Jurnalisme warga

Pudarnya Gemerlap Batu Giok Aceh

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CHAIRUL BARIAH, Wakil Rektor II Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki), Dosen Fakutas Ekonomi Universitas Almuslim, dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Bireuen, melaporkan dari Matangglumpang Dua

Peserta yang ambil bagian dalam kegiatan tersebut datang dari berbagai kalangan, begitu juga pengunjungnya.

Dalam kegiatan ini peserta pameran memboyong berbagai bongkahan batu giok ukuran besar dan kecil, dari yang mahal sampai yang murah.

Pengunjung dimanjakan dengan tersedianya mesin pemotong dan tenaga ahli seni ukir batu giok.

Pencinta batu giok dapat langsung membelinya sesuai selera dan kemampuan kantong mereka.

Batu yang dipamerkan hanya bentuk perhiasan saja.

Selain di Bireuen, pameran dan kontes batu mulia (giok) tingkat nasional juga pernah diadakan di Takengon dalam rangka HUT Ke-439 kota dingin itu.

Menurut pemberitaan media saat itu, pameran tersebut diikuti 320 peserta.

Mereka berasal dari sejumlah provinsi di Indonesia.

Di antaranya Jawa Barat, Jawa Timur, Jakarta, dan perwakilan kota besar lainnya.

Pameran tersebut dilaksanakan di Gedung Olah Seni (GOS) Takengon sejak 22-26 Maret 2016.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk merangsang kembali gaung batu giok yang sempat redup, padahal deman batu giok sempat melanda seluruh lapisan masyarakat, baik tua maupun muda.

Ada yang menarik pada saat batu giok sedang naik daun.

Bupati Nagan Raya, HM Jamin Idham bersama sejumlah kepala dinas meninjau tambang batu giok di Desa Pante Ara, Beutong, Senin (8/6/2020) (SERAMBINEWS.COM/RIZWAN)

Ada pecinta giok dadakan dan ada pecinta giok sungguhan.

Bagi pecinta giok sungguhan nilai giok dan kualitas selalu jadi prioritas.

Namun, pecinta giok dadakan kurang memperhitungkan risiko yang diterima pada saat nilai batu giok itu turun.

Halaman
1234

Berita Terkini