Jurnalisme Warga

Asyiknya Jadi ‘Santri’ di BBI Krueng Batee, Abdya

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HASNIL FADHLI, Asal Desa Masjid, Panteraja, santri dan anggota grup menulis Al-Qalam Ummul Ayman III, melaporkan dari Meunasah Bie, Pidie Jaya

OLEH HASNIL FADHLI, Asal Desa Masjid, Panteraja, santri dan anggota grup menulis Al-Qalam Ummul Ayman III, melaporkan dari Meunasah Bie, Pidie Jaya

“BARANG siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia, maka dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat, juga dengan ilmu.

Dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, maka dengan ilmu.

” Begitulah ungkapan yang sering saya dengar di kelas ketika mengaji bersama teungku- teungku di Dayah Ummul Ayman III.

Di dayah yang berlokasi di Desa Meunasah Bie, Meurah Dua, inilah saat ini saya menuntut ilmu.

Pesantren ini merupakan cabang dari Yayasan Ummul Ayman Samalanga.

Di bawah asuhan Tgk H Nuruzzahri (Waled Nu).

Saya sangat bahagia bisa belajar di sini.

Pasalnya, di sini saya tidak hanya mengaji ilmu agama nonformal yang menggunakan kitab-kitab ulama terdahulu dengan metode ‘bermula-keu-mubtadaitu- kabar’ saja, akan tetapi saya juga bisa menimbu ilmu di sekolah formal.

Dayah Ummul Ayman III ini sekarang memiliki dua fasilitas pendidikan formal, yakni jenjang kuliah dan sekolah.

Baca juga: Senator Aceh Fadhil Rahmi Motivasi Mahasantri di Kuta Krueng Pidie Jaya yang Diwisuda Perdana

Baca juga: Munazarah Mahasantri Ma’had Aly se-Aceh Bahas Kedudukan Hukum Dropshipping Dalam Fikih

Jenjang perguruan tinggi dengan nama Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) dengan Program Studi (Prodi) Hukum Ekonomi Islam dan Ahwal Syakhsiyah.

Sedangkan jenjang sekolah yakni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan dua jurusan ‘Budi Daya Perikanan Air Tawar’ untuk putra dan ‘Tata Busana’ untuk putri.

Saat ini saya duduk di kelas XII SMK.

Dengan jurusan ‘Budi Daya Perikanan Air Tawar’ yang saya ambil, sudah barang tentu selain mengaji agama, saya dan santrisantri lain juga menyibukkan diri memelihara ikan.

Asyiknya lagi, beberapa waktu lalu kami dari kelas XII melaksanakan praktikum pemijahan ikan di Balai Benih Ikan (BBI) Krueng Batee, Aceh Barat Daya (Abdya).

Rombongan kami yang diketuai oleh Kepala SMK Ummul Ayman berangkat dengan minibus dari Pidie Jaya menuju Abdya.

Lama perjalanan sekitar 12 jam dengan melewati jalur Gunung Geurutee.

Kami berangkat pukul 15.00 WIB dan tiba di lokasi menjelang masuk waktu subuh.

Sesampai di sana, penjaga asrama itu mengarahkan kami ke tempat istirahat.

Setelah shalat Subuh, kami beristirahat di sebuah kamar yang akan kami tempati selama 15 hari itu.

Esoknya, tepat pukul 09.30 WIB, peresmian dan serah terima siswa magang dimulai dan dipimpin langsung oleh Kabid BBI Krueng Batee, Joko Supeno SE.

Tinggal di asrama BBI itu, aktivitas kami tak ubahnya serupa di Dayah Ummul Ayman juga.

Semisal shalat berjamaah, membaca Al- Qur’an, mengaji, dan lainnya.

Baca juga: Ratusan Santri dan Pejabat Bireuen Hadiri Maulid dan Doa Bersama di Paya Meuneng

Hal itu memang amanah dari Syaikhuna Waled Nuruzzahri yang selalu menuntun kami agar aktivitas rohaniah, berzikir tetap istikamah walaupun kami tidak berada di kompleks dayah.

Di BBI Krueng Batee ada beberapa kolam.

BBI itu dialiri air yang langsung mengalir dari sungai melalui bendungan kecil yang tidak jauh dari BBI.

Setelah sarapan pagi, kami dikerahkan untuk membersihkan parit-parit saluran pengeluaran air kolam tersebut.

Parit itu mengaliri sawah warga setempat.

Sementara di senja hari, banyak warga yang berkunjung ke BBI.

Mereka memanjakan mata dengan pesona beragam ikan warna-warni yang berenang bebas di dalam kolam.

Semisal lele, patin, bawal, mas, kerling, nilam, dan nila tak sedikit saya dapati di sana.

