SERAMBINEWS.COM – Kantor Pusat Statistik (ONS) Inggris mengumumkan bahwa negara itu jatuh kedalam jurang resesi.
Ekonomi Inggris mengalami kontraksi atau minus 20,4 persen pada kuartal II tahun 2020, jika dibandingkan dengan kuartal I 2020.
Pertumbuhan ekonomi kuartal II yang minus ini dikarenakan langkah lockdown yang dipicu oleh pandemi virus corona yang membuat aktivitas melambat.
"Jelas bahwa Inggris berada dalam catatan resesi terbesar," kata Kantor Statistik Nasional, Rabu (12/8/2020), dikutip dari CNBC.
Penurunan kuartal kedua adalah yang terburuk dalam catatan ekonomi Inggris.
Pada kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi Inggris terkontraksi atau minis 2,2 persen
• Harga Emas di Banda Aceh belum Stabil, Hari Ini 3 Kali Naik Turun, Nilainya Hampir Rp 3 Juta/Mayam
Sementara dibandingkan dengan kuartal II 2020 terhadap kuartal II 2019, ekonomi Inggris jatuh ke level minus 21,7 persen.
Para analis sudah memperkirakan penurunan ekonomi Inggis pada kuartal II 2020 sebesar 20,5 persen, menurut jajak pendapat Reuters.
Dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I dan II 2020 negatif, artinya ekonomi Inggris sekarang jatuh kedalam jurang resesi.
Suatu negara dapat dikatakan resesi apabilah ekonomi negara tersebut mengalami penurunan PDB secara berturut-turut (minus) dalam dua kuartal.
Menurut ONS, sektor jasa, konstruksi dan produksi semua tercatat mengalami rekor penurunan kuartalan, terutama di sektor yang paling terkena imbas dari lockdown yang dilakuakan pemerintah.
Badan itu mencatat, PDB (produk domestik bruto) meningkat sebesar 8,7 persen pada bulan Juni karena langkah-langkah lockdown yang dilakukan pemerintah berangsur dicabut.
• Ayamnya Berkokok dan Buat Tetangga Merasa Terganggu, Warga Italia Didenda 200 Dolar
"Ekonomi mulai bangkit kembali pada bulan Juni dengan pembukaan kembali toko, pabrik mulai meningkatkan produksi dan pembangunan rumah terus pulih," kata Deputi Nasional Statistik, Jonathan Athow.
"Meskipun demikian, PDB pada bulan Juni masih berada di urutan keenam di bawah levelnya pada bulan Februari, sebelum pandemi covid-19 menyerang," katanya.
Sejumlah negara-negara besar telah melaporkan pertumbuhan ekonomi negaranya yang masuk dalam jurang resesi.
Berikut daftar negara-negara yang mengalami resesi, dikutip dari Kompas.com:
1. Amerika Serikat (AS)
Amerika Serikat telah memasuki jurang resesi di masa pandemi virus corona.
Pada kuartal II tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS dilaporkan minus 32,9 persen. Padahal pada kuartal I tahun 2020 perekonomian AS sudah minus 5 persen.
Konstraksi pertumbuhan ekonomi ini terjadi lantara adanya penurunan tajam pada konsumsi rumah tangga, ekspor, produksi, investasi, serta belanja pemerintah lokal maupun negara bagian.
• Amerika Serikat Alami Resesi, Terburuk Sepanjang Sejarah Ekonomi AS
2. Jerman
Jerman mengalami resesi setelah melaporkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun 2020 minus 10,1 persen.
Tren penurunan itu sudah terjadi sejak kuartal I tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Jerman tercatat minus 2 persen.
Perekonomian Jerman terpukul karena menurunnya konsumsi rumah tangga, investasi, hingga ekspor di masa pandemi Covid-19.
3. Perancis
Pertumbuhan ekonomi Perancis pada kuartal II tahun 2020 tercatat minus 13,8 persen.
