SERAMBINEWS.COM, KHARTOUM - Demo anti-kudeta Sudan sejauh ini telah menewaskan 40 demonstran hingga Sabtu (20/11/2021).
Terbaru, seorang remaja tewas setelah kepala dan kakinya ditembak, menurut petugas medis yang dikutip AFP.
Demo kudeta Sudan pada Rabu (17/11/2021) adalah yang paling mematikan sejauh ini, dengan jumlah korban tewas sekarang mencapai 16, menurut petugas medis.
"Satu martir tewas ... setelah dia luka parah terkena peluru tajam di kepala dan kakinya pada 17 November," kata Komite Sentral Dokter Sudan yang independen. Dia berusia 16 tahun, tambahnya.
Sebagian besar dari mereka yang tewas pada Rabu berada di Khartoum Utara, yang terletak di seberang Sungai Nil dari ibu kota, lanjut keterangan petugas medis.
Namun, polisi menyangkal menggunakan peluru tajam dan bersikeras mereka menggunakan kekuatan minimum untuk membubarkan demo kudeta Sudan.
Mereka hanya mencatat satu kematian di antara para demonstran di Khartoum Utara.
Kemudian pada Jumat (19/11/2021), sekelompok kecil pengunjuk rasa berdemo di beberapa kawasan setelah berdoa menentang kudeta militer.
Terutama di Khartoum Utara, orang-orang membangun barikade di seberang jalan.
Pasukan keamanan secara sporadis menembakkan gas air mata untuk membubarkan mereka.
Baca juga: Aktivis Sudan Serukan Warga Kembali Demonstransi, Turunkan Junta Militer
Baca juga: PBB Kutuk Pasukan Junta Militer Sudan, Tembak Mati Puluhan Demonstran
Sementara polisi membantah menggunakan peluru tajam, dan televisi pemerintah mengumumkan penyelidikan atas kematian tersebut.
Serikat dokter mengatakan, sebagian besar korban menderita luka tembak di kepala, leher atau dada, tetapi menambahkan bahwa para demonstran tidak terpengaruh dan di belakang barikade darurat terus melakukan unjuk rasa.
Demonstrasi juga terjadi di Port Sudan, kata seorang jurnalis AFP, menentang kudeta Sudan yang menghentikan transisi demokrasi setelah penggulingan diktator lama Omar Al-Bashir pada 2019.
"Itu hari yang sangat buruk bagi para pengunjuk rasa," kata Soha, demonstran berusia 42 tahun, kepada AFP.
"Saya melihat seseorang dengan luka tembak di belakang saya dan ada banyak penangkapan," di Khartoum.
Upaya membendung demo kudeta Sudan membuat ratusan orang ditangkap, termasuk aktivis, warga yang sedang lewat, dan jurnalis.
Kepala biro jaringan Qatar Al Jazeera ditangkap pada Minggu (14/11/2021) dan dibebaskan pada Selasa (16/11/2021).
Amerika Serikat pada Jumat mengecam tindakan keras yang mematikan itu.
"Kami menyerukan mereka yang punya andil atas pelanggaran dan kejahatan hak asasi manusia, termasuk penggunaan kekuatan yang berlebihan terhadap pengunjuk rasa damai, untuk dimintai pertanggungjawaban," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.
Washington mengatakan, orang Sudan harus "bebas menyuarakan pendapat mereka tanpa takut akan kekerasan", dan menyerukan agar mereka yang ditangkap sejak kudeta itu dibebaskan.
Sudan memiliki sejarah panjang kudeta militer sejak merdeka pada 1956, dan hanya sebentar menikmati pemerintahan demokratis.
Burhan, jenderal tertinggi, menegaskan langkah militer ini "bukan kudeta" tetapi "untuk memperbaiki transisi" ketika pertikaian antar-faksi dan perpecahan semakin dalam antara warga sipil dan militer di bawah pemerintahan yang sekarang digulingkan.
Baca juga: ART Rampas Rp 17 Miliar Harta Nirina Zubir, Ngaku-ngaku Jadi Anak Angkat Ibunda sang Artis
Baca juga: Wakil Wali Kota : Generasi Qurani Semakin Bertambah di Kota Langsa
Baca juga: Jembatan di Pulo Mesjid Belum Bisa Dibangun, Tak Tertampung Dalam APBK 2021 dan 2022
Kompas.com: UPDATE Demo Kudeta Sudan, 40 Demonstran Tewas