Baca tanpa iklan
Aksi kedua ini dimulai sekira pukul 10.00 WIB setelah mahasiswa berkumpul di kawasan Kampus Bukit Indah.
Laporan Jafaruddin I Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM,LHOKSEUMAWE–Mahasiswa Universitas Malikussaleh (Unimal) pada Selasa (21/8/2021) kembali berdemo di Kampus Bukit Indah Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe.
Aksi hari kedua tersebut diadakan karena belum ada pihak rektorat yang menemui mereka untuk memberikan penjelasan terkait sistem penyampaikan informasi yang dinilai merugikan mahasiswa.
Sehari sebelumnya, mahasiswa juga berdemo di Kampus Bukit Indah untuk memprotes terkait perubahan sistem belajar yang sebelumnya disampaikan belajar secara luring (luar jaringan) atau tatap muka dan sekarang menjadi daring (dalam jaringan).
Karena hal itu dinilai merugikan mahasiswa baru yang sudah berada di Lhokseumawe.
Aksi kedua ini dimulai sekira pukul 10.00 WIB setelah mahasiswa berkumpul di kawasan Kampus Bukit Indah.
Secara bergantian mahasiswa menyampaikan orasinya di lokasi tersebut dan kemudian mendatangi gedung Rektorat untuk menemui Rektor Unimal, Dr Herman Fithra.
Dalam aksinya itu, mahasiswa membawa sejumlah poster dan spanduk yang memprotes terhadap kinerja pejabat Unimal yang dinilai tidak konsisten dalam menyampaikan informasi kepada mahasiswa.
Spanduk yang dibawa pendemo tersebut antara lain bertuliskan, “Informasi bukan milik birokrasi,”.
“Sampai sore ini kami masih bertahan di Gedung Rektorat Unimal, karena sampai sekarang rektor belum menemui kami,” ujar Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unimal, Arisky kepada Serambinews.com, Selasa (31/8/2021).
Padahal katanya, mahasiswa sudah menghubungi pembantu rektor untuk menyampaikan, tapi mereka menolak untuk menemuinya.
“Jika sampai sore ini tidak yang menemui kami untuk memberikan penjelasan, besok kami akan melakukan aksi demo lagi di kampus,” kata Arisky. (*)
Baca juga: Hari Ini, Polisi Lakukan Penyekatan di Kecamatan Padsng Tiji, Kapolres : Petugas Bersikap Sopan
Baca juga: 100 Anggota Milisi Houthi Tewas Dalam Pertempuran Sengit di Marib
Baca juga: Sebagian Warga Kabul Lebih Takut Ekonomi Hancur, Daripada Tinju Taliban