Jurnalisme warga

Pudarnya Gemerlap Batu Giok Aceh

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CHAIRUL BARIAH, Wakil Rektor II Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki), Dosen Fakutas Ekonomi Universitas Almuslim, dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Bireuen, melaporkan dari Matangglumpang Dua

Sebagaimana pengalaman seorang pemuda di Takengon yang rela menjual/menukar sepeda motor kesayangannya bernilai puluhan juta rupiah dengan sebongkah batu giok.

Batu giok yang ditukar tak kunjung dilepas (dijual) karena prediksinya harga akan naik, tapi nyatanya hari demi hari batu giok itu telah pudar dan tak punya nilai jual di mata masyarakat.

Dampak dari permasalahan ini adalah kehidupannya berubah dari naik sepeda motor jadi naik sepeda biasa.

Penyesalan sudah tak berarti.

Lain lagi kisah seorang pria yang berprofesi sebagai dosen yang selalu memakai cincin giok penuh di tangannya dengan berbagai jenis pada saat mengajar.

Sehingga, pimpinan membuat surat edaran tidak dibenarkan seorang dosen memakai cincin berlebihan, baik itu laki-laki maupun perempuan.

Kisah pengajar yang berasal dari luar Aceh ini jadi pembelajaran untuk kita semua.

Semasa jayanya batu giok dia rela jauh dari anak dan istri, tinggal di kamar sempit yang menjadi tempatnya bekerja untuk mengolah bongkahan batu giok menjadi cincin tanpa memperhitungkan faktor risiko.

Serpihan abu yang dihasilkan dari proses pembentukan batu cincin ternyata merusak pernapasan dan paru-parunya karena ia bekerja tanpa masker di ruang sempit, tanpa sirkulasi udara.

Hal ini diketahui pada saat sang pengajar tersebut beberapa kali tidak mengajar, maka tetangga membuka paksa kamar yang bersangkutan.

Mereka terkejut karena di dalam kamar yang sempit itu banyak onggokan batu giok yang belum diolah serta satu unit mesin pengolahan.

Menurut sahabatnya, karena bapak tersebut sakit-sakitan dia pun pulang ke kampungnya dan akhirnya sang pecinta giok itu meninggal dunia.

Allah lebih menyayanginya.

Alfatihah.

Cerita lainnya tentang seorang pemuda Matangglumpang Dua bernama Dek Gam yang menemukan bongkahan batu.

Halaman
1234

Berita Terkini