Asesmen oleh Tim Terapis Autis Disdik Aceh itu sudah dilakukan ke SLB di Banda Aceh dan Aceh Besar sejak 2 Agustus 2021 hingga kini.
Laporan Mursal Ismail | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Tim Dinas Pendidikan atau Disdik Aceh ikut memantau Tim Terapis Autis Disdik setempat melakukan needs assessment ke sejumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Asesmen oleh Tim Terapis Autis Disdik Aceh itu sudah dilakukan ke SLB di Banda Aceh dan Aceh Besar sejak 2 Agustus 2021 hingga kini.
Tim ini terdiri atas sebelas terapis autis dan satu dokter yang memiliki kualifikasi profesional dalam bidang terapi Applied Behaviour Analysis (ABA).
Untuk memastikan kegiatan ini berjalan baik, Disdik Aceh memantau kegiatan-kegiatan yang dilakukan di SLB itu.
Turut hadir dalam pemantauan itu, tiga Tenaga Ahli Disdik Bidang Pembinaan GTK, dan Kasie Pengembangan Mutu Guru Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, Muhammad Akmal, SE.
Baca juga: Dahsyatnya Manfaat Daun Kelor untuk Kesehatan Menurut dr Zaidul Akbar, Anti Kanker hingga Anak Autis
“Kegiatan ini berjalan dengan baik dan mendapatkan apresiasi dari kepala sekolah dan orang tua siswa karena program yang diberikan tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan untuk SLB," kata Muhammad Akmal.
Hal ini sebagaimana dikutip dalam siaran pers dikirim Disdik Aceh kepada Serambinews.com, Jumat (27/8/2021) malam.
Tenaga Ahli Disdik Aceh Bidang Pembinaan GTK yang juga Koodinator Tim Terapis Autis Disdik Aceh, Istiarsyah, SPdI, SPd, MEd, menambahkan kegiatan needs assessment ini sangat penting.
Artinya sangat penting dilakukan sebagai langkah awal pengumpulan informasi yang komprehensif, sehingga nantinya akan menentukan kebutuhan belajar yang sesuai kebutuhan anak.
"Kami berharap bantuan doa dan dukungan dari berbagai pihak agar program ini dapat berjalan baik, sehingga kami dapat memberikan layanan yang optimal untuk anak-anak berkebutuhan khusus di Aceh,” kata Istiarsyah.
Baca juga: Ketua Komisi VI DPRA Minta Pemerintah Kembali Fungsikan Pusat Layanan Autis
Begini cara dilakukan tim terapis
Seperti diberitakan sebelumnya, Dinas Pendidikan atau Disdik Aceh mengutus tim terapis autis untuk melakukan needs assessment ke sejumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Tim ini terdiri atas sebelas terapis autis dan satu dokter yang memiliki kualifikasi profesional dalam bidang terapi Applied Behaviour Analysis (ABA).
Tenaga Ahli Disdik Aceh Bidang Pembinaan GTK dan Koordinator Tim Terapis Autis, Istiarsyah, SPdI, SPd, MEd, menyampaikan hal ini lewat siaran pers kepada Serambinews.com, Jumat (27/8/2021).
Istriarsyah menjelaskan terapi ABA merupakan salah satu alternatif terbaik dan sangat efektif untuk anak-anak dengan autism.
Pasalnya, terapi ini disusun terstruktur yang berfokus mengajarkan seperangkat keterampilan khusus pada anak, seperti keterampilan memahami dan mengikuti instruksi verbal, merespon perkataan.
Baca juga: Rindukan Pelukan Ibu yang Telah Meninggal, Anak Autis ke Kuburan Peluk Batu Nisan Ibu
Kemudian mendeskripsikan sebuah benda, meniru ucapan dan gerakan, hingga dapat mengajarkan anak-anak untuk membaca dan menulis.
"Jika anak-anak dengan autism tidak ditangani segera, maka akan berpengaruh buruk terhadap kinerja perkembangan pendidikannya,” kata Istiarsyah.
Tenaga Terapis Autis Disdik Aceh, Cahaya Purnama Sari, menambahkan bahwa kegiatan Needs Assessment ini langkah awal untuk mengumpulkan informasi yang komprehensif.
