Laporan Khalidin | Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM - Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) membuat sektor ekonomi dunia terpuruk, tak terkecuali di Kota Subulussalam.
Pasalnya, sejak virus asal Wuhan, Cina ini merebak di Indonesia pada Maret tahun lalu, masyarakat Tanah Air termasuk di Subulussalam harus menelan pil pahit akibat penurunan pendapatan.
Beruntung, di tengah ketidakpastian kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir, masyarakat Subulussalam punya komoditas unggulan yang jadi ‘penyelamat’ perekonomian mereka.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam, Subangun Berutu kepada Serambinews.com, Kamis (4/3/2021), mengatakan, jika tanaman kelapa sawit saat ini menjadi penyangga ketahanan dan ekonomi masyarakat setempat.
Dia menjelaskan, dampak resesi sangat dirasakan oleh sebagian besar warga kelas menengah ke bawah.
Baca juga: VIDEO Wanita Ini tak Kenal Lagi Suaminya Pasca Operasi Kepala, Sang Suami Mengharap Doa
Baca juga: Tahun Ini, Pemerintah Aceh Subsidi Asuransi Padi 5.000 Ha, Baru Terpakai 1.000 Ha, Ayo Manfaatkan!
Baca juga: Remaja Putri Ini Teler Berat Usai ‘Ngelem’, Sempat Bergulingan di Tugu Kupiah Teuku Umar
Hal ini dikarenakan mayoritas warga sangat bergantung pada upah maupun pendapatan harian lantaran tidak memiliki simpanan yang memadai.
Untung saja, di Kota Subulussalam usaha tanaman kelapa sawit masih menjanjikan karena harga tandan buah segar (TBS) cukup stabil di tengah pandemi Covid-19.
Pasalnya, Kota Subulussalam mayoritas masyarakatnya menggeluti usaha perkebunan kelapa sawit.
Subangun menambahkan, tanaman kelapa sawit menjadi primadona masyarakat ‘Kota Sada Kata’ itu’ sejak era tahun 2000-an silam.
Kini, rata-rata masyarakat mulai kalangan bawah hingga menengah ke atas, memiliki kebun kelapa sawit.
Baca juga: Badan Jalan Turun Hampir di Seluruh Jembatan Lintas Tripa Bawah, Beberapa Titik Jalan Terancam Putus
Baca juga: VIDEO Mobil Wartawan Dilempar Kotoran dan Batu di Yerusalem
Baca juga: Ini Jumlah Dana yang Dianggarkan untuk MTQ Tingkat Lhokseumawe Tahun Ini
Bahkan, para pengusaha, aparatur sipil negara (ASN), hingga pejabat di Kota Subulussalam, umumnya juga memiliki usaha samping berupa kebun kelapa sawit.
Kabar baiknya, Subangun menyampaikan, jika harga TBS di kota hasil pemekaran dari Aceh Singkil itu kini menyentuh harga yang ditetapkan pemerintah.
Apa yang disampaikan Subangun bukan tanpa alasan. Pasalnya, sejak pandemi Covid-19, bisnis TBS kelapa sawit lah yang paling bertahan dari gempuran ekonomi global.
Malah, menurut Subangun, sampai saat ini harga TBS kelapa sawit masih relatif stabil walaupun dalam sepekan terakhir terjadi penurunan.
Penurunan harga TBS kelapa sawit ini terjadi setelah sempat mengalami lonjakan hingga Rp 1.950 per kilogram di tingkat pabrik.
Baca juga: VIDEO Personel Gabungan Temukan 5 Hektare Ladang Ganja di Aceh Utara
Baca juga: Cabdindik Aceh Sumbang Darah 140 Kantong Untuk RSUD di Pidie dan Pidie Jaya
Baca juga: VIDEO VIRAL Pemuda Hampir Tumbuk Tim Medis karena Sakit saat Swab Tes, tapi Akhirnya Lucu
Subangun menerangkan, penurunan harga TBS kelapa sawit di Subulussalam tidak terlalu signifikan.
Kendati demikian, dia berharap, harga TBS dapat kembali melonjak dan mencapai besaran Rp 2.500 per kilogram.
Menurut Subangun, sejauh ini belum ada perubahan drastis terkait harga TBS kelapa sawit di kota yang dijuluki Tanah Syekh Hamzah Fansury tersebut.
Kondisi ini dinilai sangat membantu petani kelapa sawit di tengah gempuran ekonomi selama masa pandemi.
“Sejauh ini, harga TBS kelapa sawit masih stabil. Kita berharap jangan sampai anjlok karena ini jadi penyangga terakhir pertahanan ekonomi masyarakat selama pandemi Covid-19,” ucap Subangun.
Baca juga: MTQ Tingkat Lhokseumawe akan Belangsung di Lima Tempat, Ini Lokasinya
Baca juga: 1,3 Juta Lowongan CPNS Dibuka Tahun 2021, Formasi Guru dan Nakes Terbanyak, Ini Tahapan Seleksinya
Baca juga: Resahkan Santri, Warga Amankan Pria Gondrong, Identitasnya Terungkap Saat Pemeriksaan Sidik Jari
Ia memaparkan mengapa sawit menjadi penyangga terakhir pertahanan ekonomi masyarakat di tengah krisis akibat pandemi Covid-19.
Tanaman kelapa sawit, ulasnya, menjadi salah satu usaha paling banyak digeluti masyarakat Subulussalam sehingga menjadi tumpuan utama ekonomi penduduk di daerah tersebut.
Lantaran itu, Subangun berharap, kepada pemerintah pusat, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki), maupun pemerintah daerah agar dapat menjaga kestabilan pasaran harga CPO ini.
“Di samping itu, seluruh PMKS juga wajib mengikuti protokoler kesehatan dan terus berupaya membantu meringankan beban petani yang juga terdampak langsung,” tandas dia.(*)