Luar Negeri

Taliban Siap Menjalin Hubungan dengan AS tapi Tidak dengan Israel

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Juru bicara Taliban Suhail Shaheen.

Mantan penasihat Perdana Menteri Israel Menachem Begin mengatakan bahwa, Israel dapat dengan jelas merasakan kesepian ketika AS menarik diri dari Afghanistan.

SERAMBINEWS.COM, KABUL - Berbicara kepada media Rusia Sputnik pekan lalu, juru bicara Taliban, Suhail Shaheen mengatakan mereka siap menjalin hubungan dengan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di seluruh dunia, kecuali satu.

"Ya, jika AS ingin membangun hubungan dengan kami, untuk kepentingan kedua negara dan jika AS ingin berpartisipasi dalam rekonstruksi Afghanistan, kami selalu menyambut," kata Shaheen.

“Tentu saja, kami tidak akan memiliki hubungan apa pun dengan Israel. Kami ingin membangun hubungan dengan semua negara, kecuali Israel," tegas Shaheen.

Dalam editorial yang diterbitkan di Jerusalem Post pada Kamis (9/9/2021), penulis Seth J Frantzman mengatakan bahwa sebagian besar negara yang menolak memiliki hubungan dengan Israel saat ini adalah negara mayoritas muslim.

Negara-negara ini memiliki satu pandangan yang tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan negara Yahudi, serta sikap yang mendukung atas merdekanya Palestina.

Baca juga: Pesawat Komersial Kembali Mendarat di Kabul, Pertama Sejak Taliban Berkuasa di Afghanistan

Baca juga: Menteri Luar Negeri Qatar Desak Taliban, Tepati Janji Hormati Hak-hak Perempuan

Menurut sang penulis, pernyataan juru bicara Taliban didasarkan pada aturan hubungan internasional sejak tahun 1948 dan telah diterima di negara-negara Muslim.

Sejak 1948, Israel telah berulang kali mengobarkan perang dengan negara-negara Arab, yang sebagian besar telah dimenangkan.

Itu menyebabkan Mesir menormalkan hubungan dengan Israel pada 1979 dan Yordania pada 1994.

Namun, dunia Arab lainnya masih menganggap Israel sebagai musuh yang mencaplok tanah Palestina secara brutal.

Di antara negara-negara Muslim yang belum menjalin hubungan dengan Israel adalah Iran, Irak, Arab Saudi, Suriah, Qatar, Pakistan, Indonesia, dan Malaysia. 

Arab Saudi bahkan tidak menganggap Israel sebagai negara yang sah.

Qatar dan Pakistan, dua negara dengan hubungan dekat yang dianggap sebagai mediator yang menghubungkan Taliban dengan komunitas internasional, juga belum menjalin hubungan dengan Israel.

Baca juga: PBB Galang Bantuan ke Afghanistan, Pendonor Masih Khawatirkan Tindakan Pemerintahan Taliban

Baca juga: PBB Peringatkan Ancaman Pembalasan Taliban, Pesawat Charteran Terbangkan Ratusan Orang

Di bawah kepemimpnan mantan Presiden AS, Donald Trump, Amerika adalah negara yang aktif untuk membantu Israel menormalkan hubungan dengan dunia Muslim, melalui Perjanjian Abraham.

Perjanjian yang ditandatangani pada tahun 2020 membuka jalan bagi Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain untuk menjalin hubungan dengan Israel.

Ahli Zev Chafets, mantan penasihat Perdana Menteri Israel Menachem Begin (1977-1983), mengatakan di surat kabar Bloomberg, bahwa Israel dapat dengan jelas merasakan kesepian ketika AS menarik diri dari Afghanistan.

Jarak geografis antara Tel Aviv dan Kabul adalah sekitar 3.200 km. 

Tetapi setelah penarikan pasukan AS dari Afghanistan, Israel semakin khawatir bahwa Taliban dan sekutunya memberikan tekanan besar ke mereka.

Ini adalah pandangan yang dibuat Perdana Menteri Israel Naftali Bennett saat bertemu dengan Presiden Joe Biden di Gedung Putih.

“Kami tinggal di salah satu daerah yang di kelilingi dengan kelompok-kelompok. Perbatasan selatan dikelilingi oleh ISIS, Hizbullah di utara, Hamas dan milisi Iran. Mereka semua ingin menghancurkan negara Yahudi," kata Bennett.

Baca juga: Taliban Ungkap Alasan Tak Ada Menteri Perempuan di Pemerintahan Baru Afghanistan

Kelompok tersebut memusuhi Israel semuanya dan mengucapkan selamat kepada Taliban atas kemenangan di Afghanistan. 

Setelah berabad-abad, pasukan Taliban berhasil mengalahkan kekuatan yang kuat dari Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat.

Setelah jatuhnya pemerintah Afghanistan pro-Amerika, pemimpin Hamas Palestina Ismail Haniyeh menelepon untuk memberi selamat kepada wakil pemimpin Taliban, Abdul Ghani Baradar.

Haniyeh mengatakan kemenangan Taliban adalah awal dari kejatuhan semua pasukan pendudukan, termasuk pendudukan Israel atas wilayah Palestina. 

Sementara itu, Baradar berharap kemenangan Palestina dalam perlawanan mereka.

Baca juga: Di Bawah Pemerintahan Taliban, China Janjikan Bantuan Rp 441,6 Miliar untuk Afghanistan

Komunitas Syiah di Iran, juga memberi selamat kepada Taliban, dengan mengatakan “saudara-saudara Muslim telah memenangkan orang-orang kafir".

Sejak Revolusi Islam 1979, Iran telah menjadi musuh tak terkalahkan dengan Israel. 

Iran kini telah menyatakan siap menjalin hubungan dengan pemerintah yang didirikan oleh Taliban di Afghanistan. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

BERITA TERKAIT 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga Lainnya:

Baca juga: Kuburan Ayah Selalu Dikerumuni Burung Merpati, Sang Anak Ingin Nangis Dengar Pengakuan Penjaga Makam

Baca juga: Wanita tidak Boleh Masuk Masjid saat Haid, Bagaimana Kalau Masuk Musholla? Ini Penjelasan UAS

Baca juga: Kisah Ahmad Firdaus, Menduda di Umur 23 Tahun & Rawat Anak Sendirian, Mantan Istri Sudah Nikah Lagi

Berita Terkini