Upaya membendung demo kudeta Sudan membuat ratusan orang ditangkap, termasuk aktivis, warga yang sedang lewat, dan jurnalis.
Kepala biro jaringan Qatar Al Jazeera ditangkap pada Minggu (14/11/2021) dan dibebaskan pada Selasa (16/11/2021).
Amerika Serikat pada Jumat mengecam tindakan keras yang mematikan itu.
"Kami menyerukan mereka yang punya andil atas pelanggaran dan kejahatan hak asasi manusia, termasuk penggunaan kekuatan yang berlebihan terhadap pengunjuk rasa damai, untuk dimintai pertanggungjawaban," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.
Washington mengatakan, orang Sudan harus "bebas menyuarakan pendapat mereka tanpa takut akan kekerasan", dan menyerukan agar mereka yang ditangkap sejak kudeta itu dibebaskan.
Sudan memiliki sejarah panjang kudeta militer sejak merdeka pada 1956, dan hanya sebentar menikmati pemerintahan demokratis.
Burhan, jenderal tertinggi, menegaskan langkah militer ini "bukan kudeta" tetapi "untuk memperbaiki transisi" ketika pertikaian antar-faksi dan perpecahan semakin dalam antara warga sipil dan militer di bawah pemerintahan yang sekarang digulingkan.
Baca juga: ART Rampas Rp 17 Miliar Harta Nirina Zubir, Ngaku-ngaku Jadi Anak Angkat Ibunda sang Artis
Baca juga: Wakil Wali Kota : Generasi Qurani Semakin Bertambah di Kota Langsa
Baca juga: Jembatan di Pulo Mesjid Belum Bisa Dibangun, Tak Tertampung Dalam APBK 2021 dan 2022
Kompas.com: UPDATE Demo Kudeta Sudan, 40 Demonstran Tewas