Ikan-ikan itu merupakan ikan budi daya yang dibenihkan.

Hari selanjutnya kami diberikan tugas piket harian.

Tugasnya yakni membersihkan halaman dan memberi pakan sebagai kegiatan harian selama praktikum magang.

Bagi saya, piket yang paling menyenangkan adalah memberi pakan, selain karena tambah ilmu berapa pakan yang perlu dihabiskan dalam sehari untuk ikanikan, juga karena bisa bermain- main dengan hewan air itu.

Tepatnya di hari Kamis, kami mulai praktik ikan bawal hitam.

Praktik di Lab BBI itu berupa pemijahan ikan bawal.

Baca juga: Stok Vaksin Covid-19 Aceh Aman, Vaksinasi Anak SMA dan Santri Belum Capai Target

Pemijahan berasal dari kata ‘pijah’ yang berarti proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan.

Pemijahan ikan bawal dilakukan dengan cara induksi pemijahan dengan menggunakan ovaprim.

Penyuntikan dilakukan dua kali.

Kali pertama kami lakukan pukul 11.00 WIB, sedangakn kali kedua pada jam 17.00 WIB.

Berarti selang waktunya adalah enam jam.

Sesudah suntikan yang kedua induk dengan perbandingan 1:2 disatukan dalam sebuah bak.

Malamnya sekitar pukul 20.00 WIB induk betina sudah mulai mengeluarkan telur.

Keesokan harinya, sekitar pukul 08.00 WIB induk bawal dikembalikan ke dalam kolam asal.

Kemudian telur yang ada di dalam bak dipindahkan ke dalam akuarium agar penetasannya menjadi lebih mudah.

Di dalam akuarium sudah dilengkapi dengan oksigen atau disebut dengan aerasi.

Lama waktu 24 jam, telur ikan bawal menetas menjadi larva.

Larva tersebut dibiarkan tiga hari hingga kuning telurnya habis.

Dilanjutkan dengan proses sifon untuk membuang sisa kuning telur yang sudah busuk, baru kemudian larva bawal dipindahkan ke dalam bak sampai masuk ke tahap terakhir, yakni pendederan.

Sementara pada Sabtu sore, kami sudah menyiapkan induk patin untuk dipijahkan.

Induk yang disiapkan tentu yang sudah matang gonadnya.

Cara mengetahui kematangannya adalah induk jantan akan mengeluarkan sperma saat perutnya dipijatpijat, sedangkan yang betina akan mengeluarkan telur.

Sore Minggu, kami lakukan penyuntikan dengan ovaprim.

Dosis yang diberikan 1 ml per induk.

Induk yang digunakan 1:2 yakni 1 betina dan 2 jantan.

Esoknya, Pak Joko membimbing kami men-streping induk-induk patin.

Streping adalah proses pengambilan telur atau sperma dengan cara diurut pada bagian perut.

Sesudah proses streping, telur dan sperma yang telah diletakkan dalam wadah dicampur dengan air NaCl (Natrium klorida) hanya untuk mengencerkan telur supaya tidak berkumpul dan diaduk dengan benda yang lembut serupa bulu ayam atau sejenisnya.

Baca juga: Santri Diungsikan ke Bangunan Baru di Kompleks Dayah Inti Darul Aitami

Telur tersebut kemudian ditebar ke dalam wadah berupa aquarium dari cerucut dan harus beroksigen, karena telurnya harus bergerak aktif.

Larva ikan yang sudah disifon akan diberi pakan artemia.

Artemia merupakan pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha pembenihan ikan.

Hal ini dikarenakan ia memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik dan sesuai dengan kebutuhan gizi benih ikan yang tumbuh sangat cepat.

Di BBI, kami dapat ilmu banyak dari proses memijahkan ikan bawal, patin, mas, nila, dan nilam.

Selama di sana, hanya ikan-ikan tersebut yang sempat kami pijahkan.

Sebelum kembali ke Ummul Ayman, kami juga berwisata ke Air Terjun Ceuraceu.

Sungguh saya sangat bersyukur kepada Allah atas ilmu yang saya peroleh dan anugerah melihat ciptaan- Nya yang memukau itu.

Sesampai di Ummul Ayman III, saya tak terpikir untuk menulis reportase ini.

Namun, setelah bergabung dalam grup menulis Al Qalam asuhan Ustaz M Aidil Adhaa, saya pun dengan percaya diri bisa merampungkan coretan ini.

Semoga menginspirasi santri-santri lainnya dalam menulis.

Baca juga: Haul Abon Aziz Samalanga, Santri MUDI Gemakan Zikir dan Doa Bersama

Baca juga: Gampong Suak Ribee Aceh Barat Sediakan Beasiswa Untuk Santri Dayah dari Dana Desa

Berita Terkini