Ini membuat Perancis mengalami resesi. Sebab, pada kuartal I tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Perancis minus 5,9 persen.
Pelemahan ekonomi di Perancis ini terjadi di antaranya karena menurunya konsumsi rumah tangga, investasi, dan perdagangan akibat lockdown mencegah penyebaran virus corona.
• Hari Ini, Korea Selatan Resmi Alami Resesi Akibat Covid-19, Pertama Kalinya dalam 17 Tahun Terakhir
• Banyak Negara di Dunia Mengalami Resesi, Ekonomi Korea Utara Malah Tumbuh Positif
4. Italia
Italia juga mengalami resesi. Pada kuartal II tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Italia minus 17,3 persen.
Padahal, di kuartal I tahun 2020, pertumbuhan ekonomi di Italia juga minus 5,5 persen.
5. Korea Selatan
Korea Selatan menjadi salah satu negara di Asia yang mengalami resesi setelah dua kuartal berturut pertumbuhan ekonominya minus.
Pada kuartal I tahun 2020, Korea Selatan melaporkan pertumbuhan ekonomi minus 1,3 persen. Kemudian pada kuartal II tahun 2020 mengalami minus 3,3 persen.
Kemersotan ini terjadi karena anjloknya ekspor, investasi, manufaktur, dan jasa.
• Kemendagri: Tidak Ada Alasan Pembatalan Proyek Multiyears APBA 2020 kecuali Ada Putusan MA
6. Jepang
Resesi juga hinggap di Jepang. Negeri Sakura itu melaporkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I tahun 2020 minus 3,4 persen.
Padahal, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV tahun 2019 minus 6,4 persen.
7. Hong Kong
Resesi yang terjadi di Hong Kong sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun 2020.
Aksi protes yang memukul sektor ritel dan pariwisata membuat pertumbuhan ekonomi minus sejak kuartal III dan kuartal IV tahun 2019.
Pada kuartal III tahun 2019 minus 2,8 persen dan kuartal IV tahun 2019 minus 3 persen.
Kondisi kemudian diperburuk dengan pandemi Covid-19. Pada kuartal I tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Hong Kong minus 9,1 persen, sedangkan kuartal II tahun 2020 minus 9 persen.
• Sambut Konjen Malaysia, Bupati Aceh Tamiang Mursil Butuh Dukungan TNI/Polri untuk Yakinkan Investor
8. Singapura
Negara di Asia Tenggara yang pertama mengalami resesi adalah Singapura.
Pada kuartal I tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Singapura tercatat minus 0,7 persen.
Kontraksi tersebut berlanjut pada kuartal II tahun 2020, pertumbuhan ekonomi di Singapura minus 12,6 persen.
Pemerintah Singapura memperoyeksikan ekonomi tren tersebut akan berlangsung hingga akhir tahun dengan kisaran minus 4 hingga 7 persen.
9. Filipina
Filipina menjadi negara yang baru mengumumkan mengalami resesi. Otoritas Statistik Filipina menyatakan produk domestik bruto (PBD) pada kuartal II tahun 2020 minus 16,5 persen.
• Ulama Aceh Jawab Sorotan LSM Australia soal Penyembelihan Sapi: Datang ke Sini, Lihat, Baru Komentar
Sebelumnya, Filipina pada kuartal I tahun 2020 juga mengumumkan pertumbuhan ekonomi minus 0,7 persen.
Sektor utama penyumbang penyusutan ekonomi Filipina adalah manufaktur, konstruksi, serta transportasi dan penyimpanan.
10. Inggris
Inggris telah mengumumkan negaranya mengalami resesi. Kantor Statistik Inggris, Pertumbuhan ekonomi kuartal II yang minus 20,4 persen.
Pada kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi Inggris terkontraksi atau minis 2,2 persen.
Sektor jasa, konstruksi dan produksi negara itu, semuanya tercatat mengalami rekor penurunan. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)