Virus Corona

Ada Varian Virus Corona Baru Bernama 'MU', WHO: Memiliki Mutasi Risiko Resistensi terhadap Vaksin

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MIAMI, FLORIDA - 30 AGUSTUS: Seorang petugas kesehatan di tempat drive-thru 24 jam yang didirikan oleh Miami-Dade dan Nomi Health di Tropical Park melakukan tes COVID-19 pada 30 Agustus 2021 di Miami, Florida.

SERAMBINEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini sedang memantau varian Virus Corona baru yang dikenal sebagai "MU".

Varian Virus Corona baru ini pertama kali diidentifikasi di Kolombia pada Januari 2021 lalu.

Varian MU, yang secara ilmiah dikenal sebagai B1621, telah diklasifikasikan sebagai "variant of interest”.

“Varian MU memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan," kata WHO pada Selasa (31/8/2021) dalam buletin pandemi mingguannya, dikutip dari AFP.

WHO mengatakan varian tersebut memiliki mutasi yang menunjukkan risiko resistensi terhadap vaksin.

Baca juga: Update Covid-19 di Kota Langsa, Total 82 Meninggal, 83 Positif

Baca juga: Sempat Zona Merah, Kini Banda Aceh dan Aceh Besar Zona Oranye Covid-19

Mereka juga menekankan bahwa penelitian lebih lanjut sedang dilakukan untuk lebih memahami varian baru ini.

Ada kekhawatiran yang meluas atas munculnya mutasi virus baru karena tingkat infeksi kembali meningkat secara global.

Varian Delta memiliki sifat yang sangat mudah menular, terutama di antara mereka yang tidak divaksinasi dan di wilayah yang telah melonggarkan protkes.

Semua virus, termasuk Sars-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19, bermutasi dari waktu ke waktu.

Sebagian besar mutasi memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada sifat virus.

Tetapi mutasi tertentu dapat memengaruhi sifat-sifat virus dan memengaruhi seberapa mudah virus itu menyebar, tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya, dan ketahanannya terhadap vaksin, obat-obatan, dan tindakan pencegahan lainnya.

WHO saat ini mengidentifikasi empat varian Covid-19 yang menjadi perhatian, termasuk Alpha, yang ditemukan di 193 negara, dan Delta, yang ditemukan di 170 negara.

Baca juga: Menko Airlangga Minta Pemda Bergerak Cepat, Gunakan APBD Untuk Bantu Masyarakat dan Penanganan Covid

Lima varian, termasuk Mu, harus dipantau secara ketat.

Setelah terdeteksi di Kolombia, Mu telah dilaporkan di negara-negara Amerika Selatan lainnya dan di Eropa.

WHO mengatakan prevalensi globalnya telah menurun hingga di bawah 0,1 persen di antara kasus-kasus berurutan.

Di Kolombia itu mencapai 39 persen, dan di Ekuador di mana prevalensinya mencapai 13 persen.

Ditemukan (lagi) Varian Baru

Dikutip dari Reuters, Ilmuwan Afrika Selatan telah mendeteksi varian Virus Corona baru dengan banyak mutasi.

Namun mereka belum menentukan apakah itu lebih menular atau mampu mengatasi kekebalan yang diberikan oleh vaksin atau infeksi sebelumnya.

Varian baru, yang dikenal sebagai C.1.2, pertama kali terdeteksi pada bulan Mei dan kini telah menyebar ke sebagian besar provinsi Afrika Selatan dan ke tujuh negara lain di Afrika, Eropa, Asia dan Oseania.

Baca juga: Jadi Syarat SKD CPNS 2021,Begini Cara Cek Stok Vaksin Covid-19 di Masing-Masing Daerah Secara Online

Ini mengandung banyak mutasi yang terkait dengan varian lain dengan peningkatan penularan dan penurunan sensitivitas terhadap antibodi penetralisir.

Tetapi varian terjadi dalam campuran yang berbeda dan para ilmuwan belum yakin bagaimana varian itu mempengaruhi perilaku virus. 

Pengujian di laboratorium sedang dilakukan untuk menentukan seberapa bisa varian dinetralkan oleh antibodi.

Afrika Selatan adalah negara pertama yang mendeteksi varian Beta, satu dari hanya lima yang diberi label "perhatian (interest)" oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Varian Delta di Aceh

Sebanyak 17 orang positif Covid-19 varian Delta di Aceh hasil sampel dari enam daerah di Aceh.

Keenam daerah itu, yakni Banda Aceh, Aceh Besar, Bireuen, Aceh Selatan, Aceh Tamiang, dan Gayo Lues. 

Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Aceh, dr Hanif, menyampaikan hal ini kepada Serambinews.com di Banda Aceh, Sabtu (28/8/2021) malam.

Hanif mengaku prihatin dan gusar atas fakta tersebut, mengingat sampel yang diperiksa itu mayoritas diambil pada periode Mei dan Juni 2021.

"Artinya, kalau diambil dan diperiksa sampel setelah itu, katakanlah mulai medio Juli hingga minggu terakhir Agustus ini, diperkirakan varian Delta yang terdeteksi di seluruh Aceh bisa-bisa jauh lebih banyak lagi," kata Hanif.

Baca juga: Ilmuan Inggris Akan Bayar Rp 88 Juta Bagi yang Bersedia Terinfeksi Virus Corona Varian Delta

Hanif juga mengatakan mulai maraknya persebaran varian Delta di Aceh diperkirakan berkorelasi dengan tingginya angka kematian pasien Covid di Aceh belakangan ini.

"Diperkirakan, yang bikin banyak kasus Covid-19 dan pasien Covid yang meninggal belakang ini di Aceh disebabkan varian Delta ini," kata Hanif. 

Ia mengimbau kalangan medis dan masyarakat luas di Aceh agar benar-benar meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya Covid yang varian Delta-nya ternyata sudah banyak menginfeksi pasien di Aceh.

"Patuhi protokol kesehatan dan jangan lengah. Ancaman varian Delta di Aceh semakin nyata.

Tetap penting memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir meski kita telah divaksinasi," ujar Hanif. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

BERITA TERKAIT

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga Lainnya:

Baca juga: Berkunjung ke Aceh, Mensos Risma Sambangi Kantor PDIP Aceh, Gelar Pertemuan Tertutup

Baca juga: Ungkap Pelaku Pembunuhan Gajah, 17 Personel Polres Aceh Timur Peroleh Penghargaan

Baca juga: Sambut Hari Jadi Ke-73, Polwan Polres Langsa Gelar Donor Darah, Ini Jumlah Terkumpul

Berita Terkini