Internasional

Prancis Tidak Tahu Lakukan Genosida, Tetapi Rwanda dan Dunia Tahu

Editor: M Nur Pakar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tengkorak manusia hasil temuan tim investigasi, sebagai bukti genosida oleh tentara Prancis di Rwanda.

SERAMBINEWS.COM, PARIS - Penemuan komisi resmi Prancis bahwa Paris memikul tanggung jawab yang sangat besar dalam genosida Rwanda tahun 1994 menciptakan kejutan di Kigali, Rwanda.

Tetapi ada secercah harapan untuk hubungan di masa depan yang lebih baik lagi.

"Hanya Prancis yang tidak mengetahui perannya," kata anggota parlemen Rwanda, John Ruku-Rwabyoma.

"Tapi seluruh dunia, terutama orang Rwanda, tahu," tambahnya, seperti dilansir AFP, Minggu (28/3/2021).

Komisi sejarawan yang dibentuk oleh Presiden Emmanuel Macron menyatakan kegagalan mencegah genosida yang menyebabkan 800.000 orang dibantai, terutama dari etnis minoritas Tutsi.

Baca juga: Kapal Induk Prancis Charles de Gaulle Berlabuh di Abu Dhabi, Jaga Perairan Mediterania Timur

Setelah bertahun-tahun tuduhan Prancis tidak berbuat cukup untuk menghentikan pembantaian, anggota parlemen mendesak pemerintah Prancis untuk membuat permintaan maaf.

"Sekarang langkah selanjutnya bagi Prancis adalah menerima bahwa mereka harus membayar ganti rugi kepada para korban," tambahnya.

Dengan acara peringatan genosida yang dimulai pada 7 April, situs peringatan di Kigali penuh dengan pelajar, turis, dan penduduk setempat pada Sabtu (27/3/20210/

Jean Dushimimana (29) berada di bagian museum genosida yang mendokumentasikan peran Prancis.

"Tidak ada yang mereka (Prancis) dapat bayar kembali untuk apa yang mereka lakukan," kata insinyur komputer yang orang tuanya terbunuh dalam pembantaian itu.

Baca juga: AS, Inggris, Jerman dan Prancis Dukung Inisiatif Perdamaian Yaman, Saudi Sambut Baik

"Prancis membantu para pelaku yang melakukan genosida '94", katanya.

Paul Habumugisha (27) berdiri di dekatnya dan menambahkan:

"Kebanyakan pemuda Rwanda takut pada Prancis karena apa yang kami tahu bahwa mereka lakukan."

Tetapi dia mengatakan jika Paris akhirnya menerima perannya, "itu berarti Prancis akan menjadi teman kami".

Di luar museum, pelayan Josiane Umurerwa berharap pengakuan Prancis juga akan membantu para korban.

Halaman
12

Berita Terkini