini untuk mengenal secara spesifik apakah virus dimaksud corona atau lainnya.

Risdianty pun membantah jika akurasi rapid test hanya 20 persen.

Sebab, alat rapid test yang digunakan di RSUD Kota Subulussalam standar pemerintah dan direkomendasikan Hasil World Health Organization (WHO).

Tak hanya itu, rapid test yang digunakan di Subulussalam FDA (Badan Pengawas Makanan dan Obat di Amerika Serikat).

”Ini alat yang kita gunakan standar pemerintah dan direkomendasikan WHO lo, jadi siapa pula bilang akurasinya hanya 20 persen.

Kalau rendah siapa mau beli, harganya aja mahal.

Memang belum final, tapi ini sudah bisa menjadi dasar pemeriksaan ke lebih tinggi, makanya dirujuk,” terang Risdianty

Lebih jauh dijelaskan, rapid test itu sensitifitasnya untuk mengenal virus tinggi, tetapi spesifiknya kurang tinggi sehingga virus lain bisa terbaca positif juga.

Alat itu, lanjut Risdianty bukan hanya untuk Covid-19, tapi sejenisnya.

Sehingga bisa jadi positif palsu.

Untuk kepastian maka perlu diperiksa PCR yang spesifitasnya lebih tinggi.

Masalahnya untuk pemeriksaan dengan PCR ini membutuhkan waktu lebih lama karena harus dikirim ke Jakarta.

Lamanya pemeriksaan dengan PCR, kata Risdianty akibat jarak yang sangat jauh.

Sebab, alat terkait belum ada di Aceh.

Seandainya alat tersedia di daerah maka hanya butuh waktu beberapa jam mendeteksi seseorang apakah terpapar covid atau tidak.

Untuk alat yang digunakan di RSUD Kota Subulussalam ini bernama wondfo.

Rapid test kata dia, bisa menimbulkan hasil negatif palsu jika orang yang dites berada dalam window periode infeksi.

Pasalnya, ketika masih belum bergejala (asimptomatik) atau masih dalam periode inkubasi, IgM atau IgG belum dapat dideteksi oleh rapid test.

Sedikit bekal , kata Risdianty, sebagaimana dijelskan Dr. Alida R H, PhD, SpPK Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDSPatKLIn) cabang Jakarta menjelaskan penggunaan test cepat antibodi IgM/IgG SARS CoV-2 (COVID 19).

Test ini bertujuan untuk mendeteksi zat anti (antibodi) baik kelas igM maupun IgG terhadap SARS-CoV-2 (virus penyebab Covid19).

Zat anti tersebut terbentuk saat seseorang terpapar dg SARS-Cov-2 tapi perlu waktu beberapa hari setelah paparan.

IgM muncul lebih dulu diikuti IgG beberapa hari kemudian.

Artinya apa? Pada saat seseorang sudah "mengandung" virus SARS-Cov-2 di tenggorokannya bisa jadi IgM dan atau IgGnya belum terdeteksi oleh test kit serologi ini.

Jadi kalau hasil test negatif jangan lega dulu.

Tetap jaga jarak 1-2 meter dan hindari ke tempat umum, serta cuci tangan, karena hasil negatif dapat berarti 2 kemungkinan: pertama yang bersangkutan  betul-betul bersih tidak terpapar, tapi juga tidak kebal.

Kedua, yang bersangkutan  sudah infeksius tapi belum membentuk IgM atau IgG anti SARS-CoV2, sehingga berpotensi menularkan pada orang lain.

Karenanya, tandas Risdianty jangan merasa aman dari penularan (tertular atau menularkan) SARS-CoV-2 bila hasil IgM/G negatif.

“Rapid test kita udah diuji litbangkes. Negatif pun belum tentu betul-betul negatif karea  bisa saja antibodi belum terbentuk. Jadi tetaplah waspada,” imbau Risdianty

Menyangkut pasien PDP nomor 3 yang positif berdasarkan rapid test, Risdianty mengatakan secara klinis juga mengarah pada gejala covid.

Sejak awal, sang pasien sudah mengalami gejala demam tinggi, batuk dan sakit tenggorokan.

Kemudian, lanjut Risdianty gejala sang PDP nomor 3 ini semakin berat karena diikuti sesak napas hingga diare.

Maka itu bukan pun melalui rapid test PDP nomor 3 mengarah pada gejala covid dan disarankan dirujuk ke RSUDZA.

PDP nomor 3 ini sendiri memiliki riwayat perjalanan ke Jakarta.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) virus corona (Covid-19) di Rumah Sakit Umum Daera Kota Subulussalam, dinyatakan positif berdasarkan hasil rapid test.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Subulussalam, Baginda Nasution dalam, konferensi pers, Jumat (3/4/2020) menyatakan pemeriksaan rapid test bukan hasil final untuk menentukan positif covid-19.

