LHOKSEUMAWE - Kasus kaburnya pengungsi Rohingya dari kamp penampungan sementara di Balai Latihan Kerja (BLK) Kandang, Kota Lhokseumawe, kembali terjadi pada Kamis (10/2/2022).
Kali ini jumlahnya tak tanggung-tanggung, mencapai 31 orang dalam sehari.
Catatan Serambi, ini merupakan kasus keenam sekaligus terbesar sepanjang tahun 2022.
Dengan kaburnya ke 31 orang itu, maka total jumlah imigran yang lari sudah mencapai 67 orang, sehingga jumlah yang tersisa di BLK Kandang hanya 41 orang lagi.
Kaburnya ke-31 imigran Rohingya itu dibenarkan Juru Bicara Satgas Penanganan Pengungsi Rohingya Lhokseumawe, Marzuki.
Dia menyebutkan, dari 31 orang yang kabur itu, hampir semuanya adalah perempuan dan hanya tiga orang yang laki-laki.
"Jadi sampai saat ini sudah 67 Rohingya yang kabur, karena sebelumnya sudah 36 orang yang kabur," katanya.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, Marzuki menjelaskan bahwa para imigran itu kabur pada Kamis pagi kemarin, sekitar pukul 06.30 WIB, saat Kota Lhokseumawe sedang diguyur hujan lebat.
"Mereka kabur dengan cara merusak pagar seng di belakang BLK.
Baca juga: 67 Rohingya Kabur, Kini Tersisa 41 Orang Lagi di BLK Lhokseumawe
Baca juga: Merusak Pagar, 31 Rohingya di BLK Lhokseumawe Kabur Saat Hujan
Seng digunting, sehingga mereka kabur dari lubang seng yang digunting tersebut," jelasnya.
Saat ini dia sebutkan, jumlah yang tersisa di BLK Kandang tinggal 41 orang lagi, dari total jumlah yang ditampung sebelumnya sebanyak 108 orang, termasuk di dalamnya tiga pria Rohingya dari Malaysia yang masuk belakangan karena ingin bergabung dengan anggota keluarganya.
Dua Bulan, Enam Kasus Marzuki juga mengakui bahwa sepanjang tahun 2022 ini sudah enam kali terjadi kasus kaburnya pengungsi Rohingya dari kamp penampungan.
Dimulai pada 18 Januari 2022, dimana jumlah yang kabur saat itu sebanyak delapan orang.
Kemudian pada 30 Januari 2022, empat orang dilaporkan kabur, dan pada 31 Januari 2022 ada sebanyak sembilan orang yang kabur.
Selanjutnya pada 1 Februari 2022, sebanyak delapan orang kabur, 2 Februari 2022 ada tujuh orang, dan terakhir pada 10 Februari 2022, sebanyak 31 orang yang kabur.
Dari enam kasus tersebut, pihak kemanan baru berhasil menangkap dua pria berinisial AF dan RH yang diduga ikut terlibat.
Kedua warga Medan itu ditangkap pada 19 Januari 2022 karena membawa lari delapan pengungsi imigran Rohingya.
Baca juga: Pengungsi Rohingya Tinggal 72 Orang, Kabur Merusak Pagar di Belakang Kamp Penampungan
Baca juga: Sudah Lima Kali Terjadi Kasus Pelarian Rohingya dari BLK Lhokseumawe Sepanjang 2022, Ini Rinciannya
Tidak diketahui dimana keberadaan para imigran yang kabur, tetapi diduga kuat mereka lari ke Medan dan selanjutnya ke Malaysia.
Untuk diketahui, para imigran itu ditampung di BLK Kandang sejak 30 Desember 2021.
Keberadaan kapal asing itu pertama sekali diketahui pada Minggu (26/12/2021) malam.
Saat ini, para nelayan tidak berani melakukan evakuasi.
Walaupun bantuan makanan dan minuman terus diberikan.
Pada Rabu (29/12/2021) malam, tersebar informasi kalau Pemerintah Indonesia akan menampung pengungsi Rohingya tersebut.
Kamis (30/12/2021), Kapal Perang Indonesia menarik kapal yang berisikan 115 Rohingya menuju Pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara.