Nantinya hasil ini akan digunakan untuk membuat pertimbangan keputusan belajar siswa autis di sekolah, jika anak masih berada di level 1, maka perlu penambahan jam untuk mereka terapi.
“Hasil analisis asesmen ini, kita dapat melihat bagaimana kemampuan anak dalam setiap penjabaran verbal operant yang telah diujicobakan.
Secara visual hasil asesmen yang ada di lembar scoring form akan terlihat jelas tentang kemampuan manding, tacting, listener, VP/MTS, play, social, imitation, echoic, vokal spontan, LRFFC, Intraverbal, reading, writing, math.
Begitu juga kemampuan linguistic dan kemampuan dalam grup, sehingga keputusan peningkatan kompetensi anak pun sesuai dengan kebutuhan belajarnya,” jelas Cahaya.
Baca juga: Kenali 10 Tanda Awal Autisme Pada Bayi, Jarang Tersenyum hingga Terlambat Merangkak
Cahaya menyebutkan pelaksanaan asesmen ini harus dilakukan sesuai prosedur dan kaidah asesmen, yaitu memperhatikan 3 hal, characters, time, dan setting.
Pelaksanaan assesmen ini menggunakan Asesmen milestone VB-MAPP dari Mark L. Sundberg, Ph.D., BCBA-D, dengan mengisi scoring form sesuai dengan butir instrument.
Menurutnya, ada 170 milestone yang diasesmen, di mana milestone tersebut dibagi menjadi 3 level.
"Nah, level ini yang menentukan kebutuhan belajar anak nantinya,” timpal Tenaga Terapis Autis Disdik Aceh lainnya, Rosnaini.
Setelah rangkaian assessment selesai dijalankan, maka selanjutnya adalah pengambilan keputusan diagnosa yang dilakukan dokter.
“Peran saya sebagai dokter praktisi Biomedical Intervention Therapy (BIT) adalah melakukan Alloanaesis pada orang tua anak penyandang Autistic Spectrum Disorder (ASD)," tambah Riza.
Menurut Riza, selaku dokter dalam tim terapis autis Disdik Aceh ini, dirinya menanyakan informasi dari orang tua mengenai ciri-ciri serta perilaku yang ditujukkan oleh anak, seperti kemampuan bicara atau bahasa.
Begitu juga interaksi sosial, kemampuan bermain dan ketidak mampuan anak dalam menunjukkan minat yang biasanya bersifat repetitif/ stimming dan terbatas.
"Tentunya harus didukung juga dengan informasi tentang riwayat tumbuh kembang anak, riwayat saat kehamilan hingga persalinan.
Tidak cukup sampai disitu, saya juga memberikan informasi mengenai diet bagi anak ASD, yaitu diet casein free, gluten free, dan sugar free (CFGFSF),” jelas Riza.
Tim terapis diharap jadi partner sekolah
Sementara itu, Kadisdik Aceh, Drs Alhudri MM melalui Plt Kabid Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Muksalmina, SPd, MSi, mengatakan asesmen ke beberapa SLB di Banda Aceh dan Aceh Besar ini merupakan program baru Disdik Aceh.
Kegiatan ini sudah dilakukan sejak 2 Agustus 2021 hingga kini.
Pasalnya, hingga kini sistem pendidikan formal masih menghadapi banyak tantangan dalam mengakomodasi kebutuhan anak-anak penyandang autisme.
Muksalmina mengatakan sebagian besar SLB di Aceh hingga kini belum memiliki sumber daya terapis.
Oleh karena itu, tim terapis yang telah dibentuk ini diharapkan dapat menjadi partner sekolah dalam memberikan layanan terbaik untuk anak-anak autis.
Tujuannya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, hidup mandiri, berkreativitas, dan memiliki potensi yang baik, seperti anak-anak umumnya.
“Peserta didik berkebutuhan khusus atau disabilitas adalah warga negara Indonesia yang memiliki hak yang sama dengan anak lainnya untuk mendapatkan layanan pendidikan yang layak.
Oleh karena itu, Dinas Pendidikan Aceh akan terus berusaha untuk memberikan layanan terbaik bagi mereka.
Ini merupakan program baru untuk memperbaiki sistem layanan pendidikan yang lebih baik ke depannya.
Diharapkan dengan adanya program ini, anak-anak autis di sekolah mendapatkan penanganan yang lebih optimal,” kata Muksalmina. (*)