SERAMBINEWS.COM - Iron Dome adalah sistem pertahanan udara Israel berbasis di darat.
Secara khusus, Iron Dome didesain untuk menghalau dan menghancurkan rudal jarak pendek.
Senjata tersebut mampu menghancurkan artileri 155 milimeter yang ditembakkan dari jarak 4 mencapai 70 kilometer.
Dikutip dari DW, alat yang dikembangkan oleh Rafael Advanced Defence Systems ini mampu beroperasi dalam berbagai cuaca, mulai berkabut, badai pasir, hingga hujan.
Sistem Dome sudah dimanfaatkan Militer Israel sejak Maret 2011.
Setiap pengaktifannya, Tel Aviv wajib membayar sekitar 50.000 dollar AS, atau Rp 711 juta.
Apabila muncul serangan dari musuh, Iron Dome akan memantau pergerakan serangan menggunakan radar dan memprediksi titik jatuhnya.
Pusat kendali akan menghitung titik intersep, dan memerintahkan peluncuran sebelum misil lawan mencapai titik atau area penduduk.
Baca juga: Kutuk Serangan Israel ke Palestina, Ketua DPRK Banda Aceh: Zionis Labrak HAM & Hukum Internasional
Baca juga: Jalur Gaza Dihantam Krisis Listrik dan Air Bersih, Infrastruktur Hancur Dirudal Jet Tempur Israel
Harga
Israel wajib mengeluarkan biaya mahal untuk membangun dan mengoperasikan radar dan rudal pencegat Iron Dome.
Satu rudal pencegat memiliki harga cukup fantastis, 80.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,14 miliar (kurs Rp 14.300).
Bahkan, harga rudal pencegat Iron Dome bisa mencapai 150.000 dollar AS atau sekitar Rp 2,15 miliar per buah.
Demi memenuhi kebutuhan tersebut, Israel juga harus berhemat.
Mereka hanya akan meluncurkan rudal pencegat untuk setiap roket Hamas yang dianggap mengarah ke area penduduk atau infrastruktur penting.
Iron Dome juga memiliki sistem radar mutakhir pendeteksi arah roket yang diluncurkan musuh.
Sehingga, Iron Dome akan mengabaikan roket yang diprediksi akan mendarat di wilayah kosong.
Israel mengklaim tingkat keberhasilan Iron Dome dalam mencegat roket musuh mencapai angka 90 persen.
Joe Bidden Menelpon Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Tengah Konflik dengan Israel
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengadakan panggilan telepon pertamanya dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas sejak menjabat, pada hari Minggu (16/5/2021) waktu setempat.
Biden menghubungi Mahmoud Abbas di tengah pertempuran sengit antara Israel dan kelompok militan Palestina di Jalur Gaza.
Presiden AS itu telah mengirim seorang utusan untuk mencoba meredam kekerasan yang telah menewaskan puluhan orang di Gaza dan setidaknya 10 di Israel.
Akan tetapi upaya AS, regional dan internasional belum menunjukkan tanda-tanda kemajuan.
Dikutip dari pemberitaan Reuters, Minggu (16/5/2021), Biden "menekankan perlunya Hamas menghentikan penembakan roket ke Israel".
Dan kedua pria itu "mengungkapkan keprihatinan bersama bahwa warga sipil yang tidak bersalah, termasuk anak-anak, secara tragis kehilangan nyawa mereka di tengah kekerasan yang sedang berlangsung," ringkasan seruan yang dirilis oleh Gedung Putih.
Biden juga menyampaikan "komitmen AS untuk memperkuat kemitraan AS-Palestina".
Selain itu ia juga menyoroti keputusan pemerintahannya baru-baru ini untuk memulihkan bantuan ke Tepi Barat dan Gaza yang diduduki Israel yang telah dipotong di bawah mantan Presiden Donald Trump.
Ringkasan seruan yang dirilis oleh kantor berita resmi Palestina WAFA mengatakan Biden mengatakan dia menentang penggusuran warga Palestina dari Sheikh Jarrah Yerusalem Timur.
Meskipun akun Gedung Putih dari percakapan tersebut tidak menyebutkan kasus itu.
Kasus hukum berkepanjangan atas penggusuran membantu memicu ketegangan di kota suci dan memicu pertempuran antara Israel dan militan Gaza.
Otoritas Palestina Abbas (PA) memiliki pemerintahan sendiri yang terbatas di Tepi Barat yang diduduki, bagian dari wilayah yang direbut Israel, bersama dengan Gaza dan Yerusalem Timur, dalam perang Timur Tengah tahun 1967.
Tapi PA memberikan sedikit pengaruh atas Gaza dan penguasanya Hamas, yang menguasai daerah kantong Palestina pada 2007 setelah pertengkaran berdarah dengan partai Fatah Abbas.
Amerika Serikat menganggap Hamas sebagai organisasi teroris, dan tidak berbicara dengan kelompok tersebut.
Beberapa analis mengatakan Hamas tampaknya melihat eskalasi dengan Israel sebagai kesempatan untuk meminggirkan Abbas dan menampilkan dirinya sebagai penjaga Palestina di Yerusalem, yang sektor timurnya mereka cari untuk negara masa depan.
Kemudian pada Minggu dini hari Israel menggempur Gaza dengan serangan udara.
Serangan itu menghancurkan blok menara yang menampung organisasi media berita, sementara militan Palestina menembakkan roket ke Tel Aviv.
Permusuhan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti ketika mereka memasuki hari ketujuh.
Presiden AS Joe Biden kemudian berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam upaya untuk memulihkan ketenangan.
Tetapi baik Israel dan Hamas bersikeras mereka akan melanjutkan kampanye mereka meskipun pertemuan Dewan Keamanan PBB dijadwalkan pada hari Minggu untuk membahas pecahnya kekerasan Israel-Palestina yang lebih buruk dalam beberapa tahun.
(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas)
Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul Biaya Mahal Sistem Penghalau Roket Iron Dome Israel, Butuh Rp 711 Juta untuk Setiap Pengaktifan
Baca juga: Menjijikkan, Politisi India Imbau Minum Kencing Sapi Cegah Covid-19, Disarankan Dicampur Air Dingin
Baca juga: Israel Bombardir Palestina, Mengapa Negara-negara Arab Hanya Diam Saja?
Baca juga: Konflik Panjang Israel-Palestina & Bumerang Atas Serangan Hamas, Siapa Hamas? Mengapa Serang Israel?