Angka terendah terkonsentrasi di dua kawasan, Eropah Barat, dan Amerika Utara-AS dan Kanada.
Kenyataan ini sudah diperingatkan pada tahun 2006 oleh Transparancy International yang menyebutkan bahwa sektor kesehatan adalah sektor yang sangat rawan korupsi dimanapun di dunia.
Angka yang diberikan oleh kelompok negara OECD (2017) pada tahun 2013 saja, dari 7,35 triliun dolar AS pengeluaran global untuk kesehatan, sekitar 455 miliar dolar diantaranya menguap karena korupsi.
Laporan OECD itu juga menyebutkan dari survey yang mereka lakukan, tidak kurang dari 45 persen warga global merasa sektor kesehatan adalah sektor yang korup, bahkan paling korup dari semua sektor pembangunan.
Sinyalemen ini diamini oleh Transparency International (2020) yang menyebutkan untuk kasus Indonesia, 30-40 persen dana menguap, baik dalam APBN maupun dalam APBD propinsi dan kabupaten kota.
Baca juga: Nek Munah Pidie Jaya, KPK, dan Pembangunan Kita (III)
Baca juga: Nek Munah Pidie Jaya, KPK, dan Pembangunan Kita (IV)
Secara spesifik, modus operandi korupsi dalam sektor kesehatan ini umumnya di dominasi untuk mata anggaran pengadaan barang dan jasa.
Seperti yang sering ditulis, perilaku korupsi bersifat korosif, membunuh cepat dan ringkas, pada saat yang sama juga tumbuh secara generatif, bermutasi, dan menjalar kemana-mana.
Sekalipun sektor kesehatan menjadi ajang korupsi hebat, pada saat yang sama, bagi penentu kebijakan publik, korupsi di sektor kesehatan kurang menarik.
Alasannya, karena peluang korupsinya lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran publik untuk sektor lainnya.
Dari point ini saja sudah tercermin bagaimana sektor ini telah mendapat pukulan pertama, bahkan sebelum recana alokasi anggaran dibuat oleh penentu kebijakan publik.
Korupsi di sektor kesehatan adalah kata kunci untuk hidup dan mati warga negara.
Rasuah di sektor ini berurusan dengan akses, kuantitas, dan kualitas, efisiensi, dan bahkan pemerataan pelayanan kesehatan kepada anggota masyarakat.
Jika yang hendak dituju terkait dengan sejumlah sektor kesehatan dalam target pembangunan global milenial berkelanjutan, maka keterpurukan pencapaian terhadap target indeks yang telah ditetapkan lebih banyak berurusan dengan kasus korupsi.
Baca juga: Cara Mudah Hilangkan Kotoran Kulit dengan 6 Masker Wajah Alami Ini
Baca juga: Majelis Hakim Potong 6 Tahun Hukuman Penjara Jaksa Pinangki, ICW: Benar-Benar Keterlaluan
Indikator besar kemajuan kesehatan sebuah negara terjadi ketika angka harapan hidup tinggi yang disertai dengan menurunya kematian bayi perseribu kelahiran.
Kajian yang dilakukan oleh Nadpara (2015) terhadap 30 negara maju dan berkembang untuk periode 16 tahun, menemukan korupsi memberikan efek negatif terhadap pembangunan kesehatan, baik secara kwantitas maupun kualitas.