Seharusnya, kata Akmal, orang Aceh tidak pantas untuk mengeluh soal minyak goreng langka seperti yang disuarakan masyarakat saat ini.
Karena, sebut Akmal, masyarakat Aceh punya stok bahan yang cukup untuk mengolah sendiri minyak makan, apalagi di Aceh lahan sawit sangat luas.
“Pekerjaan membuat minyak goreng dari tanda buah segar kelapa sawit bisa dilakukan secara manual, apalagi pakai mesin atau alat bantu bisa menghasilkan 1 atau 2 drum (200 hingga 400 liter) dalam satu hari dan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan satu Gampong,” katanya.
Menurut Akmal, jika pekerjaan itu dilakukan secara serius, bisa menjadi lumbung penghasilan sebuah usaha atau bisa juga untuk usaha sampingan, selain memenuhi kebutuhan sendiri.
"Jadi, tidak pantas orang Aceh mengeluh soal langkanya minyak goreng. Sawit kita melimpah ruah. Jika ada dua batang sawit di depan rumah, maka seumur hidup kita tidak perlu membeli minyak goreng lagi,” terangnya.
Baca juga: GeRAK Aceh : Metode Penanganan Perkara Beasiswa Diduga Keliru
Minyak goreng buatannya itu, kata Akmal, sudah dicoba menggoreng ikan dan hasil pengorengannya juga sama seperti hasil minyak pabrikan.
"Untuk, pembuatan ini membutuhkan beberapa hari. Awalnya, kita rebus dulu sawitnya, selanjutnya sawit yang telah direbus dihancurkan agar terpisah air, dan selanjutnya dimasak kembali guna terpisah kadar minyak dan airnya,” paparnya.
Akmal mengaku, pembuatan minyak goreng itu belum sempurna, dan perlu rancang alat-alat canggih agar bisa menghasilkan skala ekonomis.
“Tapi yang abang rancang, sangat sederhana dan murah, dan bisa dibuat oleh siapa saja,” katanya.
Selama ini, kata Akmal, banyak masyarakat Aceh sering mengeluh, atau salahin orang, atau cuma berpangku tangan sambil bersikap sinis.
Baca juga: Tangis Bocah 11 Tahun Dipaksa Ibunya Jadi Tukang Parkir, Dianiaya Jika Tak Bawa Uang Rp 200 ribu
“Saat saya merancang dan menyediakan sarana refinery, tak ada yang berminat, ada saja kendala, padahal seluruh fasilitas dan izinnya saya gratiskan, sekarang semua baru sadar, bahwa gagasan saya itu penting dan bermanfaat untuk masyarakat Aceh,” katanya.
Akmal mengajak, para alumni pertanian yang memiliki ilmu pertanian, utamanya jurusan pengolahan pasca panen, atau teknik pertanian, haruslah berfikir dan merancang alat-alat pertanian yang bisa membantu kebutuhan masyarakat Aceh.
"Ayo kawan-kawan, marilah kita berfikir jauh dan merancang sesuatu yang bermanfaat untuk rakyat, janganlah selesai kuliah, prestasi dan ilmu kita sekedar berebut kursi honorer di pemerintah saja," pungkasnya. (*)
Baca juga: Polda Sumut Temukan 50 Ribu Kotak Minyak Goreng Kemasan Menumpuk di Gudang