Kupi Beungoh

Kunjungan Ramadhan ke AD Pirous: Menemukan Kembali Aceh di Amerika Serikat (II)

Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sosiolog Aceh, Ahmad Humam Hamid, berkunjung ke galery lukisan seniman Indonesia kelahiran Meulaboh Aceh Barat, Abdul Djalil Pirous (AD Pirous), di kawasan Dago Pakar, Bandung, April 2021.

Suatu hari ia menyaksikan sebuah eksibisi seni Islam Modern dan Traditional Timur Tengah dan Afrika Utara di Metropolitan Museum of Art, di New York.

Ia menyaksikan hampir seluruh keping lukisan yang dipamerkan di situ menunjukan ekspersi kaligrafi yang indah.

Ia mulai merasakan ada sesuatu yang sangat familiar dengan dirinya, dan itu, apalagi kalau bukan Aceh.

Jiwanya mulai menerawang mengingat masa kecilnya di Meulaboh dan sebagian Pantai Barat Selatan yang pernah jalani.

Alquran, kuburan-kuburan tua, dan mesjid, yang semuanya berurusan dengan huruf-huruf Alquran yang indah, dan itu adalah kaligrafi.

Ia mulai teringat di hampir semua tempat di Aceh bertebaran kaligrafi, mulai dari yang sangat kuno, sampai dengan yang sangat kontemporer.

Kejutan Aceh dalam kontemplasi pencarian diri itu sebenarnya telah dirasakannya sebelumnya, ketika ia menyaksikan sejumlah praktisi seni rupa Jepang dan Cina yang lebih senior dirinya memamerkan apa yang mereka punya dengan kebanggaan yang memadai.

Misalnya ia sangat ingat betapa perupa Jepang memamerkan karyanya dengan warna kental seni klasik, bahkan kuno, yang berakar pada tradisi Budha Zen, Jepang.

Baginya itu adalah proklamasi “egoisme” yang lazim dan unik dari seorang seniman. 

Ketika ia memutuskan untuk menjadi pelukis kaligrafi, ia merasakan ada semangat dan darah baru dalam hidupnya, karena ia telah menemukan kembali sesuatu yang telah lama hilang dari dirinya, Aceh.

Kehilangan Aceh bagi Pirous pada saat itu adalah lazim dialami oleh perantau Aceh.

Uniknya, ia menemukan dirinya dan menemukan “Acehnya” yang klasik dan unik, ketika ia makan, hidup, bergaul, dan belajar di salah satu pusat metropolis terbesar di jagat raya, New York,  Amerika Serikat.

Ia hanyut dan gamang hanya sebentar, untuk kemudian  menemukan kembali pegangannya yang telah hilang, Aceh.

Baca juga: Kunjungan Ramadhan ke AD Pirous: Menyaksikan Seniman Bertasbih dan Berzikir (I)

Sosiolog Aceh, Ahmad Humam Hamid, berkunjung ke galery lukisan seniman Indonesia asal Aceh, Abdul Djalil Pirous (AD Pirous), di kawasan Dago Pakar, Bandung, April 2021. (SERAMBINEWS.COM/Handover)

Hidayah di Nanggroe Kaphe

Hilangnya Aceh dari Pirous sebenarnya hanya masalah kejauhan secara fisik dalam waktu yang relatif panjang.

Halaman
1234

Berita Terkini