Jumpa pers yang digelar di Posko Induk Covid turut dihadiri Wakil Wali Kota Subulussalam, Drs Salmaza MAP, Direktur RSUD Subulussalam dr Dewi Sartika Pinem dan Jubir Satgas Covid RSUD Subulussalam, dr Diana Dewi.

Disebutkan, pihak RSUD Subulussalam sudah melakukan pemeriksaan terhadap PDP Nomor 3 menggunakan rapid test corona dan hasilnya positif.

Namun, kata Baginda, sesuai dengan pedoman Kemenkes, bahwa rapid test bukanlah alat untuk menentukan positif ataupun negatif seseorang terhadap virus Covid-19.

Karenanya, untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti, RSUD Subulussalam akan merujuk pasien PDP Nomor 3 ini ke Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.

“Jadi pemeriksaan dengan rapid test belum menjadi hasil final. Nanti pastinya adalah dari laboratorium.

Makanya pasien PDP nomor 3 ini akan kita rujuk ke RSUDZA Banda Aceh," kata Baginda.

"Sebab untuk mengetahui seseorang positif atau negatif, harus berdasarkan hasil laboratorium Litbangkes dari Kemenkes RI, bukan melalui rapid test,” tambahnya.

Hal senada disampaikan Humas Satgas Covid-19 RSUD Kota Subulussalam, dr Diana Dewi.

Dia mengatakan adanya PDP yang dirawat di RSUD menjalani pemeriksaan dengan Rapid Test Covid-19.

PDP tersebut berjenis kelamin pria, usia sekitar 65 tahun dan memiliki riwayat perjalanan ke Jakarta, 14 hari sebelum mengalami gejala sakit.

Dikatakan versi rapid test, PDP tersebut memang positif. Namun ini belum dapat diartikan covid.

Dokter Diana Dewi menambahkan sesuai literatur bahwa rapid test bukan alat khusus mendeteksi covid-19, melainkan grup keluarga corona.

Grup keluarga corona ini bisa Cov (HCoV), SARS-CoV, MERS-CoV.

Diakui, rapid test merupakan alat deteksi awal dan lebih cepat terhadap seseorang apakah terinfeksi virus atau tidak.

Untuk mengetahui secara final, harus melalui Swab laboratorium Litbangkes dari Kemenkes RI.

"Rapid test memiliki kelemahan yaitu kurang akurat dibandingkan pola Polymerase Chain Reaction (PCR)," katanya.

Penjelasan Jubir GTPP dan Satgas Covid-19 RSUD Kota Subulussalam ini menyikapi kabar adanya pasien di sana yang positif corona.

Kabar tersebut telah menyebar sejak Jumat (3/4/2020) pagi dan menjadi bahasan masyarakat di media sosial (medsos) facebook dan grup WhatsApp.

Berdasarkan pemantauan di media sosial baik facebook maupun whatsapp kabar soal pasien PDP yang positif covid dari hasil rapid test ini menyebar cepat. Bahkan alat rapid test termasuk nama PDP juga menyebar luas di medsos.

Pasien PDP yang postif covid versi rapid test ini berjenis kelamin pria dengan usia sekitar 65 tahun.

Dia dirawat di RSUD Subulussalam sejak Sabtu (28/3/2020) malam. Sebelum dirawat, sang pasien ini sudah beberapa hari demam tinggi disertai sejumlah gejala mirip covid-19.

Namun awalnya pasien enggan dirawat di RSUD. Setelah melalui berbagai cara akhirnya sang pasien bersedia mengikuti saran medis untuk dirawat.

Informasi yang dihimpun Serambinews.com, PDP tersebut memiliki riwayat perjalanan ke Jakarta dalam misi dakwah.

PDP yang berusia 65-an tahun ini kabarnya berada di Jakarta selama 10 hari.

Saat berangkat PDP tersebut menggunakan armada kapal laut dan pulang jalur darat dengan bus.

Selama di Jakarta PDP sudah mengalami gejala sakit yang diyakini akibat asam lambung kambuh.

”Dia sudah sakit dari Jakarta. Sebanarnya ada gejala asam lambung dan selama di Jakarta makan pun susah,” terang rekan PDP.

Selain pria tersebut, rekannya yang satu rombongan juga dikabarkan mengalami demam sepulang dari Jakarta.

Ketika ditanyai apakah lokasi kegiatan antara PDP di Subulussalam dengan ustaz yang positif di Aceh Besar, sumber Serambinews.com membantah.

Menurut sumber ini, PDP di Subulussalam ini tidak satu acara dengan ustaz di Aceh Besar yang dinyatakan positif corona.

Adapun ustaz yang di Aceh Besar tersebut, kata sumber melakukan perjalanan ke Sulawesi sementara rekannya di Subulussalam di Jakarta. (*)

 

Berita Terkini