Kapal Rohingya tersebut tiba di Pelabuhan Krueng Geukuh sekitar pukul 00.30 WIB.
Baca juga: Sudah Lima Kali Kasus Pelarian Rohingya dari BLK Lhokseumawe Terjadi Selama 2022, Ini Rinciannya
Baca juga: Sudah 33 Orang Kabur, Jumlah Pengungsi Rohingya di BLK Lhokseumawe Tinggal 72 Jiwa
Para imigran selanjutnya dievakuasi menggunakan empat bus untuk menjalani karantina di BLK Kandang, Kota Lhokseumawe.
Saat kunjungan Kepala Divisi Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Aceh, Syachril SH, ke BLK kandang, Kamis (13/1/2022), terungkap bahwa para imigran Rohingya itu sebenarnya berasal dari kamp pengungsi yang berada di Bangladesh.
Mereka tiba di Aceh setelah menempuh pelayaran selama 35 hari.
Pengungsi Rohingya yang berasal dari kamp pengungsi di Bangladesh ini disebutkan oleh UNHCR, telah memiliki Kartu Pengungsi dari UNHCR Bangladesh, dan sedang dalam proses registrasi untuk Kartu Pengungsi UNHCR Indonesia.
Perketat Pengamanan
Pada bagian lain, Juru Bicara Satgas Penanganan Pengungsi Rohingya Lhokseumawe, Marzuki, mengaku telah mendatangi kamp penampungan sementara para imigran Rohingya di Balai Latihan Kerja (BLK) Kandang, Kota Lhokseumawe.
Ia berkunjung ke BLK pada Kamis (10/2/2022) sore, untuk melihat langsung kondisi pagar yang dirusak para imigran, serta meminta pihak UNHCR dan IOM agar memberikan pemahaman kepada pengungsi yang masih tersisa.
“Pemerintah berniat baik menampung mereka karena rasa kemanusiaan.
Baca juga: Mencegah Aksi Rohingya Kabur, Kawasan BLK Lhokseumawe Dipasang CCTV
Jadi kalau sudah ditampung seperti ini jangan melarikan diri, apalagi fasilitas pelayanan sangat memadai,” kata Marzuki.
Dia juga menyampaikan, dengan telah berulang kalinya para imigran tersebut kabur, maka pengamanan di BLK Kandang akan semakin diperketat.
Di antaranya dengan memasang kamera CCTV di empat titik, dan menambah beberapa unit lamput sorot.
"Beberapa waktu lalu kita juga telah meminta pihak IOM bisa membangun pos monyet di belakang BLK untuk mempermudah pemantauan," imbuhnya.
Seperti diketahui, Pemerintah sebelumnya memang tidak berniat menampung para pengungsi Rohingya ini.
Namun karena tekanan dari berbagai pihak, Pemerintah akhirnya memutuskan menarik kapal para imigran dari tengah laut.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD, sebagaimana diberitakan CNN Indonesia mengatakan, keputusan pemerintah untuk menampung pengungsi Rohingya hanya bersifat sementara, karena Indonesia bukan negara yang turut meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951.
"Indonesia itu sebenarnya tak ikut sebagai pihak yang menandatangani atau meratifikasi penampungan pengungsi.
Karena PBB sudah bentuk UNHCR itu ya untuk mengatur itu," kata Mahfud di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Kamis (30/12/2021).
Ia mengatakan, keputusan pemerintah untuk menampung pengungsi Rohingya itu didasarkan pada kemanusiaan.
Menurutnya, kondisi para pengungsi itu memprihatinkan.
"Kita punya rasa kemanusiaan juga.
Mereka itu masuk ke perairan dan ada yang mau mati.
Ada yang melompat, ada yang mau menenggelamkan diri karena sakit, ada yang karena kalau dikembalikan dia lebih baik mati aja.
Ada juga yang begitu.
Akhirnya kita tampung.
Sementara tapi nampungnya," tutur mantan hakim konstitusi ini. (bah)
Baca juga: Tiga Pria Rohingya dari Malaysia Datang ke BLK Lhokseumawe, Ini Tujuan Mereka
Baca juga: Lagi, 4 Perempuan Rohingya Kabur dari BLK Kandang Lhokseumawe