SERAMBINEWS.COM - Pendeta Katolik di Jerman melakukan pelecehan pada anak-anak berusia dibawah 14 tahun.
Melansir dari Anadolu Agency, Jumat (19/3/2021) hampir 200 anak dibawah usia 14 tahun dilecehkan di gereja Katolik Jerman.
Pelecehan tersebut telah berlangsung puluhan tahun, tepatnya berawal dari tahun 1975 sampai tahun 2018, menurut laporan independen baru, Kamis (18/3/2021).
Pengacara Bjoern Gercke dan Kerstin Stirner, tim yang melakukan penyelidikan memeriksa arsip gereja dan instrumen pendukung lainnya.
Mereka juga melakukan wawancara pada orang yang terlibat dan orang yang berkaitan dengan pelecehan tersebut.
Baca juga: Bupati Bener Meriah Tgk Sarkawi Temui Presiden Jokowi di Istana Bogor, Ini Persoalan yang Dibahas
Baca juga: Palestina Minta Dukungan Internasional, 28 Keluarga Terancam Tergusur di Jerusalem Timur
Pada konferensi pers, hasil temuan mereka, adalah mengindentifikasi sebanyak 202 pelaku.
Keseluruhan pelaku termasuk pendeta dan selebihnya mereka yang bekerja untuk gereja.
Korban keseluruhan sebanyak 314 orang dan hampir 60 persen merupakan anak-anak dibawah usia 14 tahun.
Pada korban mengalami pelecehan emosional dan fisik atau kekerasan seksual.
Laporan tersebut juga menyebut beberapa petinggi geraja juga mencoba menutupi pelecehan tersebut atau tidak berhasil menyelidiki dengan baik pelecehan yang dialami anak-anak.
Uskup Agung Cologne, Kardinal Rainer Maria Woelki yang menghadiri konferensi pers, mengatakan akan segera menghentikan dua pendeta.
Dua pendeta tersebut adalah Uskup Dominikus Schwaderlapp dan Pastor Guenter Assenmacher.
Baca juga: Diduga Terima Aliran Duit Suap dari Edhy Prabowo, Pedangdut Betty Elista Diperiksa KPK
Sebutnya mereka akan dihentikan karena pelanggaran tugas dalam menangani kasus-kasus tersebut.
Uskup Agung Hamburg Stefan Hesse, yang juga dikecam keras dalam laporan itu, ia menawarkan pengunduran dirinya kepada Paus Fransiskus.
Melansir dari Deutsche Welle, Jumat (19/3/2021) Sebuah firma hukum Jerman menerbitkan laporan independen Kamis (18/3/2021) menyusul tuduhan upaya menutupi kekerasan seksual di keuskupan Katolik Roma yang paling kuat di Jerman.
Baca juga: Malaysia Usir Seluruh Staf Diplomatik Korea Utara, Dalam Waktu 48 Jam Harus Pergi, Ini Persoalannya